Opini

Poros Kemajuan Pesisir Barat, dan Peran Daerah Penyangga

Maka dengan adanya pabrik ini, harga jadi lebih kompetitif dan distribusi lebih efisien," ujar CEO Arsari Group, Hashim S. Djojohadikusumo

Editor: mufti
IST
Mizar Liyanda 

Mizar Liyanda, Petani swadaya

TEPAT pada Selasa, 8 Juli 2025, Kabupaten Aceh Barat mencatatkan sejarah sebagai daerah pertama dan satu-satunya di Aceh yang memiliki Pabrik Karet Remah melalui peresmian PT. Potensi Bumi Sakti (PBS) di Desa Glee Siblah, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat. Pabrik dengan kapasitas produksi 100 ton karet kering per hari ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani karet di Aceh dan membuka lapangan kerja yang luas untuk masyarakat Aceh.“Selama ini petani kita harus menanggung biaya angkut dan fluktuasi atau tidak menentunya harga. Maka dengan adanya pabrik ini, harga jadi lebih kompetitif dan distribusi lebih efisien," ujar CEO Arsari Group, Hashim S. Djojohadikusumo saat peresmian pabrik tersebut (Serambi Indonesia, 9 Juli 2025). Bupati Aceh Barat, Tarmizi, S.P., MM dalam sambutannya menyampaikan bahwa hadirnya pabrik ini merupakan bentuk nyata dari hilirisasi pertanian, sekaligus membuka peluang kerja baru bagi masyarakat. Selain itu, pabrik ini diharapkan menjadi solusi atas anjloknya harga karet petani akibat minimnya akses pasar selama ini.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan sumber utama bahan karet alam di dunia. Tanaman karet jika batangnya dilukai akan menghasilkan getah atau biasa disebut dengan lateks yang merupakan bahan dasar karet. Karet remah (crumb rubber) merupakan karet alam yang diolah secara khusus sehingga mutunya terjamin secara teknis.

Karet remah digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi ban, alat kesehatan, sarung tangan, dan perlengkapan lain berbahan dasar karet. Saat ini permintaan karet dunia meningkat seiring dengan peningkatan industri otomotif. Menurut data BPS tahun 2022, Aceh Barat menempati posisi ketiga daerah yang memiliki luasan kebun karet Tanaman Menghasilkan (TM) (14.741 ha), di bawah Aceh Timur (16.812 ha) dan Aceh Tamiang (12.541 ha). Dengan potensi kebun karet TM di Provinsi Aceh seluas 72.363 ha, prospek pabrik pengolahan karet di Aceh Barat cukup menjanjikan.

Dengan peluang yang ada saat ini, kita berharap Pemerintah Aceh Barat tidak terlena dan dapat juga belajar tentang permasalahan dari daerah lain, khususnya provinsi tetangga yaitu Sumatera Utara. Tercatat sejak tahun 2016 hingga 2023 terdapat 9 pabrik yang tutup, pabrik yang berada di Kabupaten Langkat tutup pada Juni 2016, Simalungun Januari 2019, Batu Bara pada Juni 2019, Deli Serdang September 2019. Kemudian, Asahan pada Februari 2020, Asahan Januari 2021, Simalungun Juli 2021, Serdang Bedagai Januari 2022 dan yang terbaru pabrik yang berada di daerah Tebing Tinggi pada Juli 2023 (Tribun Medan, 15 Juli 2023).

Kondisi tersebut terjadi sebab produktivitas karet alam yang cenderung menurun dan harga karet yang tidak kunjung menunjukkan peningkatan. “Pekerjaan Rumah” besar bagi Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat untuk menjaga produktivitas kebun karet meningkat dan harga jual yang kompetitif.

Peran daerah penyangga

Sebagai daerah penyangga Kabupaten Nagan Raya memiliki peran strategis dalam mendukung operasional Pabrik Karet Remah di Aceh Barat. Dengan luasan areal perkebunan karet rakyat yang tersebar di Kecamatan Beutong (1.359,03 Ha), Seunagan (1.279 Ha), Seunagan Timur (1.759 Ha)  dan Kuala (753 Ha), Nagan Raya menjadi salah satu pemasok utama bahan baku lateks untuk pabrik tersebut.

Selain itu, Nagan Raya juga memiliki infrastruktur strategis berupa Bandar Udara Cut Nyak Dhien, yang dapat dikembangkan sebagai pintu masuk dan keluar logistik serta mobilitas pelaku usaha, investor, dan wisatawan. Peran bandara semakin vital dalam mendukung konektivitas antarwilayah dan membuka akses promosi produk karet ke tingkat nasional. Sinergi antara potensi kebun karet dan infrastruktur udara menjadikan Nagan Raya sebagai mitra utama dalam sistem rantai pasok dan pendukung pertumbuhan industri hilir karet. Nagan Raya dapat memperkuat posisi Aceh Barat sebagai pusat industri karet regional serta mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara berkelanjutan.

Selanjutnya Kabupaten Aceh Jaya, juga memiliki posisi yang cukup strategis di pesisir barat Aceh dan menyimpan potensi besar dalam pengembangan infrastruktur pelabuhan. Salah satu aset utamanya adalah Pelabuhan Calang, yang dapat memiliki akses langsung ke jalur pelayaran internasional di Samudera Hindia. Dengan posisi geografis yang bersebelahan dengan Kabupaten Aceh Barat, Aceh Jaya berpeluang besar menjadi penyangga logistik dan ekspor bagi produk industri, khususnya karet remah yang saat ini mulai diproduksi oleh PT. PBS di Aceh Barat.

Namun, peran strategis Aceh Jaya baru terasa jika dilakukan dengan peningkatan kapasitas dan fasilitas Pelabuhan Calang, seperti pembangunan dermaga modern, gudang penyimpanan, fasilitas pendingin, dan akses jalan penghubung ke daerah hinterland. Pemerintah daerah mendorong kerja sama lintas kabupaten dalam bentuk kawasan ekonomi terpadu yang menghubungkan industri di Aceh Barat dengan sistem ekspor di Aceh Jaya. Untuk itu, Pemerintah Aceh Jaya harus bergerak cepat untuk ambil bagian dalam posisi strategis ini.

Terakhir, Kabupaten Simeulue yang merupakan salah satu daerah kepulauan di Provinsi Aceh memiliki potensi pariwisata kelas dunia, terutama di sektor wisata bahari. Keindahan pantai, ombak kelas internasional untuk surfing, serta kekayaan budaya dan kuliner khas Simeulue menjadikan kabupaten ini sebagai destinasi unggulan yang patut diperhitungkan. Potensi ini membuka peluang besar bagi Simeulue dalam perannya sebagai penyangga ekonomi melalui sektor pariwisata bagi kabupaten “induk” Aceh Barat.

Aceh Barat yang saat ini tumbuh sebagai sentra industri pengolahan karet akan sangat terbantu dengan keberadaan Simeulue sebagai daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara. Peningkatan arus kunjungan wisata ke Simeulue dapat berdampak pada peningkatan konektivitas transportasi laut dan udara di kawasan barat-selatan Aceh. Pemerintah daerah diharapkan mampu mensinergikan rencana pembangunan sektor industri dan pariwisata secara berkelanjutan.

Dengan memperkuat branding Simeulue sebagai destinasi wisata unggulan dan membangun koneksi ekonomi antarwilayah, peran Simeulue semakin penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan serta memperkuat posisi Aceh Barat sebagai pusat hilirisasi komoditas karet di wilayah barat Aceh.

Solusi

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved