Serambi Spotlight
Dinilai Mengandung Unsur Pelecehan, Penamaan ‘Boh Husen’ hingga ‘Memek’ Harus Ditinjau Ulang
Tgk Mustafa Husen Woyla meminta kepada lembaga terkait untuk meninjau ulang penamaan kue dan makanan tradisional Aceh yang memiliki nama kurang pantas
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Dinilai Mengandung Unsur Pelecehan, Penamaan ‘Boh Husen’ hingga ‘Memek’ Harus Ditinjau Ulang
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla meminta kepada lembaga terkait untuk meninjau ulang penamaan kue dan makanan tradisional Aceh yang menggunakan nama kurang pantas.
Ia mencatat beberapa nama yang kurang pantas untuk disematkan pada sebuah makanan atau kue, seperti Boh Husen, Boh Yahtuan, Boh Pik, Boh Pria, Lepek, Memek, Haleuwa Ek Gluyung, Kuweh Ek Mi, Boh Deng, Apam Pidie, dan Apam Keubue.
Menurutnya, penggunaan nama-nama ini dinilai mengandung unsur pelecehan dan pornografi.
“Dalam Quran Surah Al-Hujurat ayat 11, Allah SWT melarang kita untuk memanggil nama-nama atau gelar buruk,” ujarnya dalam Serambi Spotlight, Rabu (17/4/2024).
Program yang tayang di Youtube Serambinews ini mengangkat tema “Kue 'Boh Husen' , 'Apam Keubeu' dan 'Memek' Digugat Warga”, yang dipandu oleh News Manager Serambi Indonesia, Bukhari M Ali.
Tgk Mustafa mengatakan, nama makanan itu sejatinya sejak dulu sudah menjadi sasaran gugatan dari sebagian masyarakat karena dinilai memiliki konotasi yang tidak pantas.
Bahkan, Ulama Aceh seperti Abu Hasan Krueng Kale menegaskan larangan terhadap penggunaan nama-nama yang mengandung unsur najis dan kotoran.
“Kita perlu perhatian khusus (tentang masalah ini),” ujarnya seraya mengatakan lembaga seperti Balai Bahasa Provinsi Aceh memiliki peran penting dalam melindungi dan memasyarakatkan bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam menjalankan tugasnya, Balai Bahasa Provinsi Aceh diminta untuk melakukan pemetaan, pengkajian, pemberian layanan informasi, pemasyarakatan, dan kerja sama di bidang kebahasaan dan kesastraan.
“Ini perlu segera ditangani,” tegas Tgk Mustafa.
Dikatakannya, nama-nama yang digunakan memiliki pengaruh besar terhadap konteks kultural dan agama.
Dalam Islam, Rasulullah mengajarkan umatnya untuk mengganti nama-nama yang memiliki makna buruk menjadi yang lebih baik, sebagai bentuk pemuliaan.
“Dulu, Abu Krueng Kalee pernah disugukan kue haleuwa ek mi (manisan taik kucing), ketika di hidangkan, (orang tersebut ) mengatakan nama kuenya,"
"Oleh AbulLangsung disuruh buang, serta melarang nama makanan terdapat dari unsur najis dan kotoran,” paparnya ditinjau dari sisi Islam.
RSUD Meuraxa Layani 1.000 Pasien Dalam Sehari, Kini Layanan Kesehatan Mulai Ditingkatkan |
![]() |
---|
Aceh Punya Kriteria dalam Memilih Pemimpin, Dr Taqwaddin: Tuha, Tu ho, Teupue, dan Teupat |
![]() |
---|
Pejuang Palestina Masih Sanggup Lawan Pasukan Israel |
![]() |
---|
Rakyat Aceh Tak Perlu Risau dan Khawatir, DPRA Pastikan Program JKA Bakal Lanjut |
![]() |
---|
JKA Terancam, Nasrul Zaman: Pemerintah Aceh Tidak Serius Mengurus Rakyat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.