Konflik Palestina vs Israel
Tetangga Palestina Segera Perang, Jenderal Israel Setujui Pertempuran di Lebanon
Sejumlah jenderal penting Israel menyetujui rencana pertempuran ofensif melawan kelompok pejuang Islam pro-Palestina, Hizbullah di Lebanon.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
Hizbullah telah menerbitkan video yang menunjukkan salah satu drone pengintainya terbang di atas Israel utara, termasuk pelabuhan Haifa.
"Sasaran udara yang mencurigakan ditembak jatuh oleh rudal pencegat setelah mereka melintasi wilayah udara Israel," kata militer.
Pihaknya menambahkan, sirene berbunyi karena kekhawatiran akan jatuhnya pecahan peluru setelah intersepsi tersebut.
Hizbullah mengatakan pekan lalu, mereka telah melakukan lebih dari 2.100 operasi militer terhadap Israel sejak 8 Oktober.
Tindakan ini dikatakannya sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina dan Hamas dalam perangnya dengan Israel di Jalur Gaza.
Sejauh ini, bentrokan yang hampir terjadi setiap hari di perbatasan telah mengakibatkan 10 kematian warga sipil di pihak Israel, serta kematian 15 tentara dan cadangan IDF.
Di seberang perbatasan, Hizbullah telah menyebutkan 343 anggotanya yang dibunuh oleh Israel, sebagian besar di Lebanon tetapi beberapa juga di Suriah.
Di Lebanon, 63 anggota kelompok pejuang Islam lainnya, seorang tentara Lebanon, dan puluhan warga sipil telah terbunuh.
Meskipun AS dan Prancis telah terlibat dalam upaya yang bertujuan mencegah risiko meletusnya perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah, Israel menyatakan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan militer jika diplomasi gagal.
Sebagai bagian dari upaya AS untuk mencegah eskalasi lebih lanjut antara Israel dan Hizbullah, utusan AS Amos Hochstein berada di Beirut pada Selasa.
Kedatangannya setelah mengunjungi Israel sehari sebelumnya, untuk bertemu dengan para pejabat Lebanon termasuk ketua parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah.
"Pembicaraan dengan Berri sangat baik," kata Hochstein.
Dan keduanya membahas kesepakatan yang sedang dibahas saat ini sehubungan dengan Gaza, yang juga memberikan peluang untuk mengakhiri konflik di Garis Biru, garis demarkasi antara Israel dan Libanon.
"Kebutuhan untuk melakukan deeskalasi merupakan hal yang mendesak," kata Hochstein kepada wartawan di Beirut.
Dia menekankan bahwa kebakaran di perbatasan telah berlangsung cukup lama.
“Adalah kepentingan semua orang untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan diplomatis – hal ini dapat dicapai dan mendesak,” pungkasnya.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.