Dunia Kampus

Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar Raniry Bicara soal Fenomena Digital Amnesia

Pemaparan Nazaruddin merupakan hasil penelitiannya yang berjudul "Pengaruh literasi digital dan penerimaan teknologi digital terhadap perilaku amnesia

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Dosen Bidang Teknologi Media Perpustakaan dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, Nazaruddin MLIS, Ph.D, saat jadi pembicara dalam Simposium Internasional ke-3 bertajuk “Praktik Hidup Berdampingan dalam Kebudayaan Islam III” di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis (30/5/2024). 

SERAMBINEWS.COM, YOGYAKARTA - Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi tuan rumah Simposium Internasional ke-3 bertajuk “Praktik Hidup Berdampingan dalam Kebudayaan Islam III” pada 28-30 Mei 2024.

Salah satu pembicara kunci dalam simposium kali ini, yakni Nazaruddin MLIS, Ph.D, Dosen Bidang Teknologi Media Perpustakaan dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Dalam pemaparannya yang mengangkat tema "Tantangan Pustakawan di Era Amnesia Digital," Nazaruddin menggugah kesadaran akan pentingnya kecerdasan dalam menghadapi perubahan zaman yang serba digital ini.

Baca juga: Kisah Inspiratif, Prof Abdul Manan, Anak Petani Miskin Raih Gelar Profesor di UIN Ar-Raniry

"Pustakawan di era modern harus meningkatkan kecerdasannya secara luar biasa. Mari menjadi pustakawan super cerdas!" ungkap Nazaruddin.

Pemaparan Nazaruddin merupakan hasil penelitiannya yang berjudul "Pengaruh literasi digital dan penerimaan teknologi digital terhadap perilaku amnesia digital di kalangan digital native."

Dia menegaskan bahwa dalam menghadapi era kecerdasan buatan (AI), kecerdasan intelektual saja tidaklah cukup. Pustakawan harus menjadi "super cerdas" dengan memadukan kecerdasan intelektual mereka dengan nilai-nilai etika dan moral yang tinggi.

Nazaruddin menyampaikan bahwa tema tersebut sangat relevan dengan konsep Society 5.0 atau masyarakat super cerdas yang diusung oleh Jepang sejak tahun 2016.

Dalam konteks ini, pustakawan sebagai bagian dari masyarakat super cerdas harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dan menjadi pemandu bagi generasi digital agar tidak terjerumus menjadi budak teknologi.

Simposium ini juga dihadiri oleh para pembicara kunci lainnya, seperti Prof. Dr. Wail as-Sayyid dari University of 'Ainu Syam, Cairo, Egypt, Prof. Dr. Drs. Anwar Efendi, M.Si. dari Universitas Negeri Yogyakarta, dan para ahli lainnya dari berbagai negara.

Simposium internasional ini diharapkan dapat menjadi ajang diskusi yang membangun sinergi ilmu berbagai bidang dalam konteks peradaban Islam dan humaniora.

Dengan demikian, pustakawan diharapkan dapat terus berada di garda terdepan dalam merespon perkembangan teknologi dan memastikan kejujuran ilmiah tetap dijunjung tinggi di tengah kemudahan teknologi.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved