Breaking News

Jurnalisme Warga

Menyaksikan Pameran Aksara Kuno di Museum Aceh

Mengunjungi Museum Aceh adalah salah satu kegiatan Modul Nusantara oleh Kelompok Rencong, tempat saya bergabung selama ikut program PMM di UBBG. Kami

Editor: mufti
IST
SYIFA HAMIDAH, Mahasiswi Universitas Djuanda Bogor,  anggota Kelompok Rencong Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 3 Inbound Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG), melaporkan dari Banda Aceh 

Di bagian koleksi milik Museum UIN  Ar-Raniry saya dapat melihat Shirat Al-Mustaqim yang dikarang oleh Syekh Nuruddin Ar-Raniry pada abad 17 M. Isinya merupakan fikih mazhab Imam Syafi’i yang terdiri atas 7 bab utama, 21 subbab, dan 90 pasal. Ditulis menggunakan aksara Melayu/Jawi dan pembahasannya adalah mulai dari bab thaharah, bab shalat hingga bab perburuan dan penyembelihan. Bahannya terbuat dari kertas Eropa berukuran 23 x 7 cm.

Selanjutnya ada Gayah Al-Taqrib yang dikarang oleh Al-Qadi Abu Syuja, menjelaskan fikih ibadah menurut Imam Syafi’i. Bahannya terbuat dari kertas Eropa dengan ukuran 17,5 x 23,5 cm. Ditulis  menggunakan aksara Arab dan Melayu. Koleksi ini milik Museum Ali Hasjmy.

Di bagian tengah ruangan ini terdapat lembaran-lembaran kertas yang dipamerkan dalam satu kaca besar. Terlihat beberapa kertas yang sobek dan kumuh menandakan bahwa koleksi ini merupakan barang kuno yang patut dijaga keberadaannya agar manusia di masa depan tetap bisa melihat, merasakan, dan ikut dibawa ke dalam lembaran sejarah tersebut.

Demikian, penjelasan beberapa koleksi aksara kuno milik beberapa museum yang berbeda di gedung pameran temporer regional ini. Senang rasanya bisa berbagi pengalaman dan informasi kepada teman-teman pembaca.

Besar harapan saya terhadap generasi muda untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah dan nasionalisme.

Kegiatan Modul Nusantara ini bukan hanya sekadar memperdalam makna toleransi, lebih  jauh dari itu. Makna persudaraan, kekeluargaan, persabatan, dan kebersamaan yang saya dapat selama ini tidak akan luput dari ingatan.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ini adalah salah satu wadah bagi saya untuk menjadi pribadi yang bisa saling memahami satu sama lain  dan menganggap perbedaan adalah sesuatu yang berharga untuk menjunjung tinggi nilai moral sebagai manusia.

Tidak lama lagi saya akan meninggalkan tanah ini. Tanah yang saya injak selama empat bulan, yang memberikan saya perasaan suka, duka, canda, dan tawa. Terima kasih PMM 3 UBBG telah memberikan saya pengalaman indah ini. Semoga suatu saat bisa kembali lagi ke Tanah Rencong ini dengan segala keunikan barunya di masa yang akan datang.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved