Konflik Rusia vs Ukraina
Vladimir Putin Ancam NATO dan Barat yang Berupaya Serang Rusia: Ada Konsekuensi Serius
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Kiev seharusnya diizinkan menetralisir markas militer Rusia tempat mereka menembakkan rudal ke Kiev.
SERAMBINEWS.COM, TASHKENT - Presiden Rusia Vladimir Putin menebar ancaman atas adanya upaya Barat dan NATO untuk menyerang Rusia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Kiev seharusnya diizinkan menetralisir markas militer Rusia tempat mereka menembakkan rudal ke Kiev.
Sedangkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyerukan agar Ukraina diizinkan menggunakan persenjataan mereka untuk menyerang wilayah Rusia, setelah perang lebih dari dua tahun.
Hal itu membuat Putin bersuara dan menebar ancaman terhadap negara-negara NATO dan Eropa.
“Eskalasi berkelanjutan akan menjurus pada konsekuensi yang serius. Di Eropa khususnya negara kecil, mereka harus berhati-hati dengan siapa mereka bermain,” tutur Putin saat kunjungan ke Uzbekistan, Selasa (28/5/2024), dikutip dari France 24.
Ia juga menegaskan, banyak negara Eropa yang memiliki wilayah kecil dan padat penduduk.
“Dan faktor tersebut, yang harus mereka ingat sebelum berbicara mengenai menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia, yang merupakan hal serius,” katanya.
Putin menambahkan, jika Ukraina melakukan serangan, tanggung jawab akan menjadi milik Barat yang memasok senjata.
Putin meyakini instruktur militer Barat telah berada di Ukraina, menyamar sebagai tentara bayaran.
Ia juga mengatakan setiap langkah dari negara yang mengirim mereka secara resmi bakal menjadi eskalasi lainnya, dan langkah maju lainnya terkait konflik di Eropa dan global.
“Kami akan melakukan semua yang kami pikir harus dilakukan, terlepas siapa pun yang ada di wilayah Ukraina,” tuturnya.
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell mengatakan setelah pertemuan dengan Menteri Pertahanan UE di Brussels, negara Eropa masih terbagi dalam mengirimkan instruktur militer ke Ukraina.
Negara seperti Jerman, menentang mengambil langkah yang berpotensi membuat mereka semakin dekat berkonflik dengan negara nuklir seperti Rusia.
UE sendiri telah melatih 50.000 tentara Ukraina di luar negara tersebut di bawah misi seluruh blok yang dibentuk pada 2022.
Baca juga: Bom Luncur Rusia Hancurkan Bangunan Toko di Kharkiv Ukraina, 11 Orang Tewas
Presiden Prancis Desak Sekutunya Izinkan Ukraina Serang Wilayah Rusia dengan Senjata Barat
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak negara-negara Barat mengizinkan Ukraina menggunakan senjata mereka untuk menyerang ke dalam wilayah Rusia.
Macron menyerukan agar sekutu-sekutu Ukraina melonggarkan pembatasan senjata-senjata jarak jauh canggih yang telah dikirimkan Barat ke Kiev.
Hal tersebut disampaikan Macron ketika mengadakan kunjungan luar negeri ke Jerman dan bertemu Kanselir Olaf Scholz.
"Kami menilai kita harus mengizinkan (Ukraina) untuk menetralkan situs-situs militer (Rusia) dari tempat diluncurkannya rudal," kata Macron dikutip Associated Press, Selasa (28/5/2024).
"Jika kita memberi tahu (Ukraina) tidak berhak menyerang titik tersebut dari tempat ditembakkannya rudal, sebenarnya kita memberi tahu mereka bahwa kita mengirimkan senjata ke kalian, tetapi kalian tidak boleh mempertahankan diri."
Izin Ukraina menggunakan senjata kiriman Barat untuk menyerang target di wilayah Rusia telah menjadi isu hangat sejak Moskow meluncurkan invasi berskala penuh ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.
Pemimpin negara Barat umumnya enggan mengizinkan serangan tersebut, khawatir akan memprovokasi Presiden Rusia Vladimir Putin lebih jauh.
Putin sendiri berulangkali mengancam bahwa keterlibatan langsung negara-negara Barat dalam perang Rusia-Ukraina mengarah ke konflik nuklir berskala besar.
Belakangan ini, sejumlah pemimpin Barat menyerukan agar sekutu Ukraina mengizinkan Kiev bertindak lebih jauh dengan bantuan senjata.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pun menyerukan agar negara-negara anggota melonggarkan pembatasan penggunaan senjatanya oleh Ukraina.
"Hak pertahanan diri termasuk menyerang target sah di luar Ukraina," kata Stoltenberg.
Akan tetapi, sejumlah sekutu Ukraina lain memutuskan untuk menahan diri terkait senjata jarak jauh.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan Ukraina berhak mempertahankan diri sesuai hukum internasional, tetapi enggan menjawab apakah Berlin akan mengizinkan senjatanya digunakan menyerang wilayah Rusia.
Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Kirby juga menyebut Washington belum mengubah kebijakan terkait Ukraina, termasuk larangan penggunaan senjata AS untuk menyerang wilayah Rusia.
"Kami tidak mendukung atau mengizinkan pengunaan senjata yang dipasok AS untuk menyerang ke dalam Rusia," kata Kirby.
Perselisihan antara Rusia dengan negara-negara Barat telah memanas usai Macron membuka kemungkinan mengirim pasukan darat ke Ukraina pada awal Mei lalu.
Setelahnya, Menteri Luar Negeri Inggris Raya David Cameron menyebut Ukraina seharusnya boleh menggunakan senjata jarak jauh yang dipasok London untuk membalas ke wilayah Rusia.
Putin menganggap pernyataan Macron dan Cameron tersebut sebagai ancaman.
Rusia pun kemudian menggelar latihan yang melibatkan senjata nuklir taktis menyusul eskalasi retorika sejumlah pemimpin Barat.
Baca juga: PLN Raih Laba Bersih Rp22,07 Triliun Tahun 2023, Terbaik Sepanjang Sejarah hingga Cetak Hattrick
Baca juga: Kaesang Bisa Maju Pilkada DKI Jakarta Usai MA Ubah Aturan Batas Usia Calon Gubernur
Baca juga: Wanita 27 Tahun Kejang-Kejang dan Tewas Usai Disuntik Filler Payudara, Pemilik Salon Ditangkap
Serangan Drone Ukraina Hantam Kilang Minyak Krasnodar Rusia, Empat Orang Terluka |
![]() |
---|
Serangan Mematikan Rusia di Kiev Ukraina Tewaskan 31 Orang, Gedung 9 Lantai Runtuh |
![]() |
---|
Serangan Drone Rusia ke Ukraina Tewaskan 16 Orang, Zelenskyy Serukan Pergantian Rezim Moskow |
![]() |
---|
Kejamnya Rusia, Siksa Tentara Desersi, Diikat di Pohon, Biarkan Diserang Drone |
![]() |
---|
Serangan Drone dan Rudal Rusia Hancurkan Tiga Peluncur Rudal Patriot dan Radar Ukraina |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.