Jurnalisme Warga
Ayo Menyaksikan Penyu Langka di Pulau Bangkaru
Para wisatawan menyebutnya sebagai “surga yang tersembunyi” (hidden paradise). Itu karena pulau ini memiliki keindahan dan pesona alam yang masih asri
NENDISYAH PUTRA, Guru SMP Negeri 2 Pulau Banyak, melaporkan dari Pulau Bangkaru, Aceh Singkil
Pulau Bangkaru salah satu tempat yang paling eksotis di antara 68 pulau yang ada di Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Pulau ini terletak di ujung Samudra Hindia, tepatnya di Kecamatan Pulau Banyak Barat. Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh.
Pulau ini memiliki panorama yang cukup menawan serta pesona alam yang masih alami. Mulai dari pantai yang luas, gunung yang rimbun, terumbu karang yang cantik, serta deburan ombak yang menjulang tinggi.
Para wisatawan menyebutnya sebagai “surga yang tersembunyi” (hidden paradise). Itu karena pulau ini memiliki keindahan dan pesona alam yang masih asri serta lokasinya yang jauh dari pusat ibu kota.
Berbagai spot indah dan memukau terdapat di pulau ini. Di antaranya, tempat berswfoto, salah satu ikon yang menarik perhatian pengunjung adalah tumpukan batu di tepi pantai yang tersusun mirip bukit. Namanya “Aman Dangan”. Setiap pengunjung yang datang pasti mendokumentasikan dirinya di tempat itu.
Tidak hanya itu, berbagai hiburan dapat kita nikmati sepanjang hari di pulau ini, mulai dari berenang, menjelajahi hutan (jangle trekking) hingga bermain selancar (surfing) di atas pecahan ombak yang besar.
Pulau ini memiliki lokasi selancar yang sangat diincar oleh pengunjung bila musim ombak tiba. Banyak di antara wisatawan berdatangan untuk menikmati permainan ini. Beberapa kapal pesiar berlabuh menyediakan penginapan bagi wisatawan yang hendak bermalam.
Olahraga ini umumnya dilakoni oleh wisatawan mancanegara. Mereka sangat menantikan bila musim ombak tiba pada akhir tahun, sebab lokasi untuk surfing sangat luas serta memilki ketinggian ombak yang mencapai 10-15 meter. Bagi mereka, ombak seperti ini jarang ditemukan di negaranya.
Selain laut dan pantai yang luas, pulau ini mempunyai gunung yang menjulang tinggi. Gunung Tiusa, namanya. Dari atasnya kita bisa menikmati pemandangan sepanjang mata memandang: laut indah yang mewarnai bibir pantai serta pulau-pulau kecil mirip semut yang berbaris.
Untuk bisa sampai ke puncak gunung, dibutuhkan tenaga prima dan harus ekstrahati-hati, mengingat jalannya terjal dan mendaki. Biasanya aksi ‘jungle trekking’ ini banyak dilakoni oleh wisatawan lokal.
Mereka adalah kawula muda, baik dari kalangan mahasiswa maupun komunitas pencinta alam. Hampir saban tahun gunung di pulau ini menjadi target pendakian hingga ke puncaknya.
Begitu juga bagi wisatawan yang hobi berenang, ingin melihat aneka jenis biota laut dan ikan-ikan hias yang merayap di terumbu karang, Pulau Bangkarulah lokasinya.
Wisatawan sangat bebas untuk berenang di sini sepanjang hari, melihat berbagai keunikan dan keindahan bawah laut pulau ini.
Keunikan lainnya yang dapat kita temukan di pulau ini adalah ada hewan langka yang hidup tersembunyi dan berkembang biak, seperti penyu belimbing, penyu sisik, dan penyu hijau. Penyu yang ukurannya paling besar adalah penyu hijau. Hewan ini bisa mencapai sepanjang orang dewasa.
Hewan langka ini biasanya naik ke tepi pantai untuk bertelur antara bulan Juni dan Juli. Sedangakan penyu sisik dan penyu belimbing berukuran sedang kerap naik ke pantai setiap malam.
Berdasarkan keterangan Ranger Yayasan HAKA, jumlah penyu yang naik ke pantai per malamnya mencapai 15-30 ekor. Sedangkan total populasi penyu di pulau ini belum diketahui.
Sudah hampir puluhan tahun, Pulau Bangkaru menjadi target para penyu langka untuk selalu singgah dan bertelur. Di pulau itu pula mereka beranak pinak. Oleh karena itu, pulau ini disebut juga sebagai “Pulau Penyu” oleh pengunjung yang sering datang.
Pulau yang masuk kawasan konservasi ini memiliki luas 15 hektare, dilengkapi gunung dan pantai yang luas. Pemerintah menjadikan pulau ini sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWA/L), di bawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), untuk dijaga dan dilindungi dari berbagai bahaya serangan yang mencederai pulau ini, baik penebangan pohon secara liar, pengerukan pantai, pengambilan telur penyu, maupun merusak terumbu karang.
Selain BKSDA, pulau ini dijaga dan dihuni oleh perwakilan Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAKA). Tujuan yayasan ini adalah untuk melindungi hewan langka yang hidup di pulau ini, yaitu penyu.
Yayasan HAKA berperan mengawasi penyu dan mengembangbiakkan populasi penyu. Mereka mencatat dan menghitung jumlah penyu yang naik ke tepi pantai setiap malam, kemudian tumpukan telur penyu ditandai dengan rekaman agar tidak terinjak oleh wisatawan yang datang ke pulau ini.
Selain itu, mereka juga mengevakuasi setiap tukik yang baru menetas dari telurnya agar tidak dimakan oleh ganasnya peradator laut dan udara.
Pihak HAKA juga mendata bahwa dalam satu malam penyu naik ke pantai untuk bertelur sekitar 15-30 ekor. Seekor penyu bisa menghasilkan ratusan biji telur per malamnya, tergantung ukuran penyunya, bisa mencapai 300-500 butir. Jadi, jika rata-rata 15 ekor saja penyu bertelur, berarti bisa menghasilkan 15 x 300, yakni 4.500 butir dalam satu malam.
Nah, apakah kita tidak bangga menjadi orang Aceh karena di pulau ini bisa hidup dan terjaga hewan langka seperti halnya penyu hijau? Ini menjadi tugas kita bersama agar hewan langka ini tetap terjaga dan lestari.
Penyu salah satu hewan laut yang mudah punah. Beragam ancaman yang mengintai mereka, mulai dari telur hingga menjadi anak kerap kali menjadi incaran makan siang peredator.
Nah, bagi Anda yang jauh di daratan sana ingin berkunjung untuk berwisata ke Pulau Bangkaru silahkan datang untuk melihat dan menyaksikan berbagai suasana keindahan dan panorama yang mengasyikkan. Juga bisa melihat penyu langka yang lagi menunggu kehadiran Anda.
Sebelum menuju ke pulau ini terlebih dahulu pengunjung singgah di ibu kota kecamatan, yaitu Desa Haloban untuk menginap, karena Pulau Bangkaru belum tersedia penginapan. Untuk turis mancanegara biasanya mereka berangkat menggunakan kapal pesiar agar bisa bermalam di pulau tersebut.
Jarak Desa Haloban ke Pulau Bangkaru sekitar dua jam perjalanan menggunakan speedboat. Untuk wisatawan yang hendak mencoba sudah tersedia transportasinya di Haloban. Jadi, pengunjung tinggal menentukan hari keberangkatannya saja.
Wisatawan bisa menikmati perjalanan menuju Pulau Bangkaru, sekali berjalan banyak pulau yang dilalui. Sedangkan untuk makan dan minum pengunjung bisa memesan di warung makan kuliner khas Desa Haloban yang sudah tersedia setiap harinya. Mulai dari gulai lobster, gurita, hingga ikan bakar. Sedangkan minumannya air kelapa muda dan aneka jus. Jangan lupa berkunjung ya. Kami tunggu kedatangannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.