Jurnalisme Warga
Jejak Leluhur Dalam DNA: Sebait Puisi Genetik dari Masa Silam
Di balik sampel setetes liur yang saya kirimkan ke laboratorium di luar negeri, terdapat kisah yang lebih panjang daripada umur manusia
Prof. Dr. JASMAN J. MA’RUF, M.B.A, Profesor Manajamen Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK), melaporkan dari Banda Aceh
Di balik sampel setetes liur yang saya kirimkan ke laboratorium di luar negeri, terdapat kisah yang lebih panjang daripada umur manusia: kisah yang ditulis bukan dengan pena, melainkan dengan nukleotida. Bukan di atas kertas, melainkan dalam tubuh saya sendiri, dalam untaian asam deoksiribonukleat (DNA) yang mengalir sejak zaman es, menyeberangi gurun dan samudra, lalu bersarang diam-diam di dalam sel.
Nama saya Jasman. Saya adalah anak dari Jakfar, cucu dari Ma’ruf, buyut dari Ibrahim, cicit dari Syamsuddin, keturunan dari Datuk Makkah, seorang tokoh yang diyakini sebagai penyambung darah dari seorang Nahkoda Kapal Arab yang sudah hadir di tanah Nusantara berabad-abad silam. Silsilah (susur galur) ini selama ini dituturkan dalam bentuk cerita, disampaikan dari lisan ke lisan, dari mimpi ke mimbar keluarga.
Namun, kali ini saya ingin menelusurinya lewat sains. Lewat galur genetika. Lewat bukti biologis yang lebih sunyi, tapi tak kalah dalam makna.
Aliran sungai genetik
Ilmu genetika modern menyebutnya sebagai komposisi leluhur: proporsi dari berbagai populasi dunia yang tertanam dalam DNA seseorang. Dengan menganalisis lebih dari 600.000 titik ‘single nucleotide polymorphism’ (SNP), laboratorium genetika seperti 23andMe membandingkan struktur DNA kita dengan populasi dari seluruh dunia, modern maupun historis. Maka, muncullah peta diri yang tidak mungkin kita tulis sendiri.
Saya, ternyata, adalah 83,9 persen Asia Timur dan Tenggara. Genetik ini selaras dengan populasi di Indonesia, Filipina, hingga Taiwan. Barangkali, di sana ada jejak para pelaut Austronesia yang membawa bahasa dan budaya melintasi Samudra Pasifik, ribuan tahun lalu. Dari bahasa ke perahu, dari garam laut ke pohon kelapa, semuanya tertulis juga di dalam kromosom.
Ada pula 15,2 persen DNA saya berasal dari Asia Selatan dan Tengah, dari India Timur Laut dan wilayah pegunungan yang menyambung ke Himalaya. Wilayah ini bukan sekadar geografis, ia adalah simpul peradaban: tempat percampuran ras dan perdagangan, dari jalur sutra hingga kapal kolonial. Genetika tidak pernah bohong. Ia mencatat jejak kecil yang tak disimpan dalam buku sejarah.
Namun, yang paling menyentuh bukanlah persentase yang besar tadi, melainkan yang tersisa: sekitar 0,5 persen jejak Ethiopia dan 0,3 persen dari Mesopotamia (Iranian dan Caucasian) ada dalam DNA saya. Para ahli menyebut ini ‘trace ancestry’—varian genetik minor yang muncul dari nenek moyang jauh—yang bisa saja berasal dari 15 hingga 20 generasi lalu. Di situlah tempat para pendeta Babel dan petani gurun Eritrea menyisipkan serpihan diri mereka ke masa depan dan salah satu serpihan itu kini hidup di tubuh saya.
Dalam ilmu genetika, ini disebut sebagai ‘identical-by-descent’. Potongan DNA diwariskan tak terputus, walau tipis, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia bisa melompati garis waktu, berpindah benua, dan bersembunyi di antara heliks.
Leluhur dalam angka
Tak berhenti pada saya sendiri, saya menguji juga DNA anak saya. Hasilnya lebih dari sekadar konfirmasi. Ia adalah cermin percampuran dari darah saya dan istri saya. Dari saya, anak kami mewarisi jejak Sumatra dan India Timur Laut. Akan tetapi, dari ibunya, muncul pula warisan Timur Tengah: dari Mesopotamia, Iran, dan Levant.
Dan justru, jejak Ethiopia yang saya miliki tak diwariskan padanya. Sains menyebutnya sebagai proses pewarisan acak: tak semua bagian genetik kita diteruskan ke generasi berikutnya. Anak kita bukan salinan, melainkan komposisi baru, musik baru yang ditulis dari tangga nada lama.
Melihat hasil itu, saya sadar: anak saya adalah peta yang lebih luas daripada saya. Ia membawa benih masa depan, tapi juga serpih masa lalu yang dipilih acak oleh alam, tanpa rencana, tapi penuh makna.
Tubuh, manuskrip diam
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.