Kupi Beungoh

Kita, Rohingya dan Junta Militer Myanmar

Contoh terkini adalah masalah kedatangan para pengungsi Rohingya, dan pencari suaka politik asal negara Myanmar, yang menyebar ke berbagai negara lain

Editor: Muhammad Hadi
YouTube Serambinews
Ketua YARA, Safaruddin SH MH. 

Masalah makin rumit karena berkurangnya dukungan anggaran terhadap badan PBB yang mengurusi pengungsian, yaitu UNHCR dah IOM.

Baca juga: Amerika Serikat Janji Pengungsi Rohingya Bakal Jadi Prioritas Pada 2024: Welcome Corps at Work

Ini semua akibat perang Rusia - Ukraina dan tekanan penjajahan Israel atas Palestina yang menyedot dana besar negara-negara pendukung.

Akibatnya, negara-negara lain juga mulai memperketat pemberian kuota bagi para pengungsi dan pencari suaka politik sehingga gerak UNHCR untuk pemprosesan status pengungsi jadi sangat lama.

Akhirnya, negara-negara yang didatangi oleh para pengungsi, ikut terbebani masalah yang disebabkan pengungsi luar negeri.

Suara Anti-Rohingya

Dalam situasi dimana rakyat di negara para pengungsi berdatangan masih dilanda kesulitan ekonomi, dan keadaan politik yang tidak stabil.

Ditambah lagi dengan adanya beberapa politisi yang mencuri simpati atas viralitas, otomatis gelombang penolakan terhadap pengungsi Rohingya menjadi makin panas.

Jika ada orang atau pihak yang melihat pengungsi secara kemanusiaan langsung ditawarkan untuk menampung pengungsi di rumah atau tempatnya.

Bahkan, ada Calon Presiden yang sempat menyuarakan keadaan di Myanmar juga digiring agar tidak dipilih pada Pilpres 2024.

Termasuk kecamanan terhadap YARA yang memiliki pandangan untuk membantu pengungsi Rohingya.

Baca juga: Kisah Hilangnya Kapal Rohingya Bermuatan 200 Orang di Laut Andaman: Jeritan Tangis Minta Tolong

Bahkan, kini narasi komplen juga sudah dimainkan. Katanya, ketika dulu presiden menolak, rakyat Aceh justru menerima seraya melempar satire terhadap pemerintah.

Padahal, akar masalahnya adalah konflik politik di Myanmar yang menumbuhkan perlawanan sipil dan etnik terhadap junta militer yang sudah terlalu jauh merusak demokrasi yang diperjuangkan rakyat di Myanmar.

Pertanyaannya, mengapa akar masalah ini tidak disentuh? Apa kuatir akar masalah di Myanmar akan membangun persepsi tersendiri terhadap salah satu pasangan kandidat di Pilpres 2024?

Kunci penangganan pengungsi jelas pada repatriasi, yaitu pengembalian pengungsi ke negara asalnya.

Tentu saja dengan syarat bila kekerasan di Myanmar diakhiri dan UU yang diskriminatif dapat dibenahi.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved