DERAP NUSANTARA

Membangun Indonesia dalam Keberimbangan Ekonomi dan Lingkungan

Semangat kamikaze tentara Jepang dalam perang dunia II patut menjadi pelajaran tersendiri.....

Editor: IKL
ANTARA/YUDI/WPA
Petani menanam mangrove di kawasan mangrove Desa Simandulang, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, Kamis (14/12/2023). Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Bahagia Giat Bersama melakukan pelestarian mangrove seluas 25 hektare. 

Namun sejatinya dampak perubahan iklim itu juga perlu untuk ditindaklanjuti dengan edukasi dan sosialisasi yang mendalam di kalangan masyarakat.

Masyarakat harus ditradisikan untuk melakukan mitigasi dan antisipasi agar dampak perubahan iklim dalam diminimalkan risikonya.

Secara umum akibat perubahan iklim suhu udara terpantau naik sehingga berdampak pada berkurangnya curah hujan sehingga memerlukan penanganan air minum dengan teknologi Sea Water Reverse Osmosis, dan Atmosferik Water Harvesting.

Karena itu, dampak perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu perlu ditanggapi dengan teknologi engineering genetika, sebab kenaikan suhu berdampak luas termasuk kemungkinan menjangkitnya berbagai jenis penyakit yang berkaitan dengan perubahan iklim.

Selain itu juga penyesuaian waktu kerja dengan intensitas perubahan iklim hingga pola migrasi perikanan yang mengikuti perubahan suhu air laut.

Umumnya penyebab perubahan iklim adalah gas rumah kaca terutama CO2 dan metana, yang teknologi penangkapannya perlu dikembangkan seperti dengan “Carbon Capture Storage dan Utilization Technology”, terutama dalam industri perminyakan dan industri energi.

Di samping itu perlu dikembangkan pula energi terbarukan sebagai sumber energi bersih menggantikan energi CO2, seperti energi matahari (solar), angin, geothermal, air, gas dan lain-lain.

Infografis

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved