Jurnalisme Warga
Bagaimana Narkoba Menjerat Anak-Anak Kita?
Ini menunjukkan anak-anak tidak selamanya aman dari incaran narkoba. Oleh karena itu, orang tua perlu mewaspadai buah hatinya agar terhindar dari jera
Untuk itu, perlu dibekali pengetahuan bahaya narkoba agar mereka sadar dampaknya bagi kesehatan dan masa depan. Demikian juga supaya mereka senantiasa mewaspadai segala pengaruh buruk yang akan menjerumuskannya ke dalam jeratan barang haram tersebut.
Buku Seri Bahaya Narkoba (2017) memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan anak terjerumus penyalahgunaan narkoba. Pertama, faktor internal, yaitu kondisi dari dalam diri pemakai.
Sebagian remaja memakai narkoba didorong oleh naluri anak muda seperti rasa ingin tahu, ingin dianggap keren dalam lingkungan pertemanan, atau punya rasa setia kawan terhadap teman senasib lalu ikut memakai. Selain itu, kondisi psikologis yang masih labil membuat remaja menganggap narkoba merupakan tempat nyaman untuk lari dari masalah, pelampiasan rasa kecewa, frustrasi atau kegagalan.
Kedua, faktor keluarga. Keluarga sering kali menjadi pemicu anak terjerat narkotika. Hubungan orang tua yang tidak harmonis, penuh konflik, perceraian atau perselingkuhan, membuat anak tidak nyaman di rumah. Akibatnya, dia mencari kenyamanan di tempat lain, bisa jadi dengan mengonsumsi narkoba.
Pada situasi lain, komunikasi yang buruk, merasa tidak dihargai, pengasuhan otoriter, atau orang tua sebagai pemakai menjadi sebab anak terjerumus dalam lembah hitam narkotika.
Faktor ketiga, pergaulan. Anak yang menginjak remaja membutuhkan lingkungan pergaulan untuk menunjukkan eksistensi yang dikenal dengan pertemanan sebaya. Sayangnya, anak terkadang tidak selektif memilih pergaulan yang menambah nilai positif bagi dirinya. Salah memilih kawan berisiko menjerumuskannya pada hal buruk seperti penyalahgunaan narkoba.
Untuk itu, orang tua penting mengingatkan agar menghindari teman yang membawa pengaruh tidak baik bagi diri dan masa depan anak.
Yang meresahkan justru tidak selamanya pecandu narkoba berasal dari pribadi bermasalah. Banyak juga pemakai adalah anak yang berperilaku baik, punya orang tua harmonis, atau dari keluarga berada. Hanya saja mereka adalah korban ketidakmampuan menolak bujuk rayu, tipu daya, atau paksaan orang terdekat. Kita sering mendengar anak terjebak karena rayuan teman dekat, mengonsumsi vitamin atau suplemen, padahal itu tipuan. Demikian juga banyak pelajar memakai narkoba karena diancam.
Deteksi dini
Sulit sekali menemukan bukti awal anak memakai narkoba. Ia pintar merahasiakan dari orang terdekatnya. Kebanyakan orang tua baru menyadari anak menjadi korban setelah sampai pada level kecanduan karena sudah berani mencuri barang di rumah untuk dijual atau ditukar dengan obat (drug). Jika sudah demikian tindakan penyembuhan yang dijalani pun akan lebih rumit.
Meski deteksi dini penyalahgunaan narkoba bukan hal mudah, tapi penting dilakukan untuk mencegah masalah terus berlanjut. Salah satu indikasinya yaitu dengan mencermati prestasi akademik di sekolah. Menurut survei, anak putus sekolah termasuk kelompok berisiko tinggi (high risk group) terpapar bahaya narkoba.
Guru yang peka pada keadaan muridnya dapat dengan mudah menangkap perubahan kecil akibat pemakaian obat tertentu. Anak yang sebelumnya ceria, rajin, dan berprestasi tiba-tiba menjadi pemalas, sering bolos, tidak bersemangat, emosional, dan menarik diri dari pergaulan. Sejalan dengan itu di rumah pun ia memperlihatkan perubahan perilaku, tidak jujur, hilang nafsu makan, suka mencuri, cepat marah, serta senang menyendiri di tempat tidak biasa. Sayangnya, hanya orang tua yang punya hubungan erat saja yang dapat merasakan gejala tersebut.
Meskipun tidak ada jaminan anak-anak kita terbebas dari incaran narkoba, tetapi tidak ada kata terlambat menyelamatkan mereka. Keluarga menjadi kuncinya, karena kelekatan batin dan emosional yang kuat anak dengan orang tua adalah senjata untuk berani mengatakan tidak pada narkoba.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.