Program Inklusi Sosial Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga

SERAMBINEWS.COM - ZULFADLI, SE MM adalah sosok yang paling kompeten bicara tentang transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang diterapkan di Dinas Perpstakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA).

Maklum, jabatannya adalah Kepala Bidang Layanan Perpustakaan pada dinas yang dipimpin Dr Edi Yandra MSP itu. Menurut Zulfadli, program ini sudah dilaksanakan di DPKA sejak 2023 hingga kini.

Namun, pembinaan di level daerah sudah dilakukan DPKA jauh sebelumnya, yakni sejak tahun 2018. Untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya program ini direalisasikan, Serambi mewancarai khusus Zulfadli selaku Kabid Layanan Perpustakaan di DPKA. Berikut cuplikannya.

Apa yang dimaksud dengan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial?
TPBIS merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan fungsi perpustakaan umum menjadi pusat belajar dan pusat berkegiatan masyarakat yang berkelanjutan dengan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Konkretnya bagaimana?
Ini merupakan upaya pihak perpustakaan untuk meningkatkan akses kepada masyarakat agar mendapat informasi yang mereka butuhkan sehingga terjadi proses belajar yang mendorong kreativitas dan inovasi agar menjadi produktif bagi kesejahteraan masyarakat, dan menjadikan perpustakaan sebagai pusat/ tempat berkegiatan. Masyarakat pun memperoleh semangat baru dan solusi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.

Apakah program seperti ini sudah dilaksanakan di lingkungan Perpustakaan Aceh?
Alhamdulillah, sudah.

Sejak kapan dimulai?
Sejak tahun 2023. Ini kegiatan yang dilakukan di Gedung Pustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA), sedangkan pembinaan dan sinergisitas di daerah sudah kita lakukan sejak tahun 2018.

Ada berapa kegiatan yang sudah jalan?
Ada enam kegiatan, di antaranya:
- Pelatihan fotografi dan edit video (bekerja sama dengan Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Aceh);
- Pelatihan membuat kue;
- Bisnis kekinian (melibatkan SMK di jajaran Dinas Pendidikan Aceh);
- Pembuatan bakso dan nugget (bekerja sama dengan Dinas Peternakan Aceh); dan
- Desain brand produk (bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Aceh).

Melibatkan berapa orang per kelompok?
Per kelompok terdiri atas 25 orang.

Per kelompok terdiri atas 25 orang. Sumber anggarannya dari mana?
Anggarannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA).

Apakah buku-buku tentang merintis usaha dimanfaatkan dalam kegiatan ini?
Ya, tentu ada.

Pernahkah DPKA memfasilitasi pertemuan antara penulis buku tentang rintisan usaha atau tip-tip sukses membudidayakan komoditas tertentu dengan kelompok pemustaka yang berbasis inklusi sosial?
Belum. Tapi ke depan ini salah satu yang akan kita upayakan supaya terwujud.

Apa yang dimaksud DPKA dengan klinik inklusi sosial dan ruang inkubator bisnis?
Klinik inklusi sosial adalah tempat atau ruang konsultasi/pembelajaran untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan para pemustaka agar terciptanya individu yang kreatif dan mandiri.
Sedangkan ruang inkubator bisnis adalah ruang pertemuan kecil yang membicarakan lebih lanjut ten tang keseriusan pemustaka yang benar-benar ingin memulai usaha setelah mendapatkan pembelajaran baik dari buku yang dibaca maupun dari kegiatan pelibatan masyarakat.

Adakah dilakukan kegiatan bedah buku usaha yang didukung oleh pustakawan?
Ada. Melalui program ini pustakawan diharapkan dapat memberi kan layanan kepada pemustaka yang membutuhkan informasi melalui buku buku yang tersedia di perpustakaan.(*)

Baca juga: Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Jadi Andalan DPKA