OPINI
Sebuah Renungan Tentang Literasi untuk Kita Pembaca
Salah satu hal guna untuk memajukan pendidikan ialah kita harus mengedukasi terhadap orang banyak tentang pentingnya budaya literasi.
Salah satu hal guna untuk memajukan pendidikan ialah kita harus mengedukasi terhadap orang banyak tentang pentingnya budaya literasi.
Oleh: Turno Junaidi
SERING kita membaca visi pembangunan daerah baik jangka menengah maupun jangka panjang yang ingin mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing untuk masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.
Sebagaimana kita tahu, pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang berguna untuk memajukan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi pilar utama dalam membentuk kepribadian dan karakter manusia.
Salah satu hal guna untuk memajukan pendidikan ialah kita harus mengedukasi terhadap orang banyak tentang pentingnya budaya literasi. Literasi didefinisikan, pertama sebagai kemampuan menulis dan membaca; kedua sebagai pengetahuan atau ketrampilan dalam bidang atau aktifitas tertentu; ketiga sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Namun Literasi saat ini dapat dipahami sebagai kemampuan untuk memahami, melibatkan, menggunakan, menganalisis dan mengubah atau memodifikasi sebuah teks atau informasi yang nantinya akan digunakan untuk kecakapan hidup menuju kesejahteraan yang di cita-citakan oleh sebuah visi.
Budaya literasi masih jauh dari diminati atau bahkan dianggap remeh oleh kebanyakan masyarakat di sekitar kita. Oleh sebab itu perlu adanya program-program literasi di semua tingkatan pendidikan, walaupun saat ini permasalahannya yang harus kita diakui bahwa masih banyak orang atau bahkan murid sekolah sekalipun yang kurang memiliki minat untuk membaca.
Hal tersebut dikarenakan mereka lebih memilih untuk melakukan kegiatan atau aktivitas lain daripada membaca, bahkan banyak mitos yang menyebabkan kita anak-anak kita malas membaca.
Fakta menyebutkan bahwa tingkat literasi di negara kita sangat minim. Data dari UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, yang berarti memiliki minat baca yang sangat rendah. UNESCO juga mencatat jika minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yaitu rasio 1 : 1.000 orang di Indonesia, artinya hanya ada satu orang yang mempunyai minat baca dari 1.000 orang.
Riset lainnya berjudul World's Most Literature Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University menyatakan, bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara tentang minat baca. Data Programme for International Student Assesment tahun 2018 menyebutkan Indonesia berada pada peringkat 72 dari 78 negara.
Data ini menjadi renungan bagi kita semua tetapi bukan untuk diratapi, melainkan harus dihadapi dengan gerakan nyata oleh semua komponen bangsa. Beberapa masalah yang disampaikan oleh Pelaksana tugas Kepala Perpustakaan Nasional dalam Rakornas Bidang Perpustakaan pada pertengahan Mei 2024 antara lain tingkat kecakapan literasi siswa dan masyarakat masih rendah; tingkat budaya/ kegemaran membaca siswa dan masyarakat masih rendah.
Ketersediaan bahan bacaan yang sesuai dengan minat calon pembaca masih jarang; standar fasilitas perpustakaan yang tidak seragam dan umumnya masih rendah; standard kompetensi pengelola perpustakaan yang sangat beragam; dan variasi program yang disediakan sering tidak menarik masyarakat; Permasalahan ini harus disikapi dan ditindaklanjuti untuk memperbaiki dan mencapai visi terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong melalui penguatan budaya literasi.
Penguatan budaya literasi, inovasi dan kreativitas dengan pemanfaatan perpustakaan bagi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat merupakan tujuan Perpustakaan Nasional yang harus dicapai dengan langkah bersama.
Salah satu visi Pendidikan tahun 2045 menurut Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/BAPPENAS adalah kecakapan literasi yang tinggi. Sebuah negara akan memperoleh keuntungan setiap kali seseorang mendapat pendidikan, dan harus menanggung akibat ketika orang-orang menjadi buta huruf. Literasi menjadi modal penting untuk merespons beragam tantangan di masa depan.
Meningkatkan literasi adalah kunci mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing; Perpustakaan menjadi sarana pendukung peningkatan literasi masyarakat; media informasi dan sumber pengetahuan; ruang berbagi informasi dan pengalaman; setiap pemangku kepentingan perlu memperkuat komitmen dalam kerja-kerja pembangunan yang berfokus pada peningkatan literasi. Demikian disampaikan oleh Amich Alhumami dalam Rakornas bidang Perpustakaan di Jakarta pertengahan Mei 2024 kemarin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.