Idul Fitri 1445 H

Bolehkah Mengambil Puasa Syawal 6 Hari Hanya Pada Hari Senin dan Kamis Saja? Ini Kata Buya Yahya

Buya Yahya menjelaskan, menurut mazhab Imam Syafi'i puasa sunnah syawal sangat dikukuhkan dikerjakan pada tanggal 2 syawal dan dikerjakan berurutan se

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN
Buya Yahya - Bolehkah Mengambil Puasa Syawal 6 Hari Hanya Pada Hari Senin dan Kamis Saja? Ini Kata Buya Yahya. 

SERAMBINEWS.COM - Bolehkah mengambil atau menunaikan puasa syawal 6 hari hanya pada hari Senin dan Kamis saja?

Pertanyaan ini biasanya sering muncul setiap bulan syawal tiba.

Diketahui, pada bulan syawal umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa.

Ibadah puasa yang dikerjakan pada bulan syawal ini hukumnya sunnah, namun ada banyak keistimewaan.

Oleh sebab itu, setelah menjalankan ibadah puasa wajib pada bulan Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk melanjutkan ibadah puasa sunnah syawal.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ra, disebutkan bahwa berpuasa selama enam hari setara dengan berpuasa selama setahun penuh.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164).

Seperti disebutkan dalam hadist itu pula, puasa syawal dilakukan selama 6 hari di bulan syawal.

Waktu pengerjaannya bisa dimulai setelah Lebaran Idul Fitri 1 Syawal.

Baca juga: Puasa Syawal 6 Hari, Ustadz Abdul Somad Ungkap Keutamaannya

Dalam praktek ibadahnya, ada sebagian umat muslim yang menuntaskan puasa syawal sekaligus dengan cara berpuasa selama 6 hari berturut-turut.

Sebaliknya, ada juga yang tidak mengerjakan puasa syawal langsung selama 6 hari berturut-turut, melainkan berselang hari.

Misalnya seperti mengerjakan puasa syawal hanya pada hari Senin dan Kamis saja.

Diketahui, pada hari Senin dan Kamis, umat muslim dianjurkan untuk mengamalkan ibadah puasa sunnah atau yang biasa disebut dengan puasa Senin Kamis.

Amalan puasa sunnah bisa dilakukan setiap 

Lantas, apa boleh demikian?

Bolehkah memilih hari-hari khusus untuk mengerjakan puasa syawal, atau mengerjakan puasa sunnah tidak berurutan selama 6 hari?

Persoalan ini rupanya sudah pernah disinggung oleh Buya Yahya dalam sebuah kajiannya yang diunggah di YouTube Al-Bahjah TV.

Lalu bagaimanakah penjelasan Buya Yahya? Simak selengkapnya dalam artikel yang dirangkum Serambinews.com berikut.

Ketentuan mengerjakan puasa sunnah syawal

Dalam sebuah video yang diunggah pada 14 Juni 2017 di YouTube Al Bahjah TV, Buya Yahya telah memberikan penjelasannya mengenai ketentuan dalam mengerjakan ibadah puasa sunnah syawal.

Dijelaskan Buya Yahya dalam video itu, menurut mazhab Imam syafi'i, mengerjakan puasa sunnah syawal tidak harus berurutan atau berturut-turut selama 6 hari.

"Menurut mazhab kita Imam Syafi'i, 6 itu tidak harus berurutan," ujar pendakwah bernama lengkap Prof. Yahya Zainul Ma'arif, LC, MA, Ph.D tersebut, dikutip dari tayangan video YouTube Al Bahjah TV.

Baca juga: Apakah Puasa Syawal Harus Berturut-turut Dilakukan Selama 6 Hari? Ternyata Lebih Utama Begini

Berikut tayangan video penjelasan lengkap Buya Yahya soal puasa syawal harus atau tidak dikerjakan berurutan selama 6 hari.

Akan tetapi, lanjut Buya Yahya, jika ada yang mau mengerjakannya secara berurutan langsung selama 6 hari, itu lebih baik.

Sebab apabila ditunda-tunda, dikhawatirkan menjadi lupa sampai bulan Syawal berlalu.

Pada akhirnya, kesempatan untuk mengerjakan puasa sunnah syawal di tahun itu juga berlalu.

"Memang lebih utama segera diselesaikan. Karena apa? Menunda amal baik takut nanti tidak ada kesempatan lagi," sebut Buya Yahya.

Lebih lanjut Buya Yahya menerangkan, bagi yang berpuasa sunnah syawal secara tidak berurutan, pahala puasanya tetap sama dengan yang menunaikannya selama 6 hari berturut-turut.

Bahkan, jika ada seseorang yang berpuasa, namun saat bersilaturrahmi ia disuguhkan makanan, boleh baginya untuk menunda dahulu puasa tersebut.

"Jadi tidak harus, karena puasa sunnah,"

"Jadi boleh 1 (hari) puasa, besok 3 hari (kemudian) lagi, 4 hari (kemudian) lagi, sah. Dan dapatkan pahala puasa enam," jelasnya.

Buya Yahya menambahkan, bagi orang yang ingin mengerjakan puasa sunnah syawal juga bisa memilih hari untuk melakukannya.

Misalnya seperti memilih mengerjakan puasa syawal pada hari Senin dan Kamis yang juga disunnahkan berpuasa untuk mendapat pahala keduanya.

"Kalau sunnah dengan sunnah boleh Anda niatkan kedua-duanya. Saya niat puasa syawal plus puasa Senin, saya niat puasa syawal plus puasa Kamis,"

"Atau nanti pas pertengahan syawal puasa putih, 13 14 15. Anda niatkan, boleh," terang Buya Yahya.

Baca juga: Batalkan Puasa Syawal saat Bertamu Demi Menghormati Tuan Rumah, Apa Hukumnya? Ini Anjuran Rasulullah

Waktu terbaik mengerjakan puasa syawal

Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah itu juga pernah memberikan penjelasannya mengenai waktu-waktu mengerjakan ibadah puasa syawal.,

Buya Yahya menjelaskan, menurut mazhab Imam Syafi'i puasa sunnah syawal sangat dikukuhkan dikerjakan pada tanggal 2 syawal dan dikerjakan berurutan selama 6 hari.

Hal itu disampaikan Buya Yahya dalam tayangan video lainnya yang diunggah oleh YouTue Al-Bahjah TV berjudul "Bolehkah Puasa Sunnah Syawal 6 Hari".

Berikut tayangan video penjelasan lengkap Buya Yahya soal waktu pengerjaan puasa sunnah syawal.

"Penjelasan dari Faatbaahu Sittan, puasa 6 syawal itu disunnahkan, menurut Imam Syafi'i disunnahkan di atas sunnah sangat dikukuhkan, jika ditanggal ke-2 berurutan sampai tanggal ke-6. Itu dalam mazhab Imam Syafi'i radhiallahu 'anhu," kata Buya Yahya.

Tapi, lanjutnya, ada ikhtilaf pendapat ulama lainnya yang berbanding terbalik dengan mazhab Imam Safi'i.

Menurut Imam Maliki, makruh apabila langsung memulai puasa sunnah syawal setelahnya hari raya pertama Idul Fitri atau pada tanggal 2 Syawal.

Ini karena dikhawatirkan, puasa sunnah syawal menjadi sebuah kewajiban sehingga dianggap bisa memberatkan orang.

"Jadi kalau Anda kenal yang Mazhab Maliki, tidak langsung (puasa) hari ke-2, 3, 4 nanti," lanjut Buya Yahya.

Lalu, apakah pengikut Mazhab Imam Syafi'i boleh jika tidak langsung mengambil puasa sunnah syawal pada tanggal 2 Syawal?

Dikatakan Buya Yahya, boleh mengerjakan puasa sunnah Syawal kapan saja selagi masih dalam bulan Syawal.

Akan tetapi, mengerjakan langsung setelah tanggal 1 Syawal merupakan sunnah diatas sunnah.

"Menurut apa yang saya ketahui, menurut Imam Syafi'i dijelaskan, setelah hari raya, lebaran sehari, kemudian puasa lagi," terangnya.

"Kalaupun kita orang Mazhab Imam Syafi'i, pengen puasanya nanti setelah tanggal 7 saja deh, boleh ga masalah dan tidak dikatakan tidak sunnah dalam Mazhab Syafi'i," pungkasnya.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Mengerjakan Puasa Syawal? Begini Penjelasan Buya Yahya Berdasarkan Mazhab

Niat dan tata cara puasa syawal

Adapun tata cara puasa sunnah Syawal sama seperti puasa ramadhan.

Yaitu dengan menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Sementara pada niatnya, ada sedikit perbedaan yang terletak pada niat puasanya.

Dilansir dari laman resmi Kemenag, niat puasa syawal tidak harus dipanjatkan pada malam hari.

Pasalnya, kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib.

Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.

Oleh sebab itu, apabila seseorang lupa berniat pada malam hari, maka dibolehkan untuk berniat pada siang harinya.

Atau jika orang tersebut mendadak ingin mengamalkan sunnah puasa Syawal pada pagi harinya, juga diperbolehkan baginya berniat sejak ia berkehendak puasa sunnah.

Baca juga: Niat dan Tata Cara Laksana Puasa Syawal, Keutamaannya Bisa Menghapus Dosa Selama Setahun

Bagi yang baru berniat puasa syawal pada siang hari, dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Syawal di siang hari dengan lafaz niat sebagai berikut.

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺻَﻮْﻡَ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﻴَﻮْﻡِ ﻋَﻦْ ﺃَﺩَﺍﺀِ ﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟﺸَّﻮَّﺍﻝِ ﻟِﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawwal hari ini karena Allah SWT.” Wallahu a’lam.

Sementara bagi yang sudah berniat puasa syawal pada malam hari untuk keesokan harinya, bisa menggunakan niat puasa yang biasa dilafazkan sebagai berikut.

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺻَﻮْﻡَ ﻏَﺪٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺩَﺍﺀِ ﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟﺸَّﻮَّﺍﻝِ ﻟِﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhita‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

(Serambinews.com/Yeni Hardika)

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved