Jurnalisme Warga

Sensasi Kamping di Pinggir Krueng Peusangan

Kami memanfaatkan liburan panjang ini untuk menikmati keindahan alam dan merasakan sensasi harmonisasi dengan alam.

Editor: mufti
For Serambinews.com
JON DARMAWAN, M.Pd., Guru SMAN 7 Lhokseumawe, Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Unimed, Pengurus IGI, JSDI, dan Pemuda ICMI Aceh, melaporkan dari Takengon, Aceh Tengah 

JON DARMAWAN, M.Pd., Guru SMAN 7 Lhokseumawe, Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Unimed, Pengurus IGI, JSDI, dan Pemuda ICMI Aceh, melaporkan dari Takengon, Aceh Tengah

Liburan panjang sekolah tahun 2024 terasa sangat istimewa dan berkesan. Kami memanfaatkan liburan panjang ini untuk menikmati keindahan alam dan merasakan sensasi harmonisasi dengan alam. Kami berlibur di Takengon, ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. Kota ini menyimpan sejuta potensi dan daya tarik sehingga kami terlagi-lagi untuk mengunjunginya.

Sebelum liburan tiba, saya bersama Kepala SMKN 1 Julok, Aceh Timur, sepakat untuk liburan di Kota Takengon dengan tema kamping. Banyak tempat tempat wisata di Takengon yang menawarkan sensasi kamping. Sebut saja Gayo Camping Ground, Mepar Camping, Galaksi Camping Ground, dan Ujung Nunang Camping Ground. Semua tempat berkemah tersebut berada di pinggir Danau Laut Tawar.

Akan tetapi, kami ingin menikmati sensasi kamping di pinggir Kruang (Sungai) Peusangan yang membelah Kota Takengon. Kami segera mencari tempat kamping yang berada di pinggir Krueng Peusangan. Terdapat beberapa tempat kamping di pinggir sungai ini. Di antaranya adalah Temas River Park, Anak Mas River Paradise, serta Uning Reverside Homestay. Pilihan kami jatuh pada Uning Reverside Homestay.

Awalnya kami hanya terdiri atas dua keluarga. Namun, tanpa janji sebelumnya, di perjalanan kami berjumpa dengan saudara yang juga berlibur ke  Takengon. Mereka terdiri atas tiga keluarga. Dengan demikian, kami memesan lima tenda ala kanping untuk keluarga kami.  Kami diberikan empat tenda ukuran sedang dan satu tenda ukuran yang lebih besar.

Petugas Uning Reverside Homestay telah memasang tenda ala kamping ini di pinggir Krueng Peusangan. Namun, kami meminta agar tenda dipasang di pinggir sungai buatan mereka yang juga mengalir dari Kruang Peusangan. Sungai buatan ini dibangun di pinggir Krueng Peusangan untuk memudahkan anak-anak dan juga pengunjung dewasa mandi.

Air di sungai buatan ini mengalir dari Krueng Peusangan, tetapi dalam keadaan sudah bersih dan jernih. Hal ini disebabkan pengelola sudah memasang penyaring di mulut sungai buatan. Dengan demikian, air yang mengalir di sungai buatan selalu bersih dari sampah.

Selain itu, airnya juga jernih dan dingin sehingga sangat cocok untuk mandi bagi anak-anak maupun dewasa.

Pada bagian ujung sungai buatan ini juga dibangun kolam mandi. Kolam ini dibangun dalam ukuran besar sehingga mampu menampung warga dalam jumlah relatif lebih ramai. Anak-anak dapat bermain sambil mandi. Air dalam kolam ini juga mengalir kembali ke Krueng Peusangan. Pertukaran air ini sangat bagus untuk menjaga kualitas air yang selalu bersih dan dingin.

Krueng Peusangan yang berarus deras sering dilewati oleh mereka yang sedang melakukan aktivitas arung jeram tingkat semiekstrem. Tantangan yang dihadapi tentu menambah keseruan olahraga air ini.

Melihat mereka melewati sungai di tempat kami kamping ini saja sudah membuat kami ingin segera melakoni olahraga air ini. Padahal, jadwal kami berarung jeram pada keesokan harinya.

Tenda ala kamping ini relatif murah untuk ukuran keluarga kami. Setelah menyewa tenda untuk kamping, kami tidak dipungut biaya lain, termasuk tiket masuk dan parkir. Tentu saja kami sangat nyaman dan senang dengan pelayanan yang ditawarkan pengelola.

Selain itu, kepada kami juga diberikan kayu bakar dan tempat bakar ikan, satai, atau jagung. Kami hanya perlu menyediakan bahan-bahan untuk dibakar.

Kayu bakar yang tersedia kami manfaatkan untuk membuat api unggun. Hal ini tentu saja sangat berguna untuk menghangatkan tubuh di tengah malam yang dingin.

Api unggun juga bermanfaat untuk mengusir binatang buas yang bisa saja mendekati area kamping, memasak makanan seperti jagung, sosis, penerangan alami di sekitar area kamping, dan meningkatkan kebersamaan dan keakraban antarpeserta kamping.

Kami tidak memanfaatkan fasilitas alat bakar makanan yang diberikan pengelola. Kami hanya mengandalkan api unggun untuk memasak makanan. Api unggun kami biarkan tetap menyala dan kami mengelilinginya.

Kebersamaan dan keakraban terjalin erat. Kami merasakan bahwa Takengon tidak sedingin dulu. Padahal, sudah larut malam, tetapi tubuh kami masih belum merasakan kedinginan yang menusuk kalbu.

Akan tetapi, saat mendekati waktu subuh, rasa dingin itu mulai menghampiri kami. Dinginnya sangat terasa sehingga kami harus menambah selimut, meski sudah pakai jaket.

Takengon sendiri pada dasarnya sudah dingin dibanding daerah lain di Aceh karena ketinggiannya mencapai sekitar 1.500 m di atas permukaan laut. Hal ini terjadi akibat penurunan tekanan udara yang dikenal dengan pendinginan adiabatik, kelembaban udara, penyerapan energi matahari oleh Bumi yang sedikit di dataran tinggi, dan radiasi panas yang dilepas permukaan Bumi lebih efisien karena udara yang lebih tipis dan kurangnya penghalang seperti vegetasi yang padat.

Pelepasan radiasi ini mencapai puncaknya menjelang subuh sehingga suhu udara turun drastis. Saking dinginnya, mulut kami mengeluarkan asap saat bernapas.

Saat menyentuh air untuk berwudu, dinginnya keterlaluan serasa sedang memegang es. Saya memperhatikan permukaan sungai yang berkabut, seolah-olah air sungai tersebut baru mendidih sehingga mengeluarkan asap. Sekeliling tempat tersebut juga terlihat kabut yang tebal. Kabut tersebut perlahan pergi meninggalkan alam yang asri nan indah.

Saya menikmati momen langka ini untuk dikenang dan dihayati sebagai bukti kebesaran Allah Swt.

Pada pagi sekitar pukul 07.00 WIB, kami berangkat ke kawasan Lukup Badak untuk berarung jeram. Kami sudah memesan tempat sehari sebelumnya dan mengambil giliran pertama.

Oleh karena itu, pada pagi hari kami langsung menuju tempat arung jeram. Kami memesan titik strat arung jeram di Ayu Adventure. Sambil menunggu petugas menyiapkan perlengkapan dan peralatan, kami menikmati keindahan di tempat ini.

Di dalam kawasan Ayu Adventure terdapat taman bunga dengan pemandangan gunung dan Krueng Peusangan. Kami segera mengabadikan momen tersebut.

Terdapat pula tempat penginapan di tengah kolam besar. Pemandangan yang ditawarkan bak lukisan yang sangat indah. Sangat cocok untuk spot foto maupun selfie. Kemudian kami sudah dipanggil untuk memulai arung jeram.

Kami memakai helm, baju pelampung, dan memegang pengayuh sebagai prosedur keelamatan. Kami mengambil paket arung jeram timgkat ‘family’ karena terdapat anak-anak di bawah umur 13 tahun. Kami menyusuri Krueng Peusangan sambil mengayuh. Pemandu arung jeram sesekali memfoto atau mengambil video aktivitas arung jeram kami.

Sepanjang jalur arung jeram, kami disuguhi pemandangan yang sangat indah dan cantik. Terdapat sawah-sawah warga yang dialiri air menggunakan kincir air sederhana. Terlihat pula kuda yang sedang merumput di persawahan warga. Sesekali arus yang kami lalui membuat perahu karet bergoyang. Inilah sensasi arung jeram yang kami idam-idamkan.

Kami berhenti di terminal arung jeram berdekatan dengan PLTA Peusangan yang sedang dibangun. Kami sudah ditunggu mobil yang akan membawa kami pulang ke Lukup Badak.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved