Opini

Refleksi HUT Ke-819 Banda Aceh, Bangkit Bersama Menuju Impian Kota Bebas Sampah

Banda Aceh dengan sampah ibarat dua kata lucu yang sulit ditentang, bila dikata Banda Aceh adalah kota gemilang yang terbebas dari aroma-aroma tak men

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Muhammad Balia M Sos, Ketua Himpunan Pengusaha Santri Indonesia-Aceh 

Banda Aceh sudah berkemelut dengan sampah bertahun-tahun lamanya. Pemko Banda Aceh rupanya juga tidak pernah kehabisan akal untuk memikirkan aspek penting pengendalian lingkungan kota bebas sampah.

Ada banyak program yang telah dicetus dan dirangkai pemerintah untuk mengajak partisipasi masyarakat dalam menekan lonjakan sampah.

Salah satunya adalah Depo Bank Sampah Waste Collecting Point (WCP). Program ini telah berlangsung sejak tahun 2015, bahkan sudah ada 35 titik Depo Bank Sampah WCP yang tersebar di gampong-gampong Kota Banda Aceh.

Depo Bank Sampah WCP ini mengajak partisipasi masyarakat untuk mengelola dan memilah sampah langsung dari sumbernya. Kemudian sampah-sampah yang dipilah ini nantinya dapat ditukarkan dengan sembako maupun dengan mata uang.

Baca juga: Sejak Januari Hingga April 2024 di Aceh Ada 184 Orang Meninggal Karena Kecelakaan

Kemudian Pemko Banda Aceh juga membangun program rumah Composting House yang terletak di Gampong Ilie, Kecamatan Ulee Kareng. Rumah Composting House ini adalah tempat pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.

Kompos-kompos yang dihasilkan sebagiannya ada yang dibagi-bagikan untuk warga sekitar, ada juga yang diperjualbelikan kepada pengusaha garden (kebun) yang ada di Kota Banda Aceh.

Itulah setidaknya dua kegiatan hilirisasi di samping kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pemko Banda Aceh dalam menekan lonjakan sampah di Kota Serambi Mekkah.

Namun hilirasi tidak boleh berhenti pada dua inovasi yang ada. Pemerintah harus bisa memikirkan cara terbaik lainnya untuk membebaskan Banda Aceh dari tumpukan sampah.

Banda Aceh sebetulnya sudah lelah dengan sampah. Jika Banda Aceh manusia, mungkin saat ini ia sudah menyerah dengan keadaan.

Namun sayangnya ia tidak bisa beristirahat karena ada tugas dan amanah yang harus ia lakukan untuk memulihkan dirinya menjadi lebih “layak huni” bagi warganya.

Banda Aceh yang sabar ya. Meskipun baumu tak seharum dulu, kami wargamu masih sangat menyayangi dirimu.

Banda Aceh Zero Waste? Mengapa Tidak!

Segenap warga harus menjadikan HUT Banda Aceh ke-819 sebagai upaya untuk merefleksi dari rasa memiliki dan cinta tanah leluhur.

Rasa cinta itu bisa dimanifestasi dalam bentuk sederhana dengan rasa keterpanggilan untuk saling menjaga dan peduli terhadap kepentingan bersama.

Bahwa menjaga keindahan kota memang menjadi tanggung jawab pengelola kota ini, namun tanpa kepedulian dan keterpanggilan warga untuk saling menjaga dan berempati, rasanya terlalu berlebihan mengharapkan pengelola kota berkerja sendirian.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved