Features
Kompaknya Warga Aceh di Johor Bahru Malaysia
Johor Bahru adalah ibukota dari Negeri Johor Darul Ta’zim, negara bagian Malaysia yang berbatasan langsung dengan Singapura.
Sebuah pengalaman mengesankan kami dapati ketika berkunjung ke Johor Bahru, Malaysia, Jumat, 28 Juni 2024 lalu. Anak-anak yang mengaji Alquran di sore hari, serta kaum ibu dan bapak mengaji kitab di malam hari di sebuah bangunan mirip meunasah yang berada di pinggir sungai, membawa kita seakan-akan berada di perkampungan di Aceh, bukan di Johor Malaysia.
Johor Bahru adalah ibukota dari Negeri Johor Darul Ta’zim, negara bagian Malaysia yang berbatasan langsung dengan Singapura. Johor Bahru merupakan kota kedua terbesar di Malaysia dan terus mengalami perkembangan pesat, terutama karena sangat dekat dengan salah satu raksasa ekonomi di Asia Tenggara, yakni Singapura.
Menurut keterangan diperoleh Serambi, saat ini terdapat sekira 150 kepala keluarga asal Aceh yang bermukim di Johor Bahru. Rata-rata dari mereka berprofesi sebagai peniaga, dan sebagian kecil sebagai pekerja industri, pertanian, dan lainnya.
Diperkirakan, saat ini terdapat sekira 500 unit kedai Aceh (kedai runcit yang dikelola perantau asal Aceh) di Johor Bahru. Mereka semua bernaung di bawah lembaga yang sudah terdaftar di Kerajaan Malaysia, yakni Persatuan Peniaga Aceh Johor Bahru (PPAJB).
PPAJB ini juga menjadi payung bagi Ikatan Masyarakat Aceh Melayu Malaysia (IMAMM) yang berdiri pada tahun 2014. IMAMM inilah yang menjadi garda terdepan bagi PPAJB dalam melaksanakan berbagai kegiatan rutin dengan tujuan memperkuat silaturahmi di antara sesama perantau asal Aceh.
Sementara PPAJB melaksanakan kegiatan yang lebih besar, yakni yang terkait hubungan dengan Kerajaan Negeri Johor dan Kerajaan Malaysia. Seperti menggalang dan menyalurkan bantuan bagi korban bencana di semenanjung Malaysia, termasuk bantuan dalam rangka penanganan Covid-19 di Malaysia, beberapa waktu lalu.
“Persatuan Peniaga Aceh Johor Bahru atau PPAJB ini merupakan organisasi resmi yang terdaftar di Kerajaan Malaysia pada tahun 2022. Dulunya bernama Ikatan Masyarakat Aceh Melayu Malaysia (IMAMM) berdiri pada tahun 2014. Sebelum itu, ada juga beberapa persatuan tapi tidak terorganisir dengan baik,” ujar Faisal (62), Penasihat PPAJB, kepada Serambi.
Faisal merupakan pria asal Kampung Keramat Banda Aceh. Ia sudah tinggal di Johor selama 30 tahun, dan kini sudah menjadi Warga Negara Malaysia. Saat memberikan keterangan kepada Serambi, Faisal didampingi oleh T Raja Manyak, warga asal Caleu Pidie yang merupakan mantan ketua IMAMM dua periode, Fauzi bin Nurdin (43) asal Unoe Pidie yang merupakan ketua IMAMM saat ini, serta sejumlah orang lainnya.
“Semenjak lahirnya PPAJB kegiatan masyarakat Aceh mulai terorganisir dengan baik. Saat ini, PPJAB diketuai oleh Wahyu T Raja Manyak, lengkap dengan berbagai seksi kepengurusan. Semua pengurus PPAJB ini adalah Warga Negara Malaysia berketurunan Aceh,” ungkap Faisal.
Untuk memudahkan koordinasi dan silaturahmi warga Aceh di Johor, terutama di Johor Bahru, IMAMM dan PPAJB mendirikan sebuah tempat perkumpulan mirip fungsi meunasah di Aceh. Balai pertemuan ini berada di Kampung Taman Saujana, Masai, Johor Bahru, Johor.
Balai pertemuan ini berada di pinggir sungai, sehingga suasananya mirip dengan meunasah di Aceh. Walau juga dilengkapi dengan ruang shalat dan tempat pengajian anak-anak dan orang dewasa, tapi mereka tidak menyebutnya sebagai meunasah atau surau, karena alasan di dekat bangunan itu terdapat surau resmi milik masyarakat kampung Taman Saujana.
Meski tinggal jauh dari kampung halaman, para warga Aceh ini terlihat masih sangat memelihara adat istiadat dan budaya Aceh, meski mereka juga sangat menjunjung tinggi kebiasaan masyarakat setempat. Karena berasal dari rumpun yang sama, yakni Melayu, sehingga tradisi, budaya, dan makanan di Johor juga tidak berbeda jauh dengan kebiasaan di Aceh.
Untuk menjaga generasi, para warga Aceh di Johor Bahru, menggelar pengajian rutin setiap hari Jumat. Dimulai dari pukul 4 sampai pukul 6 sore bagi anak-anak, dilanjutkan dengan pengajian kitab bagi orang dewasa, setelah shalat Isya hingga tengah malam. “Pengajian diisi oleh para dai atau teungku asal Aceh di Johor maupun daerah lain di Malaysia. Sesekali juga mengundang teungku dari Aceh,” ujar Faisal.
Selain pengajian rutin, IMAMM dan PPAJB juga melaksanakan berbagai kegiatan sosial atau mereka sebut kegiatan kebajikan. Antara lain, mengunjungi sekaligus menyerahkan bantuan sosial bagi orang sakit, dan melaksanakan fardhu kifayah bagi yang meninggal dunia.
“Disepakati setiap yang sakit mendapatkan bantuan sebesar RM 1.000 (sekira Rp 3,6 juta),” ujar Faisal.
features
feature
Kompaknya Warga Aceh di Johor Bahru Malaysia
Kompaknya Warga Aceh
Johor Bahru Malaysia
Zainal Arifin M Nur
Citizen Reporter
Penulis CR
Beri Edukasi Beasiswa Lewat NGOPI, A Sabur Hadirkan Putra Indrapuri yang Sukses |
![]() |
---|
Bupati Resmikan RSU Telaga Bunda 2, Bireuen Kini Miliki Rumkit Baru |
![]() |
---|
Sarbila Karlina Wati, Sikap Pantang Menyerah Berbuah Prestasi |
![]() |
---|
Pidato Emosional Kenang Nasihat Sang Ayah, Safaruddin “Kajeut Neuk, Tidak Usah Lagi Berpolitik” |
![]() |
---|
Dana Desa 2025 di Lhokseumawe Gampong Pusong Terbanyak, Keude Peunteut Terkecil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.