Berita Banda Aceh

ICMI Aceh Ajukan 10 Kriteria Calon Gebernur Aceh, Berdasarkan Islam Hingga Adat Budaya Aceh

Ketua MPW ICMI Aceh, Dr Taqwaddin menyampaikan, ada lima kriteria versi ajaran Islam dan empat kriteria versi Adat Budaya Aceh yang layak...

Penulis: Subur Dani | Editor: Nurul Hayati
For Serambinews
Ketua MPW ICMI Aceh, Dr Taqwaddin. 

Ketua MPW ICMI Aceh, Dr Taqwaddin menyampaikan, ada lima kriteria versi ajaran Islam dan empat kriteria versi Adat Budaya Aceh yang layak dipertimbangkan untuk dipilih sebagai Calon Gubernur Aceh.

Laporan Subur Dani | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Menjelang pesta demokrasi pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur di Aceh pada Pilkada November mendatang, Majelis Pengurus Wilayah (MPW) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Aceh mengemukakan beberapa kriteria calon pemimpin atau calon gubernur yang harus benar-benar diperhatikan oleh masyarakat Aceh.

Ketua MPW ICMI Aceh, Dr Taqwaddin menyampaikan, ada lima kriteria versi ajaran Islam dan empat kriteria versi Adat Budaya Aceh yang layak dipertimbangkan untuk dipilih sebagai Calon Gubernur Aceh.

Hal itu dikatakan Taqwaddin dalam keterangan tertulis, Rabu (24/4/2024).

Kriteria pertama menurut ajaran Islam sebagai calon Gubernur Aceh yang disampaikan oleh Ketua MPW ICMI Aceh adalah jujur.

"Ini harus menjadi kriteria utama. Jujur terhadap masyarakat, memenuhi janji yang telah diucapkan  atau disuratkan secara tertulis dalam berbagai kebijakan," kata Dr Taqwaddin.

Baca juga: PKB Siapkan Kader Sebagai Calon Gubernur Aceh, Nama Irmawan dan HRD Masuk Bursa

Pemimpin jujur  katanya, akan selalu melaksanakan apa saja yang diucapkan atau dijanjikan.

Kejujuran hal yang penting sekali dalam menjalankan roda pemerintahan.

"Tanpa kejujuran pemimpin, pemerintahan akan berantakan dan rakyat akan makin jauh dari kesejahteraan," ungkapnya.

Untuk mendapatkan calon gubernur yang jujur katanya, diperlukan penelusuran rekam jejak selama ini dalam kapasitas sebagai apapun.

"ICMI mengimbau agat masyarakat tidak memilih pemimpin seperti membeli ayam dalam karung tertutup. "Tidak jelas ayam itu sehat atau ayam sawan, burek ataupun hitam," katanya.

Lalu, kriteria kedua adalah orang yang amanah atau orang yang dapat dipercaya.

Dr Taqwaddin meminta agar tidak memilih pemimpin yang tidak dapat dipercaya, tidak amanah dan curang. Apalagi yang pernah terlibat dalam kasus pidana korupsi.

Baca juga: Mualem Bicara Hasil Pilpres, Perolehan Kursi DPRA PA Hingga Bursa Calon Gubernur Aceh

"Hal ini penting kita pertimbangkan karena Gubernur Aceh akan menentukan arah perjalanan pembangunan daerah. Gubernur ini akan menguasai dan mengelola anggaran yang cukup besar untuk kemaslahatan rakyat. Maka, jika pemimpin tidak amanah, akibatnya akan menimbulkan kemiskinan dan banyak kemerosotan lainnya karena dana besar yang seharusnya diperuntukkan untuk kemaslahatan rakyat, tapi diselewengkan untuk kepentingan kroni-kroninya," kata Taqwaddin.

Tetapi, jika Gubernur yang terpilih orang yang amanah dan dapat dipercaya, maka keserakahan penjabat di bawahnya dapat dicegah dan dihentikan.

Kriteria ketiga gubernur yang ideal untuk Aceh adalah orang yang cerdas  dan berkualitas (fathonah).

"Yang cerdas ini maksudnya tidak mesti professor doktor. Tetapi jangan pula SMA-nya pun tidak jelas. Minimal sarjana saja cukup," katanya.

Mengingat warga masyarakat dan penduduk Aceh yang plural, yang terdiri atas banyak suku, maka menurut Taqwadin diperlukan gubernur yang cerdas dan berwawasan luas. 

"Kita perlu gubernur yang tangguh dan berani yang dapat mengayomi bukan hanya suku Aceh, tetapi juga memahami dan mengayomi pula suku Gayo, Alas, Jamee, Taming, Kluet dan lain sebagainya," kata dia.

Tidak itu saja, Aceh juga butuh gubernur yang cerdas berkualitas serta harmoni dengan pemimpin dan elit-elit nasional dan berani memperjuangkan hak-hak pembangunan untuk kepentingan daerah Aceh. 

Hal ini penting, dalam rangka menjemput APBN untuk mempercepat pembangunan Aceh yang tertinggal dari banyak provinsi lain di Indonesia. 

Baca juga: Relawan Deklarasi Sebagai Calon Gubernur Aceh, Ini Jawaban Diplomatis Wamenkominfo Nezar Patria

Aceh ke depan kata Taqwaddin, harus berupaya keras keluar dari daerah termiskin, tertinggi stunting, pengangguran terbanyak, pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan lain-lain.

Banyak hal yang harus dilakukan secara cepat, tetap, taktis, dan strategis oleh Gubernur Aceh.

Karenanya, diperlukan seorang gubernur yang cerdas berkualitas dan luar biasa.

Kriteria keempat calon Gubernur Aceh menurut ICMI adalah orang yang bisa menyampaikan ide gagasan dan buah pikirannya secara sederhana dan sistematis. 

Dalam versi Islam hal ini dikenal dengan tabligh.

"Kita merindukan sosok Ibrahim Hasan yang cerdas berkualitas dan dapat menyampaikan gagasannya secara sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami rakyat. Tidak itu saja, Almarhum Pak Ibrahim Hasan juga memiliki jaringan yang luas dengan elit nasional. Sehingga kemajuan pembangunan begitu terasa saat beliau memimpin Aceh," ulasnya.

Kriteria kelima yang diperlukan untuk menjadi Gubernur Aceh adalah sifat tawadhu, tidak sombong dan rendah hati, tidak arogan dan tidak mentang-mentang. 

Baca juga: Sempat Dideklarasi Sebagai Calon Gubernur Aceh, Ini Jawaban Wamenkominfo Nezar Patria

"Budi bahasanya lembut dan perangainya menyejukkan. Kita perlukan gubernur yang mendengarkan aspirasi rakyat. Kita butuh gubernur yang peduli dan memberi solusi cepat terhadap kesulitan rakyat. Kita merindukan gubernur yang gaul dan komunikasinya bagus dengan semua kalangan," ungkap Taqwaddin.

Selain  lima kriteria ideal Calon Gubenur Aceh berdasarkan ajaran Islam, Taqwaddin juga menambahkan empat kriteria pemimpin berdasarkan adat budaya Aceh, yaitu yang tuha, tuho, teupeu, dan teupat.

Tuha dimaksudkan adalah dewasa usia dan cara berpikirnya.

Hal ini penting karena kematangan usia atau kedewasaan diperlukan untuk mampu melahirkan kebijakan publik yang arif bijaksana dan bermanfaat bagi khalayak ramai, bukan kebijakan yang hanya menguntungkan kroninya saja.

Selain tuha, dalam budaya Aceh diperlukan pula pemimpin yang tuho.

Maksudnya yang tahu apa dan dimana akar permasalahan yang terjadi dalam masyarakatnya. 

Sehingga, jika Aceh dipimpim oleh orang luar maka dia hana di tuho saho, dia tidak tahu esensi problema yang sedang terjadi dalam masyarakat Aceh. 

Akibatnya terapi dan solusi yang kebijakan yang ditempuh menjadi tidak nyambung dan bahkan kontra produktif dalam menyelesaikan permasalahan.

Hal lain yang diperlukan untuk menjadi pemimpin di Aceh adalah teupeu.

Baca juga: Warga Pidie Jaya Deklarasi Nezar Patria Sebagai Calon Gubernur Aceh

Ini maksudnya pemimpin harus mengetahui segala hal yang terjadi dalam masyarakat dan pemerintahannya.

"Kan aneh misalnya, pupuk sudah langka, petani sudah kewalahan karena sedang musim tanam, tapi gubernur tidak tahu masalah ini. Begitu juga, misalnya, gubernur tidak tahu bahwa harga-harga kebutuhan dapur sudah meroket," jelas Taqwaddin.

Makanya salah satu kriteria untuk menjadi pemimpin di Aceh harus teupeu dan peduli.

Gubernur Aceh harus memiliki banyak mata untuk melihat dan banyak telinga untuk mendengarkan keluhan rakyat.

Kriteria lainnya adalah teupat.

Ini sama artinya dengan jujur, amanah, dan dapat dipercaya.

Orang yang teupat akan selalu berkata benar, tidak bohong dan tak akan ingkar janji.

"Kita akui tidak mudah mencari orang teupat saat ini. Namun demikian, kita harus berupaya keras menemukan dan memilihnya," ungkapnya.

Lanjut Taqwaddin, apabila kesembilan kriteria di atas terpenuhi, baru ditambah dengan kriteria kesepuluh, yaitu kriteria politik praktis.

Kriteria politik praktis ini katanya, meliputi antara lain adanya dukungan partai politik yang memenuhi syarat parlemen threshold atau syarat lainnya. 

Baca juga: Nezar Patria Dideklarasikan Jadi Calon Gubernur Aceh, Ini Rekam Jejaknya

Calon gubernur yang diusung memiliki popularitas yaitu dikenal luas oleh konstituen serta adanya potensi elektabilitas yang memadai, yaitu akan dipilih oleh warga masyarakat yang berhak memilih. 

"Perlu saya sampaikan bahwa tingginya popularitas tidak serta merta menujukkan tingginya elektabilitas. Pernah ada seorang rektor yang populer dari universitas terbesar di daerah kita, namun saat maju sebagai calon gubernur elektabilitasnya rendah sekali," ungkapnya.

Untuk bisa mencapai elektabilitas yang tinggi tentu diperlukan mesin politik yang  running well atau berjalan lancar yang disertai dengan dukungan personalia dan anggaran yang memadai. 

"Harus diakui bahwa cost politik akhir-akhir ini memang sangat tinggi, sehingga diperlukan kolaborasi  berbagai partai untuk menalanginya," demikian Dr Taqwaddin.(*)

Baca juga: Jika Ingin Maju Jadi Calon Gubernur Aceh Lewat Jalur Independen, Wajib Kantongi KTP 3 Persen


 


 
 

 
 
 
 
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved