Berita Pidie

Pengungsi Rohingya di Pidie Capai 889 Orang, Pj Bupati Pidie Tolak Kedatangan yang Baru

Kendati begitu, pemerintah Kabupaten Pidie tidak mau mengeluarkan biaya sepeserpun untuk penanganan pengungsi rohingya di daerah ini.

|
Penulis: Nur Nihayati | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/NUR NIHAYATI
Pj Bupati Pidie, Ir Wahyudi Adisiswanto 

Kendati begitu, pemerintah Kabupaten Pidie tidak mau mengeluarkan biaya sepeserpun untuk penanganan pengungsi rohingya di daerah ini.


SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Pj Bupati Pidie, Ir Wahyudi Adisiswanto mengatakan, saat ini total pengungsi rohingya di Pidie tercatat berjumlah 889 orang.

Di kamp Mina Raya berjumlah 482 orang dan sisanya di wilayah pesisir di Kecamatan Batee dan Muara Tiga.

"Ada tiga perlu dicatat kondisi rohingya di Pidie adalah paling lama, paling banyak dan paling tenang," ujar Pj Bupati Pidie, Selasa (2/1/2024).

Pj Bupati Pidie juga menyampaikan dengan jumlah pengungsi rohingya sudah sangat banyak ini, Pemerintah Kabupaten di bawah kepemimpinannya menolak kedatangan pengungsi rohingya yang baru.

Sehingga memperketat pengawasan di pesisir pantai melibatkan pihak keamanan dan masyarakat lainnya juga termasuk para nelayan.

Di samping itu juga dilakukan pertukaran pengungsi rohingya antara di pesisir pantai dan Kamp Mina Raya.

Para anak-anak dan kaum ibu dipusatkan di kamp Mina Raya sedangkan kaum laki-laki ditempatkan di lokasi tepi pantai.

Selanjutnya keberadaan rohingya ini tetap di bawah pengawasan masyarakat. "Yang berkeliaran dianggap maling akan ditangkap," ujarnya.

Di samping itu, dilakukan penyewaan lahan terhadap lokasi pengungsi rohingya tersebut.

Meskipun ia mengaku masyarakat cukup toleransi namun ia mengkhawatirkan batas kesabaran warga bisa habis jika terus menerus berlanjut.

Menurut Pj Bupati, dari sejumlah daerah saat ini jumlah rohingya di Pidie terbanyak sudah mendekati seribu. Juga paling lama sudah setahun dan dilaporkan senang karena perhatian masyarakat Pidie penuh toleransi.

Kendati begitu, pemerintah Kabupaten Pidie tidak mau mengeluarkan biaya sepeserpun untuk penanganan pengungsi rohingya di daerah ini.

Sehingga penanganan rohingya diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat dengan berkoordinasi dengan pihak UNHCR. 

"Kami menyerahkan penanganan pengungsi Rohingya pada masyarakat setelah dalam sepekan terakhir tidak ada kepastian dari pemerintah pusat terkait penanganan pengungsi tersebut.

Kita hanya serahkan pada masyarakat dengan bermusyawarah. Yang melibatkan keuchik serta tokoh agar masyarakat tidak anarkis,” kata Pj Bupati Pidie.

Sebagian besar rohingya ini terdiri dari perempuan dan anak-anak.

Maka itu, ia juga mengaku banyak hal dikhawatirkan dari perilaku para rohingya yang diyakini cukup membuat masyarakat kecewa. Terkait kebersihan dan hal lain.

Dikatakan, Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri menjadi dasar bagi pemerintah menjalankan berbagai upaya penanganan pengungsi, antara lain penemuan, pengamanan, penampungan, pengawasan, dan kerjasama internasional.

Sempat ingin duduki Scott Camp

Di sisi lain, Pj Bupati Wahyudi mengaku sebelumnya para rohingya ini sempat ingin dibawa ke Scott Camp di Seulawah, kawasan Pidie berbatasan dengan Aceh Besar. Lokasi ini pernah dipakai untuk kegiatan Pramuka.

Namun berhasil dicegah karena Scott Camp ini diwacanakan akan menjadi salah satu lokasi wisata rencananya bakal dijadikan kebun binatang.

"Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pidie kecil, sehingga muncul wacana kita ingin jadikan Scott Camp ini untuk kebun binatang. Tapi ini baru wacana kita juga akan berkoordinasi dengan pihak-pihak lain demi tercapainya rencana ini," pungkasnya. (*)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved