Citizen Reporter

Semarak Sambut Tahun Baru Islam di Makam Sultan Peureulak

Setiap datangnya tahun baru Islam 1 Muharram, masyarakat Peureulak bersama pemerintahan kecamatan selalu menggelar perhelatan berskala besar.

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Syarifuddin S. Malem, S.Pd.I., M.Pd, Ketua Forum Peduli Situs Kerajaan Islam Peureulak (FPSKIP) 

Terdapat pengikut Ali yang melarikan diri ke Nusantara sampai ke negeri Peureulak, yaitu Ali Al-Muktabar bin Muhammad Ad-Dibai bin Jakfar Assadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Zainal Abidin bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib.

Baca juga: Pendapat Tentang Suro atau Muharram Bulan Malapetaka, Buya Yahya : Suudzon Kepada Allah

Kedatangan Ali Al-Muktabar disambut baik oleh Maharaja Syahir Nuwi dan rakyat Peureulak karena ia berasal dari dua keturunan bangsawan terhormat yaitu Ali ibn Abi Thalib dan Fathimah binti Rasulullah.

Maharaja Syahir Nuwi mengawinkan Ali Al-Muktabar dengan adik kandungnya, Puteri Makhdum Tansyuri.  

Dalam perkawinan bangsawan Quraisy dengan bangsawan Peureulak ini lahir seorang putera yang diberi nama Abdul Aziz yang kemudian dinobatkan menjadi sultan pertama KI Peureulak.

Begitulah dikisahkan oleh Ali Hasymi mengutip tulisan Abu Ishak Al-Makarany dalam kitab Idharul Haq fi Mamlakatil Peureulak.

Pada masa Sultan Abdul Aziz Syah (840-864 M), sistem pemerintahan kerajaan Peureulak telah tersusun dengan rapi.

Menurut sejarah ia bercirikan Dinasti Abbasiyah. Kepemimpinan Sultan Abdul Aziz Syah berlangsung selama 24 tahun (s.d 864).

Setelah Sultan Abdul Aziz Syah wafat, KI Peureulak selanjutnya dipimpin oleh sekitar 20 sultan, antara lain Sultan Alaiddin Maulana Abdurrahim Syah (864 – 888 M), Sultan Alaiddin Abbas Syah (888-913 M), dan Sultan Alaiddin Ali Mughayat Syah (915 – 918 M).

Para Sultan KI Peureulak sangat perhatian dalam bidang pendidikan. Pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahim Syah, yaitu tahun 865 M, berdiri sebuah institusi pendidikan Islam Zawiyah Buket Cibrek.

Menurut sejarah ia merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Asia Tenggara.

Pada masa pemerintahan Sultan Sayyid Maulana Abbas Syah (888-913 M), tepatnya tahun 899 M, dicatat satu lagi kegemilangan dengan didirikan lembaga pendidikan kedua yaitu Zawiyah Cot Kala di Aramiya. Dan, Sultan Abbas Syah memperluas wilayah kekuasaan sampai ke Kuala Jambo Aye.

Dengan lembaga pendidikan tinggi yang sudah eksis ketika itu, Peureulak menjadi “kiblat pendidikan Islam Nusantara,” karena lembaga inilah yang telah banyak menghasilkan alumni dan kemudian mereka berperan sebagai pendidik dan sekaligus mubaligh Nusantara yang berjasa dalam penyebaran dan Islamisasi Asia Tenggara umumnya dan Nusantara khususnya.

Dari aspek pertanian, Peureulak merupakan daerah penghasil lada dan rotan. Dalam bidang industri, menjadi daerah penghasil emas yang banyak terdapat di Alue Meuh.

Baca juga: Puasa 1 Muharram 1446 H pada Minggu 7 Juli 2024, Amalan Tahun Baru Islam

Dalam bidang seni rakyat, Peueurlak menghasilkan ukiran seni yang indah seperti gading gajah dan kayu. Seluruh aspek ini telah menjadi daya tarik sehingga Peureulak banyak disinggahi oleh para pedagang maupun para penuntuk ilmu dari luar negeri.

Raja terakhir yang memerintah Peureulak ialah Sultan Makhdum Malik Abdul Aziz Syah (662-692 H/1263-1292 M). Selanjutnya kerajaan Peureulak disatukan menjadi federasi di bawah kerajaan Samudera Pasai.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved