Breaking News

Kesehatan

1 dari 3 Orang Indonesia Idap Hipertensi, Ini Tips Pengobatan dari Dokter Spesialis Saraf

Karena itu, dia meminta kepada pasien untuk jangan pernah sesekali menghentikan obat secara mandiri, yang pada akhirnya bisa berakibat fatal padanya.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat penurunan prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia pada 2023. Capaian ini merupakan hasil dari beragam upaya pemerintah, salah satunya mengedukasi masyarakat agar menjaga pola hidup sehat. 

Salah satu pengobatan hipertensi ini adalah dengan mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter.

Adapun lama konsumsi obat hipertensi ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup.

Lantas, haruskah pengidap hipertensi meminum obat seumur hidup?

Baca juga: Ternyata, Daging Berisiko Sebabkan Hipertensi, Waspada Jika Komplikasi ke Jantung

Dokter Spesialis Saraf, dr Zicky Yombana SpS menjelaskan bahwa banyak yang beranggapan kalau orang sudah mengidap hipertensi maka dia harus minum obat seumur hidup.

“Tidak bisa disalahkan tapi mungkin ada pandangan lainnya. Kalau kita bicara hipertensi kita tidak hanya menggunakan obat-obatan saja tapi harus tentang juga gaya hidup,” ujar dr Zicky, dikutip dari kanal YouTube-nya.

Dia melanjutkan, obat-obatan hipertensi harus diminum oleh pasien sampai tensinya terkontrol.

“Apakah harus minum seumur hidup? saya enggak bilang seumur hidup, tapi minum dulu sampai terkontrol.”

“Nanti setelah terkontrol, hanya dokter yang memberikan obat tersebut yang punya wewenang untuk menurunkan dosis atau bahkan menghentikan obat tersebut,” jelas dr Zicky.

Karena itu, dia meminta kepada pasien untuk jangan pernah sesekali menghentikan obat secara mandiri, yang pada akhirnya bisa berakibat fatal pada dirinya sendiri.

Baca juga: Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Air Rebusan Daun Mangga untuk Hipertensi dan Diabetes

Lalu, banyak berangapan di masyarakat bahwa konsumsi obat secara terus menerus dapat mengakibatkan pada gangguan ginjal, yang berujung pada kerusakan fungsi ginjal.

dr Zicky menjelaskan bahwa tidak ada hubungan sama sekali mengkonsumsi obat hipertensi dengan kerusakan ginjal.

“Obat itu banyak yang di buang di liver dan bukan di ginjal. Terkait obat hipertensi bukan gara-gara obat hipertensi ginjalnya bermasalah tapi hipertensinya tidak ditangani dengan benar. Sehingga memberikan komplikasi,” terangnya.

Dikatakannya, jika hipertensi dibiarkan akan berakibat pada kerusakan organ seperti mengakibatkan serangan jantung, stroke, kebutaan, gangguan pembulu darah tepi, hingga pada gangguan ginjal.

“Makanya kalau ada sering sakit kepala dan tidak enak pada tubuh, kalau ditensi pasti tekanan darahnya naik. Bukan tekanan darah naik yang menyebabkan sakit kepala. Jadi jangan beranggapan seperti itu,” papar dr Zicky.

Karena itu, dia meminta kepada pasien untuk sering kontrol dan mendengarkan setiap anjuran dokter, dan juga jangan menghentikan obat secara mandiri.

“Hipertensi bisa aman (terkontrol). Tapi kalau hipertensi tidak diamankan maka dia akan memberikan komplikasi dan bisa memberikan kerusakan organ bahkan kematian di kemudian hari,” pungkasnya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved