Jurnalisme Warga
Mengenal Penulis Muda dari UBBG Banda Aceh
Kemampuan Hanum dalam menulis dianggapnya sebagai kekuatan terbesar hidup karena bisa menyampaikan apa saja, termasuk kritik sosial, melalui tulisan b
Saat ini, kesibukan Hanum ialah menjadi mahasiswa semester tiga, aktif sebagai anggota UKM Jurnalistik di kampus, masih menulis fiksi seperti biasa, dan berusaha menjadi sosok ibu pengganti bagi dua keponakannya yang piatu.
Baginya, sesibuk apa pun kegiatan sekarang, menulis adalah bagian dari kehidupan. Jika bagi orang lain menulis adalah pekerjaan sampingan, Hanum menganggapnya sebagai kebutuhan. Tiada hari tanpa ia menarikan jemari di atas kibord latopnya. Mau berapa ratus kata atau ribuan, ia tetap menyisihkan waktu untuk menulis.
Hanum juga membagikan tip untuk para pemuda- pemudi Aceh dan siapa saja yang ingin memulai karier sebagai penulis. Pertama, tidak boleh memandang tulisannya jelek. Siapa pun itu, mau penulis besar, terkenal di mana-mana, akan selalu merasa tulisannya tidak bagus. Penilaian bagus atau tidak sebuah tulisan berada di tangan pembaca, bukan penulis. Walaupun pemula tetap harus memandang tulisan itu bagus.
Kedua, tak perlu berpikir bahwa menulis harus memakai laptop. Menulis bisa saja menggunakan handphone. Handphone zaman sekarang sudah bisa menampung aplikasi dokumen seperti Word atau WPS, jadi menulis pun menjadi lebih mudah karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Hanum sendiri sering menulis menggunakan handphone karena merasa lebih nyaman.
Ketiga, seberapa keren ide sebuah tulisan tidak dinilai dari lama atau tidaknya dipikirkan oleh seorang penulis. Tulis saja apa yang ada di sekitar. Menemukan orang-orang berkepribadian unik, mengenakan gaya pakaian bertolak belakang dengan orang lain, dan menyaksikan sebuah peristiwa seperti kecelakaan, itu bisa dijadikan topik utama sebuah tulisan. Tidak perlu berpikir terlalu jauh. Lihat dulu apa yang ada di sekeliling kita.
Kata kunci menjadi seorang penulis ialah tidak pernah berhenti mencoba dan tidak menolak kritik ataupun saran dari pembaca. Pasti ada komentar baik dan diiringi oleh komentar buruk. Hal baik harus diambil, yang buruk-buruk bisa dilupakan.
Ada banyak penulis pemula yang berhenti menulis karena mengalami fenomena ‘writers block’, yakni kondisi di mana kejiwaannya terguncang akibat serangan komentar bernada miring dari pembaca.
Selama hampir empat tahun menekuni dunia kepenulisan, Hanum berharap ada banyak sekali pemuda Aceh yang tertarik dengan literasi. Baik itu dari segi membaca, maupun menulis. Sehingga, Aceh semakin terekspos sebagai daerah yang agamis dan juga idealis.
Ada banyak manfaat menulis. Selain memiliki karya, menulis merupakan media berbicara. Bahkan bisa dijadikan sebagai media dakwah. Oleh karena itu, Hanum memimpikan ada banyak penulis muda lahir dari Aceh.
Menurut Hanum, menulis fiksi bukan sekadar mengarang kisah cinta saja, melainkan sisi terang dari kepiawaian seseorang untuk memasukkan ilmu-ilmu, termasuk ilmu agama, ilmu pemerintahan, dan ilmu pendidikan dan membungkusnya dengan fiksi.
Menurut Hanum, pemerintah harus menaruh perhatian lebih kepada mereka yang memiliki kemampuan lebih di bidang literasi. Tujuannya, supaya makin banyak sastrawan muda Aceh yang terpacu semangatnya dalam berkarya dan memublikasikan tulisannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.