Salam
Siapkah Aceh Menjadi Serambi Indonesia?
Aceh dengan posisi geografisnya yang strategis, ke depan bisa menjadi benteng pertahanan sekaligus pintu utama ekono-mi Indonesia.
KETUA Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, memaparkan sebuah hal yang menarik ten-tang pergeseran peta ekonomi global di masa mendatang dan bagaimana Aceh bisa ikut mengambil peran di dalamnya.
Menurut Gus Yahya, peta ekonomi global ke depan akan di-kuasai oleh negara-negara yang berada di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Kedua samudra ini menjadi pintu masuk aktivi-tas kegiatan ekonomi dari negara-negara seperti Afrika, Timur Te-ngah, dan lain sebagainya.
Dengan kondisi demikian, Indonesia dikatakannya akan meng-hadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks. Dan di sini lah, Aceh bisa memiliki pengaruh yang sangat penting karena berada di garis paling depan, yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
“Samudra Pasifik, ada persentuhan Filipina, Papua dan seba-gainya. Tapi Samudra Hindia, kita tahu yang ada di garis paling depan adalah Aceh,” kata Gus Yahya sebagaimana diberitakan Serambi, Selasa (2/6/2024).
Aceh dengan posisi geografisnya yang strategis, ke depan bisa menjadi benteng pertahanan sekaligus pintu utama ekono-mi Indonesia. Karena itu, Gus Yahya menilai Aceh harus bisa menjadi dan berperan sebagai Serambi Indonesia, tidak hanya sebagai Serambi Mekkah.
Untuk mewujudkan hal itu, dia katakan, perlu sekali dilakukan konsolidasi nasional untuk bisa memobilisasikan sumberdaya yang terfokus di Aceh. Selain itu, Gus Yahya juga berpesan ke-pada pemerintah maupun masyarakat Aceh untuk membuka diri. “Aceh harus siap menyambut itu. Aceh hanya bisa bertahan dan membangun keunggulannya ketika Aceh sungguh bisa berfungsi sebagai Serambi Indonesia,” tegas Ketua PBNU ini.
Jika kita membaca penjelasan tersebut, Gus Yahya seperti-nya sangat paham tentang kondisi Aceh, peluang, dan tantangan yang dihadapi daerah ini. Kita semua sudah tentu sepakat dan ingin agar Aceh ini semakin maju dan berkembang. Tetapi kem-bali lagi seperti yang disampaikan Gus Yahya, perlu adanya kon-solidasi nasional. Ini artinya, perlu penyatuan pemahaman seca-ra nasional untuk menjadikan Aceh sebagai pintu gerbang utama ekonomi Indonesia.
Mewujudkan konsolidasi nasional ini sebenarnya menjadi PR berat bagi Aceh. Pemerintah pusat pasti juga sudah membaca peta pergeseran ekonomi dunia ke depan, dan sudah tahu ba-gaimana harus bersikap ketika masa itu tiba. Tetapi masalah-nya, sejauh mana kita siap dan mampu meyakinkan pusat untuk menjadikan Aceh sebagai pintu ekonomi di Samudera Hindia.
Salah satu caranya sebagaimana disampaikan Gus Yah-ya adalah dengan membuka diri. Membuka diri tidak bisa diar-tikan secara sempit. Dalam konteks sosial, masyarakat Aceh memang dikenal sangat terbuka. Bahkan ada tradisi yang dina-makan ‘pemulia jamee’ yang menunjukkan betapa terbukanya masyarakat Aceh terhadap tamu atau orang asing. Membuka diri di sini yang dimaksudkan dalam konteks yang lebih luas. Misal-nya, membuka diri dengan investasi.
Kita ketahui bersama, betapa rendahnya realisasi investasi di Aceh. Banyak investor enggan masuk, yang salah satunya dise-babkan ketidakpastian regulasi dan maraknya konflik sosial de-ngan masyarakat. Belum lagi kita bercerita tentang mafia broker dan para pejabat bermental korup yang membuat cost investasi di Aceh menjadi semakin membengkak.
Maka itu, sesuai dengan judul tulisan ini, siapkah Aceh men-jadi Serambi Indonesia? Perlu diketahui, selain Aceh, ada Su-matera Barat (Sumbar) yang juga memiliki posisi strategis seba-gai pintu perdagangan di Samudera Hindia. Presiden Soekarno bahkan pernah merancang Sumbar sebagai pintu gerbang ke-majuan Indonesia di Samudera Hindia. Selain itu, Kota Padang juga telah diresmikan menjadi Gerbang Indian Ocean Rim Asso-ciation (IORA) atau Asosiasi Negara-negara di Kawasan Samud-ra Hindia.(*)
POJOK
HUT Bhayangkara berlangsung khidmat
Kalau tidak khidmat, itu kelewatan namanya
Ketum PBNU: Aceh harus jadi ‘Serambi Indonesia’
Alhamdulillah, Serambi Indonesia setiap hari terbit di Aceh
Mei, 1.735 turis Malaysia kunjungi Aceh
Tapi lebih banyak kunjungan warga Aceh ke Malaysia kan?

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.