Opini

Harmoni Pariwisata dan Ramadhan di Aceh

Dalam Al-Quran Surah Ar-Rum ayat 41, Allah berfirman, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, agar Allah mer

Editor: mufti
IST
Dr Ir Azhar MSc, Dosen Departemen Agribisnis USK dan Penulis Buku Religiusitas Agama dan Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Pariwisata (2024) 

Dr Ir Azhar MSc, Dosen Departemen Agribisnis USK dan Penulis Buku Religiusitas Agama dan Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Pariwisata (2024)

DALAM Islam, konsep pariwisata tidak secara langsung disebutkan dalam Al-Quran atau hadis secara eksplisit. Namun, terdapat prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam konteks pariwisata berdasarkan ajaran Islam. Beberapa dalil yang relevan antara lain; Pertama yaitu menjaga alam dan lingkungan.

Islam menekankan pentingnya menjaga alam dan lingkungan. Allah swt menciptakan alam semesta beserta isinya sebagai tanda kebesaran-Nya dan sebagai amanah bagi manusia untuk dijaga dan dilestarikan.

Dalam Al-Quran Surah Ar-Rum ayat 41, Allah berfirman, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Kedua, tentang ketentuan perjalanan. Islam memberikan petunjuk tentang tata cara perjalanan yang baik dan benar. Dalam banyak hadist, Rasulullah saw memberikan nasihat kepada umatnya tentang etika perjalanan, seperti mempersiapkan bekal yang mencukupi, menjaga kebersihan, dan menjaga keselamatan diri serta orang lain.

Ketiga, tentang keramahtamahan dan kepedulian terhadap tamu. Islam mendorong umatnya untuk menjadi tuan rumah yang baik dan ramah terhadap tamu. Dalam banyak hadis, Rasulullah saw menganjurkan agar kita memperlakukan tamu dengan baik, memberikan makanan dan minuman yang layak, serta memberikan perlakuan yang baik selama mereka berada di tempat kita.

Keempat, tentang menghargai keanekaragaman budaya dan tradisi. Islam mengajarkan pentingnya menghormati dan menghargai keanekaragaman budaya dan tradisi. Dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Dari dalil-dalil di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun tidak ada dalil yang secara khusus membahas tentang pariwisata dalam Islam, prinsip-prinsip umum Islam, seperti menjaga lingkungan, etika perjalanan, keramahtamahan terhadap tamu, dan menghargai keberagaman budaya, dapat diterapkan dalam konteks pariwisata.

Pariwisata yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam akan menciptakan pengalaman yang bermakna, berkelanjutan, dan menyenangkan bagi semua pihak yang terlibat.

Aceh, sebuah provinsi yang kaya akan budaya dan sejarah, menyimpan potensi besar dalam industri pariwisata, terutama selama bulan Ramadan. Dengan mayoritas penduduknya yang menganut agama Islam, Aceh menjadi tujuan menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman unik selama bulan suci ini.

Namun, dalam konteks keagamaan yang kuat, tantangan dan peluang unik muncul untuk industri pariwisata di Aceh selama bulan Ramadan. Artikel ini akan mengeksplorasi hubungan antara pariwisata dan puasa Ramadan serta bagaimana kedua elemen ini dapat berpadu harmonis untuk menciptakan pengalaman perjalanan yang berkesan.

Ramadhan di Aceh

Aceh adalah salah satu destinasi terbaik untuk merasakan pengalaman Ramadan yang autentik. Berbagai kegiatan keagamaan, seperti shalat tarawih dan tadarus Al-Quran, dapat disaksikan di masjid-masjid bersejarah yang tersebar di seluruh provinsi. Selain itu, tradisi berbuka puasa bersama di rumah-rumah masyarakat setempat memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk merasakan keramahan dan kehangatan budaya Aceh.

Secara terperinci kegiatan pariwisata selama bulan Ramadhan dapat dilakukan dalam berbagai format antara lain; wisata religius. Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh menjadi pusat perhatian selama bulan Ramadhan. Wisatawan dapat mengunjungi masjid ini untuk berpartisipasi dalam shalat tarawih yang penuh khidmat atau sekadar menyaksikan keindahan arsitektur masjid yang megah.

Selain itu, wisatawan juga dapat mengunjungi makam-makam para wali di Aceh untuk berziarah dan berdoa. Kegiatan lain yaitu pasar malam Ramadhan. Seperti di banyak tempat lain di dunia Muslim, pasar malam Ramadhan adalah daya tarik utama di Aceh.

Wisatawan dapat menikmati beragam hidangan khas Ramadhan, seperti kanji rumbi, daun peugaga, dan makanan laut segar, di pasar-pasar malam yang ramai dan penuh warna. Ini juga merupakan kesempatan bagi mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang budaya Aceh.

Selanjutnya adalah Tur Sejarah dan Budaya. Aceh memiliki sejarah yang kaya dan warisan budaya yang menarik untuk dieksplorasi. Selama bulan Ramadhan, wisatawan dapat mengikuti tur sejarah dan budaya yang dipandu untuk menjelajahi situs-situs bersejarah, seperti Museum Tsunami Aceh, Benteng Indra Patra, dan Taman Putroe Phang.

Tur ini tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah Aceh, tetapi juga memperdalam pemahaman tentang Islam di wilayah ini. Kegiatan Amal dan Sosial merupakan kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya. Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk berbagi kebaikan dengan sesama.

Banyak lembaga amal dan organisasi masyarakat yang mengadakan kegiatan amal selama bulan Ramadhan. Seperti pembagian paket sembako kepada masyarakat yang membutuhkan atau penyelenggaraan iftar massal untuk kaum duafa. Wisatawan dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ini untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat Aceh.

Penurunan kunjungan

Bulan Ramadhan mempengaruhi industri pariwisata secara luas, terutama di destinasi wisata yang memiliki populasi Muslim yang signifikan. Sebagian besar negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Turki, dan negara-negara Timur Tengah, menyaksikan perubahan besar dalam aktivitas pariwisata selama bulan Ramadhan.

Selama bulan Ramadhan, terjadi penurunan kunjungan wisatawan asing ke negara-negara dengan mayoritas Muslim. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan jadwal penerbangan, restoran yang tutup pada siang hari, dan suasana umum yang lebih tenang selama bulan suci ini.

Meskipun penurunan kunjungan wisatawan asing, terjadi peningkatan jumlah wisatawan Muslim yang melakukan perjalanan ke destinasi wisata yang memiliki pengalaman unik selama bulan Ramadhan. Mereka tertarik untuk mengalami nuansa spiritual dan budaya yang khas selama bulan suci ini.

Pola konsumsi wisatawan juga mengalami perubahan signifikan selama bulan Ramadhan. Wisatawan cenderung menghindari kegiatan yang terlalu melelahkan atau membutuhkan energi berlebihan, dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu dalam kegiatan yang lebih santai dan reflektif.

Pariwisata selama bulan Ramadan di Aceh menawarkan pengalaman yang unik dan berkesan bagi wisatawan yang ingin mendalami tradisi dan budaya Islam. Dengan berbagai kegiatan religius, budaya, dan sosial yang tersedia, Aceh memperlihatkan potensi besar sebagai destinasi wisata Ramadan yang menarik.

Dengan memperkuat infrastruktur pariwisata dan mempromosikan kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan, Aceh dapat menjadi destinasi unggulan bagi wisatawan yang mencari pengalaman yang autentik dan bermakna selama bulan Ramadhan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved