Salam
Rohingya dan Masalah yang Terus Muncul
Sebelumnya diberitakan, seorang warga Labuhan Haji, Aceh Selatan, Mustika (45), kedapatan membawa lari 12 imigran Rohingya yang selama ini ditampung
ROHINGYA merupakan salah satu etnis yang tergolong pa-ling menderita di dunia. Tidak ada yang bisa membantah fakta ini. Mereka diusir dari negara yang sudah mereka diami sejak ratusan tahun silam. Tidak jelas apa latar belakang yang men-dasari pengusiran itu. Yang pasti, tindakan ini menginjak-injak hukum internasional dan hak asasi manusia. PBB pun mende-finisikan Rohingya sebagai minoritas agama dan bahasa dari Myanmar barat dan merupakan salah satu minoritas yang pa-ling mendapat perlakuan buruk di dunia.
Berbondong-bondonglah mereka ‘hijrah’ ke negara lain un-tuk mencari penghidupan yang lebih baik dengan cara-cara yang menantang maut: Naik kapal kayu yang penuh sesak, lalu berla-yar menuju kawasan tertentu. Kalau berhasil menunduk ganas-nya lautan berminggu-minggu, kapal ini biasanya terdampar di sebuah pulau atau daerah. Namun, PBB mencatat, tidak semua kapal itu bisa sampai ke daratan yang dituju. Sebagiannya teng-gelam di lautan bersama penumpangnya.
Dan Aceh merupakan daerah yang mungkin sangat diminati sebagai tempat petualangan mereka. Tidak sulit bagi mereka memasuki perairan Aceh. Berbeda dengan kawasan lain seper-ti Malaysia, apalagi Singapura. Tidak ada celah yang bisa dite-robos untuk memasuki perairan negara tetangga Indonesia itu. Aparat di sana mungkin saja bekerja lebih ekstra menjaga per-airannya, kedaulatan dan harga diri bangsanya. Tidak bisa me-masuki kawasan mereka sesuka hati, kapan saja, bahkan oleh etnis yang paling menderita di dunia sekalipun.
Pendek kata, lalu lintas orang dan barang harus berizin, tercatat dengan je-las, sepengetahuan aparatur negara. Kalaupun harus masuk karena pertimbangan kemanusiaan, harus jelas identitasnya, maksud dan tujuan, dan segala dokumen lain untuk memasti-kan keamanan dan kebaikan bagi semua pihak, termasuk bagi tuan rumah sebagai penerima tamu tak diundang itu.
Aparat juga harus memastikan ada atau tidak sindikat penyelundup manusia yang seringkali bersembunyi untuk mencari keuntung-an dibalik nestapa para migran Rohingya itu.
Nah, kalau aktor-aktor besar penyelundup manusia atau perda-gangan orang tak pernah berhasil ditangkap, seperti juga terjadi selama ini, maka punya dampak besar bagi Aceh. Para pengungsi itu bisa terus berdatangan dengan bantuan penyelundup dan lagi-lagi masyarakat kecil di Aceh yang menjadi korban. Nelayan yang mencari ‘sesuap ikan’ di lautan akan terus terseret-seret oleh aksi para penyelundup. Entah sudah berapa banyak warga Aceh yang harus mendekam di jeruji besi karena dituduh terlibat persekong-kolan, berupaya membawa masuk Rohingya ke daratan Aceh, atau dituduh membawa lari Rohingya dari kamp tempat penampungan mereka. Tidak ada yang membantah bahwa memang ada masya-rakat kecil, entah karena terdesak oleh kebutuhan sehari-hari atau memang tipis ‘moral’, harus berurusan dengan pihak berwajib ter-kait urusan pengungsi Rohingya ini. Namun di sisi lain, pemerintah yang punya segala instrumen dan sumber daya untuk mencegah mereka masuk atau setidaknya memastikan bahwa tidak ada pe-langgaran hukum atas kedatangan para pengungsi ini, juga harus bertanggung jawab.
Sebelumnya diberitakan, seorang warga Labuhan Haji, Aceh Selatan, Mustika (45), kedapatan membawa lari 12 imigran Ro-hingya yang selama ini ditampung di Kompleks Kantor Bupati Aceh Barat, Meulaboh.
Aksinya pada Sabtu (25/4/20224) sekitar pukul 04.50 itu dipergoki oleh Satpol PP dan WH, sehingga langsung dilakukan penangkapan. Hingga menjelang sore kemarin, pantauan Se-rambi, pelaku masih berada di Kantor Satpol PP dan WH untuk dimintai keterangan.
Informasi yang diperoleh Serambi, pelaku Mustika ditangkap Satpol PP dan WH di Jalan Gajah Mada, saat sedang memasuk-kan para imigran Rohingya ke dalam mobil Innova warna hitam yang digunakannya. Para Rohingya itu bergerak dari tempat pe-nampungan di belakang Kantor Bupati dengan membawa ba-rang masing-masing. Mustika sendiri dalam keterangannya me-ngatakan, dirinya ditelepon oleh seseorang untuk menjemput penumpang di Meulaboh pada Sabtu dini hari untuk dibawa ke Medan, Sumatera Utara. Ia mengaku tidak mengetahui bahwa yang akan dia jemput itu adalah warga etnis Rohingya.(*)
POJOK
Warga Labuhan Haji bawa lari 12 Rohingya
Kenapa sampai harus satu lusin ya?
Polisi tangkap pembunuh gajah
Gajah yang bunuh manusia di Agara udah ditangkap atau belum ya?
Kemendag bongkar praktek kurangi isi gas elpiji 3 Kg
Kok baru sekarang ya?
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.