Citizen Reporter

Mansiyao, Mansisebah, dan Mafane-fane, Tradisi Lebaran Warga Simeulue

Si Uyung, warga Simeulue yang lama bermukim di Banda Aceh bersama keluarganya, mudik Idulfitri menuju kampung halamannya di Teupah Barat, Kabupaten Si

Editor: Ansari Hasyim
Freepik
Idul Fitri 1445 H 

Tradisi 'mansiyao' diartikan dengan kebiasaan saling kunjung-mengunjungi, silaturahmi dengan keluarga dekat, jiran tetangga, sahabat kerabat jauh maupun dekat sambil menikmati makanan khas Simeulue. Tradisi warga kepulauan ini terilhami dari firman Allah Swt. yang terdapat dalam QS An-Nisa ayat 36.

Selain dimaksudkan sebagai saling kunjung-mengunjungi, 'mansiyao' juga menjadi wadah spesial untuk saling maaf-memaafkan satu sama lainnya atau dikenal dengan kebiasaan 'mansisebah'. Ini adalah ungkapan permohonan maaf antara anak dengan orang tuanya (sungkeman), dan saling bermafaan dengan sesama warga muslim lainnya.

'Mansisebah' berlangsung bakda shalat Id. Biasanya, permohonan maaf dituturkan dengan ucapan khusus, diawali oleh si pemohon maaf dengan kalimat singkat dan sederhana.

"Bak hari baik dan bulan baik ere, kadang mon nga depon kato ma'i tadorong, tatidao ampun mek simesaya, maitidao maaf pada fangkeme, maaf lahir dan batin." Jawaban dari orang yang memaafkan adalah "Ampun pado Allah, wimang maru diama'i kadang nga repon pabuek singa mamba ame tasinggong maitidao maaf salefo-lefo tenek diame."

Kalimat sederhana tersebut lazim diucapkan kepada sesama kecuali dengan orang tua sendiri disertai sungkeman dan juga dibarengi nasihat khusus dari orang tua untuk anak-anaknya.

Terakhir, tradisi sukacita warga kepulauan ini dalam merayakan Lebaran dikenal juga dengan kebiasaan 'mafane-fane' yang bahasa Acehnya 'jak meuramin' (makan-makan), sambil 'mansiyao' dan 'mansisebah' sembari jalan-jalan atau disebut dalam bahasa Simeulue 'mafane-fane'. Kegiatan ini adalah rekreasi menikmati panorama alam di berbagai objek wisata alam yang ada di Simeulue. Dalam bahasa Sigulai (satu bahasa lain dari lima bahasa di Simeulue), 'mafane-fane' biasanya menyasar ke tempat wisata pantai yang menawarkan panorama indah alam bahari. Tidak kurang dari 15 destinasi wisata di Simeulue yang menakjubkan dan sering dijadikan tempat liburan Idulfitri. Di antaranya, Pantai Pasir Putih Ganting dan Pantai Sibao, keduanya terletak di Simeulue Timur.

Berikutnya, panorama Pulau Pinang Sambay, objek wisata Pantai Mangrove Jembatan Biru, Danau Laut Tawar, semuanya terdapat di Kecamatan Teluk Dalam.

Destinasi wisata lainnya adalah Pantai Siambong-ambong di Kecamatan Alafan.

Objek wisata pantai lainnya juga terdapat di Kecamatan Simeulue Tengah. Ada Pantai Suak Baru Kampong Aie, Pantai Naibos, Pantai Alaik Sektare Desa Lantik, dan Pantai Indah Malapari yang terletak di Teupah Barat.

Selanjutnya, Pantai Lasikin dan Pantai Indah Busung yang terdapat di Teupah Tengah, Pantai Alus-Alus, serta Pantai Pasir Tinggi yang terletak di Teupah Selatan.

Tak terkecuali objek wisata religi, yakni Makam Teungku Di Ujung di Simeulue Cut ramai dikunjungi peziarah. Berjarak lebih kurang 80 km dari Sinabang, ibu kota Kabupaten Simeulue.

Itulah sebagian ragam tradisi merayakan Idulfitri di kalangan masyarakat Simeulue yang mungkin tidak berbeda jauh dengan kebiasaan masyarakat lainnya di Aceh dan Indonesia pada umumnya. Cuma istilah-istilahnya saja yang beda karena faktor bahasa.

Aneka tradisi yang telah mendarah daging itulah yang menjadi asbab lestarinya budaya mudik Lebaran di kalangan masyarakat Simeulue, tak terkecuali si Uyung dan keluarganya dengan sukacita ikut mudik Lebaran ke kampung halamannya di Simeulue. Walaupun lelah saat mengantre tiket di Pelabuhan Calang, tetapi akhirnya ia tersenyum bahagia saat bahtera yang ditumpangi bersama keluarga kecilnya (KMP Aceh Hebat 1) selamat merapat di Pelabuhan Kolok Kota Batu, Sinabang.

Saat itu pula saya dan si Uyung terpisah karena lokasi tujuan mudik yang berbeda. Saya ke Suka Jaya, si Uyung yang teman sekolah saya bersama keluarganya, pamitan sambil 'mansisebah' mengucapkan "Selamat hari raya Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin."

Demikianlah sepenggal kisah perjalanan kami menuju Simeulue Ate Fulawan, Simeulue yang berhati emas.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved