Opini
Manifestasi Sifat Amanah pada Nabi Muhammad
Melalui momen peringatan maulid Nabi pada 12 Rabi’ul Awal 1446 H tahun ini umat Islam diharapkan menjadi umat yang amanah dalam menjalankan kepemimpin
Dr Muhibuddin Hanafiah MAg, Akademisi Darussalam, Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh
MEMASUKI bulan Rabi’ul Awal pertanda telah memasuki bulan peringatan maulid Nabi. Rabi’il Awal dan tiga bulan berikutnya merupakan empat bulan penuh umat Islam memperingati kembali kelahiran Rasulullah, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (saw). Sebagaimana lazimnya saat memasuki bulan Rabi’ul Awal masyarakat Aceh sudah bersiap diri untuk memperingati momen kelahiran, atau lebih dikenal dengan sebutan maulid Nabi Muhammad saw.
Kaum Muslimin meyakini Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah pada 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah atau bertepatan pada 20 April 571 M. Maulid Nabi untuk tahun ini (12 Rabi’ul Awwal 1446 H) jatuh pada Senin, 16 September 2025.Momentum peringatan maulid Nabi tahun ini bertepatan dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di seluruh Indonesia untuk memilih calon pimpinan legislatif di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pilkada di Aceh khususnya, terutama terkait dengan calon kepala daerah seperti gubernur dan wakil gubernur telah memasuki tahap pencalonan dan KIP Aceh telah menetapkan dua calon gubernur dan calon wakil gubernur untuk memimpin Aceh periode 2024-2029 mendatang.
Masyarakat Aceh berharap agar Aceh terpilih pemimpin yang amanah, sebagaimana sifat dan kepribadian Rasulullah Muhammad saw. Memilih pemimpin yang amanah merupakan salah satu substansi dari memperingati maulid Nabi, yaitu menjadikan kepribadian Nabi sebagai suri teladan, model dan figur dalam kepemimpinan umat Islam.
Figur seorang nabi
Tentang sosok Nabi Muhammad saw, seorang intelektual Muslim berkebangsaan Pakistan, Fazlurrahman, menulis dalam bukunya; “Muhammad bin Abdullah, dilahirkan dari kalangan keluarga terhormat, keturunan suku Quraisy, di Makkah kira-kira tahun 570 M. Muhammad adalah seorang yang amat jujur dan berakhlak luhur; dan Khadijah, seorang perempuan kaya bekerja sama untuk mengurusi perdagangannya, telah begitu terkesan oleh kejujuran dan perangai Muhammad, sehingga ia meminta pemuda itu untuk menjadi suaminya.
Muhammad yang waktu itu berusia dua puluh lima tahun menerima permintaan itu dan tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal, pada saat Muhammad berusia lima puluh tahun. Kita juga tahu bahwa keluhuran budi Muhammad mendorongnya untuk secara teratur menyepi ke Gua Hira di luar kota Makkah, dimana ia menghabiskan banyak waktu untuk berkontemplasi, dan proses batiniyah pengalaman religi-moral ini mencapai puncaknya dengan turunnya wahyu kepadanya pada saat, seperti biasanya, ia sedang tenggelam dalam relung renungannya yang dalam.”
Karakter dan integritas
Apa yang bisa kita resapi dari ungkapan Fazlurrahman tentang Nabi Muhammad dalam teks buku di atas di antara yang paling berkesan adalah gambaran tentang kepribadian Nabi yang agung. Dimana Nabi dikenal sebagai sosok yang jujur dan berkepribadian mulia sejak beliau masih kecil sehingga diberi gelar oleh kaumnya yang masih jahiliyah itu dengan al-amin (seseorang yang sangat dapat dipercaya terhadap perkataan dan komitmennya).
Bila kita membuka-buka kamus bahasa, kita akan menemukan kata yang sepadan dengan al-amin adalah kata secretary dari kata secret (bahasa Inggris) yang artinya orang yang sangat menjaga rahasia orang lain, atau dalam bahasa Indonesia sering disebut seorang sekretaris. Kata lain yang senada dengan amin atau amanah dalam bahasa Inggris adalah trust atau trustworthy (dapat dipercaya).
Untuk zaman kekinian banyak orang mengatakan bahwa kepercayaan itu merupakan barang langka, sulit dan tidak mudah diperoleh. Sebagian besar orang memiliki kekhawatiran yang tinggi untuk mempercayai seseorang, bahkan sahabat terdekatnya. Rasa kurang percaya terbangun seiring dengan merebaknya ketidakjujuran yang menjadi fenomenal sosio-kultural dewasa ini.
Kondisi umat Islam
Saling percaya sejatinya menjadi budaya yang semestinya ditumbuhkan dan direalisasikan dalam kehidupan kaum muslimin. Namun kenyataan justru terjadi sebaliknya, di saat seorang muslim kurang menaruh rasa percaya kepada sesama muslim dan merasa lebih percaya kepada di luar lingkup saudara seiman dengannya. Padahal jika kembali kepada pesan-pesan al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw sendiri seakan membangun kepercayaan (trust/amanah) bagi seorang Muslim itu wajib hukumnya (mendesak sifatnya).
Sebaliknya Allah dan rasul-Nya sangat mengecam perilaku dusta, khianat dan bakhil terhadap siapapun. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, ”Ada empat hal yang jika keempat-keempatnya ada pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafik sejati dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia memiliki salah satu karakter kemunafikan sampai ia meninggalkannya; (1) jika dipercaya ia berkhianat, (2) jika berbicara ia berdusta, (3) jika berjanji ia memungkiri, dan (4) jika bertengkar ia melewati batas (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
Mencermati pesan Nabi ini menyiratkan kepada kita betapa menjaga amanah atas sebuah kepercayaan yang diberikan itu sangat urgen dilakukan. Karena sifat amanah dan tiga sifat utama lainnya (jujur, menepati janji, dan tidak berlebihan dalam berkonflik) merupakan karakteristik utama seorang Muslim sejati.
Rasulullah Muhammad saw bukan hanya diberikan gelar al-amin oleh kaumnya, melainkan juga suri tauladan yang agung. Allah berfirman; “Sungguh pada (diri) Rasulullah itu benar-benar ada suri tauladan yang baik bagimu... (QS. al-Ahzab:21). Kata uswatun hasanah (panutan, contoh yang baik atau sumber keteladanan bagi umatnya) dalam ayat ini dipahami sebagai role model yang merupakan bentuk kepribadian paripurna (multi aspek) yang tercermin dalam kepribadian Rasulullah saw. Al-Qur’an menginformasikan kepada kita bahwa hanya dua figur rasul Allah yang disebut al-Quran mendapat julukan uswatun hasanah, yaitu Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as.
Hal ini dapat dilihat dalam al-Qur'an surat al-Mumtahanah; 4 dan 6 yang artinya, ”Sungguh benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya”.
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat keteladanan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) dari Allah dan (keselamatan) di hari kemudian, dan barang siapa yang berpaling maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya dan Maha terpuji”.
Keagungan dan teladan
Di mata para orientalis saja, Muhammad adalah seorang pemimpin agama, sosial, politik dan pendiri agama Islam. Muhammad merupakan inspirator umat Islam se-dunia yang menjadikannya sebagai panutan, ikutan dan teladan dalam semua aspek kehidupan. Kepribadiannya yang agung diakui oleh musuhnya sekalipun.
Michael H Hart seorang profesor astronomi fisika dan penulis sejarah sains berkebangsaan Amerika dalam bukunya; 100 Peringkat Orang yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, New York 1978 p.33 mengatakan, “Pilihan saya kepada Muhammad untuk memimpin daftar orang paling berpengaruh di dunia dan satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat sukses baik dalam skop agama maupun politik”.
Sir George Bernard Shaw, novelis, kritikus, eseis, politikus dan orator berkebangsaan Irlandia mengatakan dalam bukunya The Genuine Islam, “Saya menjunjung tinggi agama Muhammad karena vitalitasnya yang luar biasa. Ini adalah satu-satunya agama yang menurut saya memiliki kapasitas asimilasi ke fase perubahan keberadaan yang dapat membuat dirinya menarik untuk setiap zaman.
Nah, bila kaum orientalis saja mengagumi Nabi, maka sejatinya umat Islam harus lebih dari sikap mereka, yaitu beriman dan mengamalkan apa yang telah didakwahkan oleh Nabi. Kekaguman kepada Nabi tidak sebatas mengadakan seremonial kegiatan maulid semata, melainkan mengikuti akhlak mulia beliau dalam keseharian kehidupan kita.
Melalui momen peringatan maulid Nabi pada 12 Rabi’ul Awal 1446 H tahun ini umat Islam diharapkan menjadi umat yang amanah dalam menjalankan kepemimpinan yang kelak dipercayakan oleh masyarakat Aceh. Semoga!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.