Jurnalisme Warga

Raker MKKS Aceh Timur Pilih Tempat di Sekolah Terpencil, Ada Apa?

Hal itu sangat beralasan, karena ada beberapa desa yang jauh dari ibu kota kecamatan yang siswanya tidak mungkin pulang pergi dari rumah ke sekolah.

Editor: mufti
ist
BAIHAKI, Pemred Thejurnal.id, melaporkan dari Simpang Jernih, Aceh Timur 

BAIHAKI, Pemred Thejurnal.id, melaporkan dari Simpang Jernih, Aceh Timur

9 Juli 2024, pukul 06.00 WIB, saya bersama Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacabdisdik) Wilayah Aceh Timur, Rahmatsah Putra menuju Kecamatan Simpang Jernih dan berhenti sejenak di Rantau Panjang Bayeun untuk sarapan.

Tepat pukul 10.00 WIB, kami tiba ke SMK Negeri 1 Simpang Jernih setelah melewati Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang.

Sekolah ini berada di daerah terpencil dalam kawasan Aceh Timur. Dari Idi Rayeuk menuju Simpang Jernih jaraknya lebih kurang 145 kilometer, harus melalui dua daerah, dengan jarak tempuh tiga sampai empat jam menggunakan mobil atau sepeda motor.

Sesampainya di SMK Negeri 1 Simpang Jernih, kami disuguhi makanan tradisional, berupa ketan kuah durian, ubi rebus, pisang, dan segelas kopi hangat.

Setelah makan siang aroma wanginya durian Simpang Jernih yang isinya tebal, manis, bijinya tipis, dan warnanya kuning mentega meggoda selera untuk dibelah dan disantap.

Kecamatan Simpang Jernih yang ibu kotanya Simpang Jernih, luas wilayahnya sekitar 844 kilometer, jumlah penduduknya 3.920 jiwa, mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.

Simpang Jernih memiliki delapan desa, tiga desa berada di ibu kota kecamatan, lina desa lainnya berada di daerah yang sangat terpencil.

Masing-masing desa memiliki bangunan sekolah dasar (SD) delapan unit, sedangkan SMP ada tiga unit, dan SMK satu unit.

Dari data yang saya peroleh, penduduk asli di Simpang Jernih ini mayoritas berasal dari suku Gayo.

Kondisi sekolahnya

Walaupun SMK Negeri 1 Simpang Jernih berada jauh dari ibu kota Kabupaten Aceh Timur, tetapi tahun lalu sekolah yang membuka jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP) ini memiliki bangunan fisik yang lengkap.

Sekolah ini bersih, pepohonannya rindang menambah hijau dan sejuknya lingkungan sekolah.

Kepala SMK Negeri 1 Simpang Jernih, Ramzan menyebutkan, saat ini sekolah yang dipimpinnya memiliki 127 siswa. Guru sebanyak 21 orang dan memiliki lima rombongan belajar.

Menurutnya, pada tahun 2018, salah seorang siswa sekolah ini  meraih prestasi luar biasa pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (02SN) di Yogyakarta degan meraih medali emas.

"Sungai Tamiang merupakan tempat latihan siswa berenang, sehingga alam membentuk prestasi siswa. Malahan tahun ini siswanya juga meraih juara tiga di O2SN tingkat provinsi cabang lomba renang," ungkap Ramzan.

Namun, katanya, kebanyakan siswa di sini jarang keluar dari Simpang Jernih. Setingkat ke Kota Langsa dan Idi Rayeuk saja sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Timur  jarang mereka ke sana, kecuali ada turnamen seperti 02SN.

Sehingga, ketika mereka berlomba di Kota Langsa atau Idi Rayeuk  merasa kaku dan kurang percaya diri menghadapi awan-lawannya. Padahal, mereka punya semangat tanding. Begitu pengakuan kepala sekolahnya.

Namun, ketika mereka sudah ke luar dari Simpang Jernih, apalagi sudah sampai ke Banda Aceh, rasa percaya diri itu semakin muncul dengan melihat orang lain.

"Hal yang positif dengan melihat perkembangan di luar sana, banyak di antara mereka ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, seperti ada yang sudah kuliah di Universitas Negeri Malikussaleh Lhokseumawe dan Universitas Negeri Samudra Langsa," terang Ramzan.

Harapan masyarakat

SMK Negeri 1 Simpang Jernih merupakan satu-satunya sekolah jenjang pendidikan menengah di sana.  Masyarakatnya tentu menaruh harapan ke sekolah ini untuk mencerdaskan putra-putri mereka.

Apalagi SMK, selain menyiapkan siswa siap kerja, juga menyiapkan lulusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Saat saya bincang-bincang dengan masyarakat sekitar sekolah, mereka mengharapkan kepada Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Aceh supaya membangun asrama bagi siswa di sekitaran SMK Negeri 1 Simpang Jernih.

Hal itu sangat beralasan, karena ada beberapa desa yang jauh dari ibu kota kecamatan yang siswanya tidak mungkin pulang pergi dari rumah ke sekolah.

Bahkan, kata mereka, ada desa yang harus dicapai dengan speed boat. Desa tersebut sangat jauh, malahan pernah kejadian beberapa waktu lalu, guru SM3T dari Jawa Barat meninggal akibat speed boat mereka karam di sungai yang arusnya sangat deras.

Apabila pemerintah membangun asrama siswa di ibu kota kecamatan ini, tentu anak-anak dari pelosok yang putus sekolah bisa melanjutkan pendidikannya di SMK Negeri Simpang Jernih.

Raker di sekolah terpencil

Memasuki tahun ajaran baru 2024/2025, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA, SMK, dan SLB Kabupaten Aceh Timur memilih SMK Negeri 1 Simpang Jernih yang notabene  sekolah terpencil sebagai tempat pelaksanaan rapat kerja (raker) tahunan.

Raker ini melibatkan 50 kepala SMA, SMK, dan SLB, serta pengawas sekolah. Kacabdisdik Wilayah Aceh Timur bersama para kepala seksinya memimpin langsung kegiatan ini.

Kacabdisdik Wilayah Aceh Timur, Rahmatsah Putra menyampaikan, raker ini mengambil lokasi di sekolah terpencil agar semua kepala sekolah bisa mengetahui dan merasakan kondisi alam di Simpang Jernih.

Selain itu, katanya, ada sebagian kepala sekolah yang belum pernah sekali pun berkunjung ke SMK Negeri 1 Simpang Jernih.

Dia jelaskan, raker ini membahas tentang materi dan teknis pelaksaaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Kemudian, analisis rapor pendidikan, membedah Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP) tahun ajaran 2024/2025, dan membuat program kerja kepala sekolah serta pengawas selama enam bulan ke depan.

Rahmatsah mengharapkan, dengan dilaksanakannya raker di sekolah ini, baik kepala sekolah maupun guru yang berada di luar Simpang Jernih, hendaknya memberikan informasi terkini terkait kondisi Pendidikan di Aceh Timur.

Bahkan, karena jaringan internet bisa diakses dalam kawasan Simpang Jernih, tidak salahnya guru yang mampu menguasai pembelajaran melalui informasi dan teknologi bisa berbagi pengetahuan dan memberikan bimbingan kepada guru-guru di daerah terpencil ini, terutama secara daring (online).

Rahmatsah mengajak kepala sekolah, dewan guru, dan masyarakat Simpang Jernih bergandengan tangan untuk terus peduli pendidikan. Mari motivasi anak-anak kita untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena putra daerah itu sendiri kelak membangun daerahnya.

Seorang peserta raker, Kepala SMK Negeri 1 Darul Aman, Muhammad Ridwan, mengaku baru pertama kali berkunjung ke SMK Negeri 1  Simpang Jernih

Bersyukur inisiatif dari Kacabdisdik Wilayah Aceh Timur melaksanakan rapat kerja di sekolah ini, sehingga kepala sekolah yang belum pernah berkunjung ke sini bisa melihat langsung kondisi Simpang Jernih.

Menurut Ridwan, “Walaupun kita berada di Aceh Timur, tetapi belum semua kecamatan bisa dikunjungi, apalagi ada kawasan yang berada di pelosok.”

"Dengan hadir langsung ke SMK Negeri 1 Simpang Jernih, saya lebih mengetahui kondisi alamnya dan potensi siswa di sini. Perjalanan ke kawasan ini terasa sangat mengesankan," tambah Ridwan.

Dia berharap, tahun depan kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan di SMA Negeri 2 Pante Bidari, sekolah yang juga jauh di pelosok Aceh Timur, bahkan di sana belum ada sinyal handphone.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved