Berita Banda Aceh

RSUDZA Raih Juara 2 Open Innovation Faskes Tingkat Nasional, BPJS Kesehatan Apresiasi Inovasi Putroe

Singkatan yang diadaptasikan dari Bahasa Aceh, yaitu Pajoh Ubat Tiep Uroe (Putroe), yang bermakna minum obat setiap hari.

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Direktur RSUDZA Banda Aceh, dr Isra Firmansyah SpA PhD dan jajarannya dalam kegiatan penyerahan penghargaan Inovasi PUTROE yang meraih Juara 2 pada Open Innovation Fasilitas Kesehatan Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. 

RSUDZA Raih Juara 2 Open Innovation Faskes Tingkat Nasional, BPJS Kesehatan Apresiasi Inovasi Putroe  

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - BPJS Kesehatan Cabang Banda Aceh menyerahkan hadiah kepada RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh yang meraih Juara 2 pada Open Innovation Fasilitas Kesehatan Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.

RSUDZA meraih juara 2 dengan Inovasi yang dilahirkan yaitu “PUTROE”.

Singkatan yang diadaptasikan dari Bahasa Aceh, yaitu Pajoh Ubat Tiep Uroe (Putroe), yang bermakna minum obat setiap hari.

Sedangkan putroe diartikan putri dalam Bahasa Indonesia.

Inovasi PUTROE berbasis Aplikasi Whatsapp berupa layanan komunikasi via Grup WhatsApp yang menghubungkan petugas dan seluruh pasien Tuberkulosis (TBC) Resisten Obat (RO) RSUDZA.

Ini bertujuan memudahkan memantau pasien untuk meminum obat secara rutin tanpa harus datang ke rumah sakit.

dr Dewi Behtri Yanifitri,Sp.P(K) sebagai inisiator dan Ketua TIM INOVASI PUTROE RSUDZA
dr Dewi Behtri Yanifitri,Sp.P(K) sebagai inisiator dan Ketua TIM INOVASI PUTROE RSUDZA (Kolase Serambinews.com)

“Urgensi dari terciptanya inovasi ini adalah masih tingginya kasus putus obat Pasien TBC resisten obat (RO) di Poli TBC RO RSUD dr. Zainoel Abidin.

Bila pasien TBC RO tidak rutin dan atau tidak menyelesaikan pengobatan secara lengkap, maka akan menyebabkan kebal terhadap obat TBC yang ada saat ini.

Sehingga berakibat fatal bagi pasien dan menjadi sumber penularan bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Serta ada beberapa faktor lain seperti dikarenakan obat TBC RO ini harus diminum setiap hari dan harus di depan petugas.

Terdapat pasien yang tidak datang setiap hari, jarak tempat tinggal ke rumah sakit, terutama pada saat wabah covid-19 banyak pasien yang isolasi mandiri,” kata Pencetus Inovasi, Dewi Behtri Yanifitri dalam paparan materinya.

Baca juga: Presentasi di Masjid Nabawi Madinah, Inovasi Putroe RSUDZA Juara Inovasi Nasional 2023

Dokter Spesialis Paru Konsultan ini dalam paparan materinya juga menyebutkan dengan hadirnya inovasi PUTROE ini yang menggunakan Grup Whatsapp, pasien mendapatkan Notifikasi jadwal minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harian dan Wajib mengirimkan bukti video minum OAT.

Kemudian Dewi melanjutkan, pasien-pasien yang tergabung di dalam Grup Whatsapp tersebut menjadi termotivasi semangat untuk sembuh dan Pasien tidak merasa sendirian.

Keluhan efek samping obat disampaikan langsung, Pasien didampingi petugas dan dapat menghubungi kapan saja (24 jam) dan inovasi ini juga memberikan pengingat untuk jadwal control ulang.

“Inovasi ini dapat hadir karena kerja sama tim, jadi mereka ini sangat peduli dan cepat menanggapi dengan pasien-pasien TBC.

Awalnya kami tidak menganggap ini inovasi, karena kami beranggapan ini adalah kewajiban kami memastikan obat itu diminum setiap hari oleh pasien.

Selanjutnya ini juga menjadi salah satu objek audit klinis oleh Kementerian Kesehatan, apakah obat tersebut ada diminum oleh pasien di depan petugas.

Apalagi obat yang harus diminum mencapai 20 tablet setiap hari dengan berat badan minimal, jika memiliki berat badan lebih lagi maka bisa sampai 25 tablet per hari yang harus dikonsumsi,” jelas Dewi.

Baca juga: Lalui Ujian Terbuka, Konsultan Ginjal RSUDZA dr Abdullah SpPD Raih Gelar Doktor

Dewi menambahkan, dari hasil implementasi inovasi ini berdasarkan data yang dihimpun didapati Jumlah Kasus TBC RO yang Minum Obat Setiap Hari meningkat dari 85 persen menjadi 100 persen.

Kemudian Jumlah Kasus TBC RO dengan Efek Samping Obat Terdeteksi meningkat dari 44 persen menjadi 100 persen.

Dampak lainnya kata Dewi adalah Jumlah Kasus TBC RO dengan Jadwal Kontrol Ulang Teratur meningkat dari 81 persen dan Jumlah Kasus TBC RO yang Putus Obat/Drop Out (DO) menurun dari 15 persen menjadi 0 persen.

Direktur RSUDZA, dr Isra Firmansyah Sp.A PhD didampingi Kepala  Dinas Kesehatan Aceh dr Munawar memperlihatkan buku 'Memoar RSUDZA' saat peluncuran pada acara puncak  peringatan HKN ke-59 di RSUDZA, Banda Aceh, Kamis  (23/11/2023).
Direktur RSUDZA, dr Isra Firmansyah Sp.A PhD didampingi Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr Munawar memperlihatkan buku 'Memoar RSUDZA' saat peluncuran pada acara puncak peringatan HKN ke-59 di RSUDZA, Banda Aceh, Kamis (23/11/2023). (for serambinews.com)

Sementara itu, Direktur RSUDZA Banda Aceh, dr Isra Firmansyah SpA PhD dalam kegiatan penyerahan penghargaan Inovasi PUTROE tersebut mengungkapkan rasa bahagianya dengan masuknya Inovasi PUTROE sebagai salah satu finalis Open Innovation Fasilitas Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.

“Poin penting dari inovasi ini adalah merupakan wujud kepedulian dari petugas rumah sakit kepada pasien, yang biasanya pasien TBC ini dikucilkan.

Jadi kita intens memandu mereka minum obat setiap harinya. Dengan keberhasilan pada saat ini dengan berhasilnya kami meraih juara 2, diharapkan dapat meningkatkan kendali mutu dan kendali biaya dalam Program JKN dan untuk selanjutnya inovasi ini akan kami kembangka menjadi lebih baik lagi.

Baca juga: Peringati Puncak HKN Ke-59, RSUDZA Luncurkan Buku Memoar Tenaga Kesehatan

Sekali lagi selamat kepada inovator dan harapannya dengan inovasi ini semoga dapat dieprgunakan secara nasional sehingga angka kasus TBC ini semakin menurun,” harap Isra.

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Banda Aceh, Neni Fajar mengatakan bahwa sangat mengapresiasi RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh dengan Inovasi PUTROE yang diciptakan.

Tentunya kata Neni, BPJS Kesehatan memberikan penghargaan kepada Inovasi PUTROE sebagai juara 2 dalam Open Innovation Fasilitas Kesehatan Tingkat Nasional.

“Inovasi PUTROE ini sebenarnya sederhana, namun penilaian dari inovasi ini sangat memenuhi kriteria yaitu bagaimana meningkatkan mutu layanan dengan sistem digitalisasi dan simplifikasi.

Selain itu juga semoga dengan diperolehnya juara 2 untuk Inovasi PUTROE ini menjadi motivasi bagi fasilitas Kesehatan lainnya khususnya di Aceh untuk berinovasi untuk meningkatkan mutu layanan melalui simplifikasi serta digitalisasi,” ungkap Neni.(*)

Baca juga: Baitul Mal Aceh dan RSUDZA Jajaki Program Bantu Pasien Miskin

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved