Konflik Palestina vs Israel

Lagi! Israel Bombardir Sekolah PBB di Gaza, Keluarga Palestina Dipaksa Mengungsi

Sejumlah orang terluka akibat serangan Israel yang menyasar sekolah di kamp pengungsi Nuseirat di bagian tengah Gaza.

Editor: Faisal Zamzami
AP Photo/Saher Alghorra
Warga Palestina mengecek kerusakan yang ditimbulkan serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah PBB yang menewaskan puluhan orang di kamp pengungsi Nusseirat, Jalur Gaza, Sabtu (6/7/2024). 

SERAMBINEWS.COM, GAZA - Pasukan Israel kembali mengebom sekolah yang menampung pengungsi Palestina di Jalur Gaza.

Sejumlah orang terluka akibat serangan Israel yang menyasar sekolah di kamp pengungsi Nuseirat di bagian tengah Gaza.

Sekolah tersebut merupakan fasilitas yang dikelola Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).

 Lembaga PBB itu mencatat setidaknya terdapat 450 bangunan UNRWA di Jalur Gaza yang diserang Israel sejak Oktober 2023.

Pasukan Israel diketahui meluncurkan gelombang serangan di kamp pengungsi Nuseirat pada Senin (8/7/2024) malam waktu setempat. Setidaknya enam orang terbunuh dalam serangkaian serangan ini.

Di tempat terpisah, seorang pria dan dua anaknya terbunuh saat Israel menyerang Deir Al-Balah. Lima orang Palestina terbunuh dalam serangan di Kota Gaza.

 
Pada Sabtu (6/7/2024) lalu, Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan sedikitnya 16 orang terbunuh setelah Israel menyerang sekolah PBB, al-Jaouni, yang menampung pengungsi di Nuseirat.

Serangan Israel itu juga menyebabkan 75 orang lebih terluka.

Pada Sabtu malam, militer Israel mengeluarkan pernyataan yang membenarkan serangan tersebut. Namun, mereka berdalih "menyerang beberapa teroris" di sekolah tersebut.

Menurut reporter Al Jazeera, Hind Khoudary, ratusan keluarga Palestina berlindung di sekolah tersebut setelah dipaksa mengungsi karena bombardir Israel di wilayah-wilayah Gaza lainnya.

Dia mengatakan para pengungsi memilih mengungsi ke bagian tengah Jalur Gaza karena Israel mengatakan bagian tengah sebagai "zona aman".

Pasukan Israel mengeluarkan perintah agar warga Palestina meninggalkan sejumlah daerah di Kota Gaza.

 
Jurnalis Al Jazeera di Deir Al-Balah, Hani Mahmoud, melaporkan bahwa perintah tersebut menimbulkan kepanikan dan menilainya sebagai pemindahan paksa.

"Apa yang dideskripsikan militer Israel sebagai perintah evakuasi faktanya sangat berbeda dari apa yang kami lihat, orang-orang berlarian di tengah serangan tanpa henti dari satu perkampungan ke perkampungan lain," kata Mahmoud.

"Ini lebih merupakan pemindahan paksa daripada evakuasi, karena orang-orang kabur ke area yang diserang. Zona aman yang ditetapkan hanyalah area jebakan kematian bagi keluarga pengungsi."

Serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu telah membunuh setidaknya 38.193 jiwa di Jalur Gaza, lebih dari 15.000 adalah anak-anak. Sementara sedikitnya 87.903 orang dilaporkan terluka akibat serangan Israel.

Baca juga: Akal-akalan Israel, Kini Serang Sekolah di Gaza Palestina dengan Dalih Ada Hamas

 

Ribuan Warga Palestina Mengungsi di Stadion Sepak Bola Gaza, Begini Kondisi Mereka

Ribuan warga Palestina yang mengungsi di Gaza utara kini berlindung di salah satu stadion sepak bola terbesar di wilayah itu.

Para keluarga tersebut harus berjuang untuk bertahan hidup dengan sedikit makanan atau air di tengah serangan terbaru Israel.

Banyak dari mereka telah berpindah-pindah tempat, terakhir dari operasi Israel melawan Hamas di lingkungan Shijaiyah, Gaza City. 

 
Mereka kini tinggal di Yarmouk Sports Stadium, sekitar 3 kilometer barat laut dari Shujaiyah yang dibombardir berat. 

Di stadion ini, tenda-tenda darurat berjejer di bawah tempat duduk, sementara pakaian tergantung di bawah terik matahari Juli. Aktivitas sehari-hari, seperti mandi, dilakukan dengan peralatan seadanya.

"Kami terbangun dan menemukan tank di depan pintu," kata Um Bashar, seorang ibu yang tengah memandikan anaknya di sebuah bak plastik di bawah bangku pemain, dikutip dari Associated Press, Sabtu (6/7/2024).

"Kami tidak membawa apa pun, tidak ada kasur, bantal, pakaian, atau makanan."

 
Hazem Abu Thoraya, salah satu pengungsi, menambahkan bahwa rumah-rumah mereka telah hancur dan terbakar akibat serangan. 

"Kami meninggalkan rumah kami, dan semua rumah kami dibom dan dibakar, begitu juga rumah-rumah di sekitar kami," ujarnya.

Meskipun bantuan ke Gaza utara telah meningkat, kondisi keamanan dan kekurangan kebutuhan dasar tetap menjadi masalah utama. Namun, para penduduk mengatakan bahwa kekurangan dan ketidakamanan semakin parah.

PBB menyatakan mampu memenuhi kebutuhan dasar penduduk, sementara Israel menyalahkan PBB atas lambatnya distribusi bantuan. 

"Tidak ada tempat yang aman. Keselamatan hanya ada pada Tuhan," kata pengungsi lain, Um Ahmad.

"Ketakutan kini dirasakan tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Kami bahkan tidak merasa aman berjalan di jalan," imbuhnya.

Kondisi ini menunjukkan betapa beratnya situasi yang dihadapi oleh warga Palestina yang mengungsi di tengah konflik yang terus berlangsung. Mereka hanya bisa berharap dan berdoa agar perdamaian segera tercapai.

Baca juga: Fajar Ketua OSIS SMA di Klaten Tewas Tersetrum Usai Diceburkan ke Kolam Sekolah Saat Ulang Tahun

Baca juga: Celesta Atlet Tolak Peluru Sumbang Emas Ketiga Untuk Kontingen Aceh Utara

Baca juga: Eks Wakapolri Bilang Polda Jabar Harus Ganti Rugi Rp100 M untuk Pegi, Kuasa Hukum Pegi Sebut Segini

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved