Opini
Impor Beras vs Panen Raya
Segiat apa pun instansi atau institusi pemerintah terkait pertanian dalam upaya menelurkan dan menetaskan program peningkatan produksi dalam negeri, k
Segiat apa pun instansi atau institusi pemerintah terkait pertanian dalam upaya menelurkan dan menetaskan program peningkatan produksi dalam negeri, kalau tidak diimbangi dengan upaya melindungi harga dan menjamin pasarnya, sama saja bertepuk sebelah tangan.
Dan kebijakan-kebijakan dengan slogan pro rakyat tentu hanya sekedar tong kosong nyaring bunyinya. Atau jangan-jangan kita memang sengaja mempertahankan dan memelihara kaum tani sebagai komoditas politik. Selama petani masih menjadi komoditas politik selama itulah ia tidak akan maju dan sejahtera.
Bagaimana mungkin petani dapat disejahterakan jika para elite hanya lips service bicara nasib petani. Padahal apa yang kita tidak punya, segala sumber daya kita miliki dengan kompleksnya. Bicara lahan kita punya tanah yang luas dan subur, walaupun umumnya petani kita gurem.
Teknologi yang terpakai juga bukan barang jadul, petani kita sangat siap dan sigap dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangannya, buktinya produktivitas kita tinggi melebihi negara tetangga pengimpor. Golongan intelektual petani juga tidak sedikit, nyaris semua perguruan tinggi punya pakar pertaniannya.
Meskipun lulusan kampus pertanian masih tetap enggan menggeluti sektornya sendiri. Biarpun petani yang tersedia masih memprihatinkan dari segi usia dan tingkat pendidikan, tetapi petani kita sangat ulet, sabar, tangguh dan rajin. Ini modal besar yang semestinya turut diperhitungkan.
Hanya saja yang perlu digarisbawahi adalah sejak bangsa ini berdiri, merdeka, dan membangun, kita belum mampu mengurus keagrariaan kita dengan baik walaupun senantiasa membusungkan dan menepuk dada sebagai bangsa agraris terbesar di dunia.
Duhai para pesohor negeri, malulah pada diri sendiri jika hingga saat ini masih belum memiliki itikad dan ikhtiar yang kuat dalam memajukan sektor ini. Karena ingatlah mengapa negeri ini dulunya dijajah oleh bangsa-bangsa imperialis, hanya karena bangsa ini memiliki sumber daya yang dipandang sebagai sumber kehidupan dan mereka ingin menguasainya karena menguasai sumber kehidupan berarti pemenang dalam kehidupan.
Lantas mengapa kita boh-boh droe (baca: buang-buang diri). Ingat akronim ala Soekarno, sang funding father kita, Petani adalah singkatan dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia. Jika mau bangsa ini kuat, kokohkan penyangganya.
Jadikan profesi petani menjadi menarik karena mendapat tempat istimewa di hati penduduk negeri agar petani mampu menjadi tuan di negerinya sendiri sehingga bangsa ini disegani dalam percaturan global akibat nilai tawar sumber kehidupan yang dimiliki dan dikuasainya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.