Bila Jokowi Keluar PDIP, Elektabilitas Ganjar-Mahfud dan Target Menang Hattrick Menguap Begitu Saja
Analis Politik, Ahmad Khoirul Umam mengatakan, bila Jokowi keluar dari PDIP, maka berdampak pada elektabilitas paslon Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Analis Politik, Ahmad Khoirul Umam mengatakan, bila Jokowi keluar dari PDIP, maka berdampak pada elektabilitas paslon Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Selain itu, target menang hattrick (tiga kali berturut-turut) sebagaimana yang digaungkan PDIP selama ini pun bakal meluap begitu saja.
Hal itu disampaikannya menanggapi ketidakhadiran Presiden Jokowi pada HUT ke-51 PDI Perjuangan yang digelar di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (10/1/2024).
Sikap ini menurut Umam, menegaskan positioning Jokowi dalam konteks relasinya dengan PDIP.
Baca juga: Megawati: Kalau Ada yang Mau Bantah Saya Datang, Jangan Saya Dibully, Jangan Dipotong-potong
Baca juga: Bantah Pernyataan Prabowo, Ketua BP Pemilu PDIP Aceh Sebut Hoax Soekarno Beli Senjata Bekas
Di satu sisi menurutnya, PDIP bisa saja memang tidak mau mengeluarkan surat undangan untuk Presiden ke-7 RI itu sebagai bentuk kemarahan atas pencawapresan Gibran.
Namun di sisi lain, diduga Jokowi sendiri merespon itu sebagai bentuk perlawanan kepada partai yang membesarkannya.
Kalau kemudian situasi ini tidak termanage dengan baik, menurutnya bisa jadi sebagai tanda awal PDIP dan Jokowi benar-benar bakal pisah secara formal.
"Titik pisah ini bisa saja kemudian menjadi sebuah langkah awal betul-betul pisah secara formal," jelas Umam dalam YouTube METRO TV dikutip, Rabu (10/1/2024).
Lebih dari itu, bila tidak diantisipasi sebagaimana spekulasi selama ini, maka Jokowi bisa saja menyatakan secara terbuka terkait statusnya di PDIP kepada publik.
"Jokowi bisa saja kemudian menyatakan secara terbuka keluar dari PDIP," jelas Umam.
Baca juga: PDIP Protes Keras Relawan Ganjar Dikeroyok TNI, Mahfud MD: Harus Ditindak, Jangan Disembunyikan
Menurutnya, bila itu terjadi maka dampaknya bisa ke mana, termasuk dengan elektabilitas Ganjar-Mahfud, elektabilitas PDIP hingga target menang hattrick bisa menguap begitu saja.
"Salah satunya bukan hanya konsolidasi elektabilitas dari Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, tapi juga bagi konsolidasi elektabilitas PDIP itu sendiri," ungkap Umam.
"Nah kalau misal itu terjadi, maka target tiga kali berturut-turut, target hattrick bisa menguap begitu saja," sambungnya.
Analis politik itu menjelaskan, apa yang terjadi antara PDIP dan Jokowi ini bukan sesuatu yang biasa-biasa saja.
Kalau diistilahkan dalam fiqih munakahat, menurutnya sudah jatuh pada talak tiga, sulit untuk mencari titik ruang negosiasi dan ruang kompromi pada tahap selanjutnya.
Apalagi menurutnya bila dicermati, karakter konflik yang selama ini terjadi ketika bersinggungan langsung dengan ego Ketua Umum PDIP Megawati, sering kali sifatnya saling menihilkan dan menghilangkan peran satu sama lain.
"Oleh karena itu, ruang negosiasi dan kompromi rasanya menjadi agak sulit dihadirkan dalam proses konflik yang terjadi saat ini," pungkasnya.
Megawati: Kalau Ada yang Mau Bantah Saya Datang, Jangan Saya Dibully
Sementara di kesempatan berbeda, Ketua Umum PDI-P sekaligus Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri berbicara panjang lebar tentang kondisi Bangsa Indonesia akhir-akhir ini.
Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato politiknya saat acara puncak dari peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 PDI-Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (10/1/2024).
Dalam pidato yang disiarkan langsung di Youtube Kompastv dan Tribun Network, nada pidato Megawati sempat beberapa kali meninggi.
Terutama menyinggung tentang kehidupan rakyat dan kepemimpinan yang menurutnya mulai meninggalkan kepentingan rakyat, bahkan ada intimidasi dan kekerasan terhadap rakyat.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga bercerita panjang lebar tentang maksud cinta Tanah Air yang ditanamkan oleh ayahnya Soekarno, kepada dirinya sejak kecil.
Ia juga bercerita saat masih kecil diajak oleh Bung Karno ke Tiongkok, dan melihat langsung bagaimana anak-anak Tiongkok diajarkan berdiri tegak lurus untuk menunjukkan cinta tanah air.
“Lalu saya dibilang komunis, saya tidak mengikut komunis, saya mengikut Pancasila. Tapi kan banyak hal yang bisa, bisa, dan bisa untuk ditiru,” ujar Megawati sembari menceritakan tentang isi surat Presiden Tiongkok Xi Jinping yang antara lain menyebutkan bahwa di Tiongkok sudah tidak ada kemiskinan sampai di tingkat desa.
Suara Megawati tiba-tiba meninggi. “Pertanyaan saya, apakah (di negara kita) sampai tingkat desa tidak ada rakyat yang masih kita sebut fakir miskin?”.
“Makanya kenapa yang menjadi tagline pada rakernas ketiga PDIP “Fakir miskin musti dipelihara oleh negara’,” ungkap Mega disambut tepuk tangan hadirin.
“Bisa apa tidak... bisa,” ujar Mega menjawab sendiri pertanyaan.
Ia kemudian melanjutkan, “Kamu mesti hitung APBN nanti dengan menteri keuangan,” ujar Megawati menunjuk ke arah Ganjar Pranowo yang duduk tepat di depan mimbar Megawati berpidato.
“Nah, jadi kan betul dengan ada Pak Mahfud, jangan sampai ada korupsi. Ya habislah kalau semuanya korupsi,” lanjut Megawati.
Dua Gelar Profesor, 10 Doktor Honoris Causa
Dalam kesempatan itu, Megawati juga bercerita dirinya saat ini ditunjuk sebagai salah satu anggota Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
BRIN ini adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam menyelenggarakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan yang terintegral.
Baca juga: Prabowo Akhirnya Ngaku Tanahnya Mendekati 500 Ribu Ha, Ternyata Lebih Luas dari Sebutan Anies-Jokowi
“Itu (di BRIN) researchersnya (peneliti) saja 8144 orang, profesor doktor, segala macam,” ujar Megawati.
Lalu, dengan raut wajah riang, Megawati bercerita ia sempat agak nervous karena akan bergabung bersama para akademisi dengan gelar profesor doktor.
“Tapi kemudian saya bisa menyombongkan diri. Jadi waktu mengenalkan diri saya: ‘saya ibu Megawati Soekarnoputri gelar saya dua profesor, 10 honoris causa doktor, gitu lho,” ujar Mega sembari tersenyum lebar.
“Jadi semuanya pada...” lanjut Megawati sambil memonyongkan mulutnya, disambut tepuk tangan hadirin.
“Lho iya lho,” lanjutnya.
Kemudian, nada suara Megawati tiba-tiba meninggi.
“Jadi kalau saya ngomong itu, dari keilmuan dapat dipertanggungjawabkan, dari rohani dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
“Kalau ada yang mau membantah saya datang, jangan saya dibully, jangan saya dipotong potong kalau ngomong,” lanjut Megawati masih dengan nada suara tinggi.
Megawati kemudian terdiam sesaat. Lalu nada suaranya merendah.
“Coba ayo, saya selalu bilang, kalau ndak setuju sini, catat nama. Ya tentu dong,” ujarnya.
Ia melanjutkan, “Mbak Puan bilang, mama kalau ngomong jangan keras-keras.”
“No,” nada suara Mega kembali meningkat.
“Karena saya ingin mengatakan kepada rakyat saya bahwa kalian itulah sebenarnya pemegang kekuasaan di Republik ini,” ujarnya.
“Jadi jangan takut kalau diintimidasi, dipukul, kamu harus ngomong. Jangan takut,” ungkap Megawati dengan nada suara tinggi.
“Karena yang memukul kamu, mengintimidasi kamu ingat adalah rakyat Indonesia juga, sampai pemimpinnya,” lanjut Megawati.
Suaranya kemudian kembali terdengar pelan.
“Nanti Pak Ma’ruf juga pensiun. Siapa yang enggak pensiun,” kata Megawati sembari menunjuk ke arah Wapres Ma’ruf Amin yang duduk di sebelah Ganjar Pranowo.
“Udah pasti, saya (juga) pensiun. Kok aneh banget,” lanjut Mega sembari tertawa kecil.
Wapres Ma’ruf Amin dan Ganjar Pranowo serta para hadirin yang tampak di layar kamera, terlihat mendengar pidato Megawati dengan seksama.
“Gitu lho. Nah, jadi apa. Ya, kalau saya udah ngomong ya gini. Iya dong, amanat penderitaan rakyat itu ada dan disimpan di sini,” ujarnya sambil memukul mukul pelan dadanya dengan tangan yang terkepal.
“Jadi terus bergerak ke bawah, memperkuat akar rumput,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Megawati Soekarnoputri mengajak para kader PDI Perjuangan untuk memperkuat kedekatan dengan rakyat.
Megawati memandang rakyat sebagai inti kekuatan partainya.
Menurut dia, PDI-P bisa mencapai usia 51 tahun hari ini karena besarnya kekuatan rakyat, bukan karena presiden ataupun menteri sekalipun.
"Perkuatlah akar rumput. Sebab, itulah kekuatan riil kita. Camkan hal ini sebagai sebuah napas kontemplasi kita. 51 tahun kita bisa jadi begini bukan karena elite, bukan karena presiden, bukan karena menteri, tapi karena rakyat yang mendukung kita," kata Megawati saat berpidato politik untuk memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-51 PDI-P, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (10/1/2024).
Megawati menjelaskan mengapa ia sering menyebut akar rumput dalam setiap pidato politiknya.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.