Perang Gaza

Hamas Tolak Usulan Gencatan Senjata yang 'Dipreteli' Israel, yang Ingin Kendalikan Perbatasan Rafah

Kekhawatiran pemerintah adalah militan bersenjata akan menyusup ke wilayah tersebut dengan menyamar sebagai warga sipil setelah penduduk diizinkan kem

Editor: Ansari Hasyim
MOHAMMED SABRE/AFP
Pejuang Palestina dari Brigade Ezzeddine al-Qassam, sayap militer kelompok Islam Hamas, membawa bom (kanan) saat mereka berjalan bersenjata di sepanjang jalan di Beit Hanun di Jalur Gaza utara. Video yang memperlihatkan komandan Brigade Al-Qassam tengah berjalan dibocorkan media Israel. Padahal Zionis mengklaim sudah buat cacat. 

SERAMBINEWS.COM - Israel menentang pemulangan warga sipil Gaza ke wilayah utara tanpa pengawasan, karena khawatir akan menyusup di antara mereka, Israel juga ingin mempertahankan kendali atas koridor Philadelphia, sebuah tuntutan yang ditolak oleh Mesir.

Hamas menolak perubahan terbaru Israel terhadap usulan kesepakatan pembebasan sandera menurut laporan Reuters yang mengutip seorang pejabat Barat dan seorang warga Palestina serta dua sumber Mesir.

"Israel menginginkan mekanisme pemeriksaan untuk penduduk sipil yang kembali ke wilayah utara Gaza," kata seorang sumber kepada kantor berita tersebut pada hari Jumat.

Baca juga: UEA Buka Opsi Kehadiran Pasukan Asing untuk Memerintah Gaza Pascaperang

Kekhawatiran pemerintah adalah militan bersenjata akan menyusup ke wilayah tersebut dengan menyamar sebagai warga sipil setelah penduduk diizinkan kembali saat gencatan senjata berlaku.

Menurut pejabat Mesir, tuntutan Israel untuk mempertahankan Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir merupakan hambatan lain dalam perjalanan menuju kesepakatan.

Kairo menolak tuntutan tersebut dan mengatakan bahwa hal itu bukan bagian dari proposal awal yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden bulan lalu.

Usulan tersebut dirampungkan sebelum Israel mengambil alih jalur tanah strategis yang diyakini IDF telah digunakan Hamas untuk menyelundupkan senjata dan material untuk produksi persenjataannya.

Pejabat keamanan mengkritik perdana menteri atas pernyataan publiknya bahwa mencegah kembalinya warga Gaza ke wilayah utara dan melanjutkan kendali atas koridor Philadelphia adalah masalah prinsip dalam posisi Israel.

"Prinsip-prinsip Netanyahu akan merusak peluang kesepakatan pembebasan sandera," kata mereka.

Berbicara dari Gedung Putih pada hari Kamis, Juru Bicara Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kesepakatan sudah semakin dekat, tetapi masih ada celah yang tersisa. "Kedua pihak harus membuat kompromi," kata Kirby.

"Israel memiliki hak untuk membela diri. Dan bagaimana cara melakukannya itu penting," kata Harris kepada wartawan setelah pertemuannya dengan Netanyahu.

Ia mengatakan bahwa ia menyampaikan kekhawatiran seriusnya tentang skala penderitaan manusia di Gaza.

"Saya telah menjelaskan kekhawatiran serius saya tentang situasi kemanusiaan yang mengerikan di sana," katanya.

"Saya tidak akan tinggal diam."

Harris mengatakan bahwa penting untuk menguraikan apa saja yang akan terjadi dalam kesepakatan gencatan senjata yang komprehensif.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved