Rohingya

UNHCR Mohon-mohon Pada Siapapun untuk Selamatkan Kapal Rohingya: Situasi yang Menyedihkan

Badan PBB tersebut mengatakan setidaknya satu penumpang kapal tersebut telah meninggal, dan belasan lainnya berada dalam kondisi kritis.

|
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
For Serambinews.com
Kapal pembawa etnis Rohingya terpantau di perairan laut Kabupaten Pidie, Aceh. FOR SERAMBINEWS.COM 

UNHCR Mohon-mohon Pada Siapapun untuk Selamatkan Kapal Rohingya: Situasi yang Menyedihkan

SERAMBINEWS.COM – Badan PBB urusan Pengungsi (UNHCR) memohon kepada siapapun negara kawasan Samudera Hindia untuk memberi pertolongan pada kapal Rohingya.

Sebab, sejumlah pengungsi Rohingya diyakini terjebak di laut Samudera Hindia karena mengalami kerusakan pada kapal.

Mereka diyakini berjumlah 185 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sangat membutuhkan penyelamatan segera.

“Kapal mereka diperkirakan berada di dekat Kepulauan Andaman dan Nikobar,” bunyi pernyataan UNHCR pada Sabtu (23/12/2023) dikutip dari Al Jazeera.

Baca juga: Amerika Serikat Janji Pengungsi Rohingya Bakal Jadi Prioritas Pada 2024: Welcome Corps at Work

Badan PBB tersebut mengatakan setidaknya satu penumpang kapal tersebut telah meninggal, dan belasan lainnya berada dalam kondisi kritis.

“Masih banyak lagi yang bisa meninggal jika tidak ada penyelamatan yang tepat waktu ke tempat aman terdekat,” UNHCR memperingatkan. 

“Ini benar-benar situasi yang menyedihkan,” ungkapnya.

Sejumlah imigran etnis Rohingya di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Senin (11/12/2023).
Sejumlah imigran etnis Rohingya di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Senin (11/12/2023). (SERAMBINEWS.COM/HENDRI)

Ribuan warga Rohingya yang mayoritas beragama Islam dan mengalami penganiayaan berat di Myanmar, melakukan perjalanan laut yang berisiko dari negara mereka dan kamp pengungsi di Bangladesh setiap tahun untuk mencapai Malaysia atau Indonesia.

Lebih dari 2.000 warga Rohingya diyakini telah melakukan perjalanan berisiko ke negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2022, menurut UNHCR.

“Sejak tahun lalu, lebih dari 570 orang, termasuk pengungsi Rohingya, dilaporkan meninggal atau hilang di laut di wilayah tersebut,” lapor UNHCR.

Mengenai pengungsi Rohingya yang saat ini terkatung-katung, UNHCR menekankan bahwa tragedi yang lebih besar dapat dicegah dengan upaya yang tepat waktu untuk menyelamatkan nyawa.

“Situasi ini sekali lagi menggarisbawahi pentingnya semua negara di kawasan ini mengerahkan seluruh kapasitas pencarian dan penyelamatan mereka untuk menghindari terjadinya bencana manusia pada skala ini,” mohonya.

Amerika Serikat Janji Pengungsi Rohingya Akan Jadi Prioritas Pada 2024

Memburuknya situasi di Cox’s Bazar, Bangladesh dan banyaknya penolakan di negara-negara Asia Tenggara, membuat kehidupan pengungsi Rohingya memprihatinkan.

Selain itu, tidak ada harapan bagi mereka untuk bisa kembali ke negeranya, Myanmar.

Etnis Rohingya menjadi pengungsi paling menyedihkan yang ada saat ini.

Amerika Serikat (AS) telah mengakui situasi Rohingya sebagai sebuah “prioritas” dan berjanji untuk terus meningkatkan jumlah warga Rohingya masuk ke negara pada tahun 2024.

Pengungsi Rohingya yang saat ini banyak tersebar di berbagai negara Asia Tenggara, Bangladesh, hingga India bakal mendapat Program Penerimaan Pengungsi Amerika Serikat (USRAP) pada 2024.

Baca juga: Kondisi Keamanan Cox’s Bazar Memburuk, 4 Pengungsi Rohingya Tewas Dalam Baku Tembak Awal Bulan Ini

AS juga mendorong negara-negara ketiga untuk memperluas pemukiman kembali warga Rohingya, kata Departemen Luar Negeri AS pada Jumat (22/12/2023).

Janji-janji baru dari Amerika Serikat diumumkan pada Forum Pengungsi Global (GRF) 2023.

AS berjanji untuk terus menggunakan pengalamannya dalam memukimkan kembali pengungsi Rohingya dan mendorong negara-negara lain melakukan perluasan atau penciptaan solusi negara ketiga yang baru bagi pengungsi Rohingya. 

Etnis Rohingya di TPI Idi cut, tepatnya, di Gampong Seneubok Baroh, Kecamatan Darul Aman, Kamis (14/12/2023).
Etnis Rohingya di TPI Idi cut, tepatnya, di Gampong Seneubok Baroh, Kecamatan Darul Aman, Kamis (14/12/2023). (SERAMBINEWS.COM/MAULIDI ALFATA)

Amerika Serikat berjanji melalui Welcome Corps at Work, sebuah program mobilitas tenaga kerja baru bagi para pengungsi di dalam Welcome Corps, untuk fokus pada pengungsi Rohingya yang mendapatkan akses terhadap pekerjaan di Amerika Serikat. 

Mereka juga berjanji untuk mendukung upaya memperluas program yang menawarkan pelatihan berhitung, melek huruf, dan kejuruan serta sertifikasi keterampilan formal bagi pengungsi Rohingya dan masyarakat AS.

Baca juga: Kisah Hilangnya Kapal Rohingya Bermuatan 200 Orang di Laut Andaman: Jeritan Tangis Minta Tolong

Hal ini mencakup keterlibatan dengan pelaku sektor swasta yang dapat menyumbangkan dukungan finansial, natura, atau teknis untuk program-program ini. 

Dalam pertemuan GRF itu, AS mengumumkan 26 komitmen terhadap delapan janji multi-stakeholder yang menunjukkan kepemimpinan AS dalam memenuhi kebutuhan para pengungsi dan masyarakat lokal di masa krisis ini.

AS juga mempelopori tindakan tingkat tinggi dengan beragam mitra global, memperkuat peluang pemukiman kembali pengungsi global, dan mendorong tanggapan dan solusi yang lebih komprehensif dan inovatif terhadap kebutuhan pengungsi dan masyarakat loka.   

Ketika konsultasi mengenai Global Compact on Refugees dimulai pada tahun 2016, jumlah orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia berjumlah 65,6 juta orang.  

Boat diduga berisi warga etnis Rohingya di kawasan Pantai Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Kamis (16/11/2023) pagi. Sementara itu warga setempat sudah berkumpul di pinggir pantai tersebut untuk menolak kedatangan mereka
Boat diduga berisi warga etnis Rohingya di kawasan Pantai Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Kamis (16/11/2023) pagi. Sementara itu warga setempat sudah berkumpul di pinggir pantai tersebut untuk menolak kedatangan mereka (SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS)

Sejak saat itu, setiap tahunnya telah terjadi rekor jumlah pengungsi tertinggi yang pernah tercatat.  

Pengungsi paksa secara global meningkat pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) memperkirakan pada Desember 2023, lebih dari 130 juta orang terpaksa mengungsi atau kehilangan kewarganegaraan di seluruh dunia

“Bagi komunitas internasional, kebutuhan untuk memperluas basis dukungan bagi pengungsi di seluruh dunia sangatlah mendesak,” kata AS.  

Amerika Serikat menegaskan kembali komitmennya terhadap Global Compact on Refugees dan menggarisbawahi dedikasinya dalam memperjuangkan perlindungan dan solusi pengungsi. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Baca juga: Tanggapi Isu Rohingya, Prabowo: Masih Banyak Rakyat Indonesia yang Susah

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved