DERAP NUSANTARA
Membangun Indonesia dalam Keberimbangan Ekonomi dan Lingkungan
Semangat kamikaze tentara Jepang dalam perang dunia II patut menjadi pelajaran tersendiri.....
Tercatat pada 2018 literasi sains masyarakat Indonesia ada di peringkat 71 dari 79 negara, literasi matematika ke-73, dan membaca ke -74.
Kemudian pada tahun 2022, Indonesia ada di peringkat 67 dari 81 negara untuk literasi sains, peringkat 70 untuk matematika, dan peringkat 71 untuk membaca.
Peringkat Indonesia memang naik pada 2022 dibandingkan tahun 2018 namun posisi Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Tiongkok.
Berbagai upaya harus dilakukan termasuk dalam meningkatkan literasi masyarakat untuk menyelaraskan potensi Indonesia yang sedang mengalami bonus demografi .
Bonus demografi ini diproyeksikan akan menghadapi puncaknya pada tahun 2030 hingga 2040.
Bonus demografi yang dimaksud adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Tahun 2030 diproyeksikan penduduk Indonesia berjumlah 345 juta jiwa, maka pada rentang tahun tersebut akan ada 207 juta jiwapenduduk produktif.
Jumlah penduduk Indonesia yang meningkat dalam kuantitas apabila disertai kualitas berkat pendidikan yang meningkat, dampaknya sangat baik dalam mendorong pembangunan bangsa menuju ke tahap lepas landas di tahun 2045.
Indonesia harus mengejar ketertinggalannya untuk mencapai kualitas pendidikan yang setara dengan Singapura dan Tiongkok, supaya generasi hasil bonus demografi ini menjadi penggerak utama kemajuan bangsa di tahun 2045.
Dengan mengembangkan kemampuan pendidikan anak bonus demografi Indonesia bisa meningkatkan kemampuan-kemampuan bangsa dalam menanggapi tantangan dampak perubahan iklim pada kehidupan bangsa yang mengancam Indonesia di tahun-tahun yang akan datang.
Perubahan Iklim Namun berbagai upaya yang dilakukan, menghadapi tantangan lain salah satunya berupa perubahan iklim.
Di tahun 2010 ketika Musholla Pluit, di kawasan Penjaringan. Jakarta Utara, mengalami ancaman naiknya muka laut maka Gubernur Joko Widodo di tahun 2012 ketika itu membangun tanggul pantai yang melindungi kawasan Penjaringan dari ancaman naiknya muka laut, sehingga kawasan ini terselamatkan dari kenaikan muka laut sampai sekarang.
Oleh penerusnya, Gubernur Basuki Cahya Purnama, pembangunan tanggul-tanggul lepas pantai di Pluit, Penjaringan dan Muara Baru, diteruskan sehingga kini kawasan tersebut terselamatkan dari ancaman naiknya muka laut.
Pengamanan pantai-pantai kawasan Jakarta diikuti oleh Pemerintah daerah Jakarta di topang oleh instansi Pekerjaan Umum, hingga sekarang Jakarta teramankan dari ancaman naiknya muka laut.
Apabila di beberapa tempat seperti Kota Semarang dan Demak mengalami ancaman naiknya muka laut, maka pemerintah menanggapinya dengan membangun tanggul lepas pantai guna penyelamatannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.