Jurnalisme Warga

Hikayat Aceh Malah Bukan Berbahasa Aceh

Sebelum nama Hikayat Aceh diperkenalkan RRI Banda Aceh, masyarakat di kampung saya hanya menyebut acara sejenis  itu “kheun iekayat”

Editor: mufti
SERAMBINEWS/tambeh.wordpress.com
T.A. SAKTI, alumnus Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan–sekarang Fakultas Ilmu Budaya—Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1987, melaporkan dari Gampong Bucue, Kecamatan Sakti, Pidie 

2)   silsilah Iskandar Muda, baik dari sebelah ayah maupun dari sebelah ibunya; dan

3)   pemerintahan kakek-kakek Iskandar Muda  hingga sampai Sultan Alaiddin Ri’ayat Syah Saidil Mukammil, yakni kakek sebelah ibunya. Pada masa inilah bayi Iskandar Muda lahir.

Sungguh amat disayangkan,  sebagian besar isi naskah lama (manuskrip) Hikayat Aceh itu telah hilang entah ke mana. Jika tidak, tentu kita akan menikmati kisah cukup panjang mengenai pemerintahan Sultan Iskandar Muda,  yang  amat  mengagumkan,  sekaligus membanggakan bagi rakyat Indonesia umumnya dan warga Aceh khususnya itu.

Dalam prediksi kita, bagian Hikayat Aceh yang telah pupus sebagai berikut:

1) mengenai Sultan Muda (paman Iskandar Muda) yang memerintah sebelum Sultan Iskandar Muda;

2) ketidakcocokan Sultan Muda dengan Iskandar Muda yang menyebabkan ia berpihak kepada paman lainnya  (Husain Syah) di Pidie;

3) tentang penangkapan Iskandar Muda setelah  Sultan Muda mengalahkan  pasukan Pidie;

4) mengenai pendaratan orang-orang Portugis dan dengan itu Iskandar Muda dilepaskan dari penjara untuk menyerang musuhnya;

 5) tentang kemenangan terhadap orang-orang Portugis;

 6) mengenai mangkatnya Sultan Muda dan perebutan kekuasaan oleh Iskandar Muda sebelum Husain Syah tiba di ibu kota;

  7) tentang keadaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda (tentu bagian inilah kisah  yang terpanjang melebihi sisa manuskrip yang masih ada).

(Lihat: Seri Penerbitan Museum Aceh Nomor 17 berjudul “HIKAYAT ACEH” (Kisah Kepahlawanan Sultan Iskandarmuda), yang merupakan disertasi Teuku Iskandar di Universitas Leiden, Belanda, yang telah diterjemahkan oleh  Aboe Bakar Bsf, 1986, halaman 20-22).

Berikut beberapa kutipan Hikayat Aceh itu:

1)   Saat lahir

Maka tatkala Perkasa Alam jadi (lahir –TAS/T.A. Sakti) itu halilintarpun memelah dan kilatpun sabung-menyabung dan guruhpun terlalu  ‘azamat dan bumipun bergerak selaku gempa.” (Halaman 126)

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved