Jurnalisme Warga

HUT Ke-25 Bireuen, Merajut Asa dan Merindukan Kehadirannya

Bireuen juga dikenal sebagai Kota Santri karena kabupaten ini memiliki pesantren terbanyak di Aceh dengan jumlah santrinya mencapai 51.000 orang.

Editor: mufti
IST
Feri Irawan SSi MPd, Kepala SMKN 1 Jeunieb dan Ketua IGI Daerah Bireuen 

FERI IRAWAN, S.Si., M.Pd., Kepala SMK Negeri 1 Jeunieb, melaporkan dari Kota Juang, Bireuen

Bireuen identik dengan klub sepak bolanya, Persatuan Sepak Bola Seluruh Bireuen (PSSB) yang pernah bertakhta di kasta elite sepak bola Indonesia, yakni Divisi Utama tahun 2006. 

Bireuen juga dikenal sebagai Kota Santri karena kabupaten ini memiliki pesantren terbanyak di Aceh dengan jumlah santrinya mencapai 51.000 orang.

Kini, kabupaten yang dilahirkan pada 12 Oktober 1999 melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen di Provinsi Aceh ini telah berusia 25 tahun.

Perjalanan panjang selama 25 tahun tentunya telah menorehkan cerita dan sejarah panjang kabupaten ini.

Berbagai kisah dan dinamika kehidupan masyarakat dan pemimpinnya jadi bagian dari sejarah yang akan dikenang oleh generasi Kabupaten Bireuen yang akan datang.

Sepanjang 25 tahun itu pula, Bireuen sudah tujuh kali berganti pemimpin. Dimulai dari Bupati Hamdani Raden, Mustafa A. Geulanggang, Nurdin Abdurahman, Ruslan Daud, Saifannur, Muzakkar A. Gani, hingga sekarang dijabat Pj. Jalaluddin.

Tanpa menegasikan beberapa pencapaian selama kepemimpinan mereka, tetapi harus diakui bahwa pencapaian tersebut belum mampu memberikan ukiran sejarah yang monumental bagi Bireuen, meskipun sudah banyak perubahan dan kemajuan yang dicapai di berbagai sektor pembangunan.

Perkembangan dan perubahan itu diperlihatkan (minimal) dengan adanya interaksi manusia di wilayah seluas 179.533 hektare ini yang terbagi dalam 17 kecamatan.

Menurut hemat saya, akan sangat baik jika berkenaan dengan momentum ulang tahun ini “para tokoh Bireuen” setidaknya duduk kembali membincangkan berbagai hal tentang kabupaten ini guna mengingat, mengoreksi, dan melihat kembali sejauh mana semangat dan cita-cita awal yang hendak diperjuangkan itu apakah sudah berjalan atau belum. Sehingga, ulang tahun itu sendiri benar-benar terasa geliatnya, dirindukan kehadirannya, dan memiliki ruh kegiatannya, dan tidak sekadar jalan santai atau  pemasangan spanduk dan baliho ucapan selamat ulang tahun.

Apalagi sejauh ini, Bireuen belum memiliki ‘calender event’ tahunan seperti Kabupaten Gayo Lues dengan pacuan kudanya atau Kota Sabang dengan Sabang Fair-nya yang selalu dirindukan masyarakatnya setiap tahun.

Bireuen hari ini

Sejumlah persoalan masih menggelayuti Bireuen sampai dengan hari ini. Mulai persoalan sosial, ekonomi, fasilitas umum, perikanan, UMKM hingga pariwisata. Ditambah lagi belum responsifnya pemerintah kabupaten pada potensi dan sumber daya alam yang tidak terkelola dengan baik.

Sebagai contoh, pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan untuk penambahan pendapatan asli daerah (PAD) Bireuen. Ssyangnya, sektor ini belum tergarap dengan baik. Seharusnya, pemerintah bergerak cepat mengelola potensi destinasi wisata di Bireuen seperti objek wisata di Paya Santewan Desa Geulanggang Gampong, Makam Habib Bugak di Jangka, dan beberapa objek wisata lainnya. Sehingga, masyarakat menilai selama ini pemerintah belum peka terhadap pengembangan wisata di Bireuen.

Kemudian, tindak lanjut terhadap sarang burung walet, rumah makan, restoran, perhotelan, dan retribusi parkir menambah daftar panjang PAD Bireuen yang belum berjalan maksimal.

Hal ini diperparah dengan kurangnya kesadaran wajib pajak dan retribusi. Belum lagi banyaknya tanah wakaf yang sangat potensial dalam wilayah kemasjidan Kabupaten Bireuen juga belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal. potensi ini bisa menjadi sumber pemasukan masjid sehingga mandiri sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan pengembangan ekonomi umat.

Berikutnya, minimnya anggaran dari pusat yang dibawa pulang untuk Bireuen. Efeknya prioritas pembangunan seperti pembangunan jalan dan perawatan jalan tidak berjalan maksimal.

Dilema anggaran selama ini terjadi jika anggaran yang ada diprioritaskan khusus kepada infrastruktur, gaji tenaga sukarelawan, dan lain-lain. Akhirnya, SKPK revelan yang menangani masalah infrastruktur tidak akan berani berbicara banyak mengenai penguatan dan perbaikan infrastruktur di daerah-daerah zona merah untuk dianggarkan, mengingat postur anggaran secara keseluruhan terbilang minim.

Namun, yang membanggakan, di sektor olahraga, kontingen Bireuen mampu bertengger di peringkat 6 klasemen akhir Pekan Olah Raga Aceh (PORA) XIV Pidie pada tahun 2023. Tentu ini prestasi yang sangat luar biasa dalam bidang olahraga yang patut dipertahankan untuk event-event selanjutnya.

Ditambah perkembangan saat ini, tumbuh dan berkembangnya usaha kuliner di setiap sudut kota. Bireuen sangat berpeluang menjadi kota kuliner.

Bireuen juga memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan menjadi kota perdagangan, kota jasa, kota pendidikan, kota teknologi, ataupun kota wisata.

Terdapatnya pusat-pusat perbelanjaan seperti mal dan toko grosiran, memungkinkan Bireuen dikembangkan menjadi kota belanja. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dalam menapaki usia yang ke-25.

Harapan ke depan

Pada Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Bireuen yang ke-25, banyak harapan yang digantungkan rakyat kepada pemerintah daerah. Tidak hanya sebatas maju dalam tataran fisik, tetapi lebih dari itu menyiapkan sumber daya manusia Bireuen yang unggul, berkualitas, berwibawa, berpikir moderat, serta religius secara perilaku dan tindakan.

Manajemen birokrasi yang partisipatif sangat diharapkan oleh masyarakat di era milenial ‘zaman now’. Pemimpin yang ‘low profile’ dan bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat, menyerap aspirasi ‘wong cilik’ tanpa ada sekat dan jarak, merupakan idaman publik terhadap sosok pemimpin masa kini.

Saatnya kini fokus pada perbaikan dan penataan berbagai sektor pemerintahan untuk mengoptimalisasikan kembali peran dan fungsi pemerintah sebagai pelayan masyarakat.

Di samping itu, terus pula berupaya melakukan terobosan dan inovasi dalam meningkatkan PAD serta memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensi-potensi alam yang ada demi meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Hal ini harus diawali oleh ‘good goverment and clean governance’.  Sebagai warga masyarakat tentu tidak berlebihan jika menitipkan harapan agar ke depan Bireuen lebih baik dan tidak menjadi penonton di rumahnya sendiri menyambut beroperasinya blok migas baru.

Pemimpin paling dibutuhkan

Setelah kita menyelami beberapa masalah utama di daerah ini, terlihat sangat jelas bahwa sumber utama problem pembangunan kita saat ini adalah tentang kondisi anggaran yang terbilang minim sehingga membuat prioritas lainnya terabaikan, pada akhirnya pembangunan itu bersiat parsial.

Meskipun faktor anggaran bukan satu-satunya yang menjadi determinan masalah yang ada di Bireuen, tetapi faktor anggaran adalah basis dari segala faktor lainnya. Maka dari pemetaan masalah ini, kita bisa menentukan siapa sosok yang paling dibutuhkan oleh Bireuen ke depannya.

Pada posisi ini, siapa pun pemimpinnya jika Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) kita terbilang minim, maka sedikit kemungkinan bisa berbuat banyak untuk daerah ini. Akibatnya, terjadi disparitas pembangunan. Maka, pemimpin yang paling dibutuhkan Bireuen ke depan adalah pemimpin yang mampu menambah jumlah APBK secara signifikan. Inilah dasar dan sumber dari pembangunan itu sendiri.

Kita bisa membayangkan bahwa jika terjadi penguatan APBK yang kemudian dikelola oleh orang kreatif, maka dipastikan Bireuen akan jauh lebih terdongkrak dari pola lama yang biasa-biasa saja selama ini.

Mendapatkan sosok seperti itu memang sangat sulit, tapi setidaknya wacana seperti ini sejatinya mulai disuarakan di musim pilkada ini agar perdebatan publik lebih berisi. Bisa jadi dengan esensi perdebatan tersebut menjadi sugesti publik untuk mendapatkan pemimpin seperti itu, sehingga terjadi paksaan terhadap siapa pun yang ingin berkontestasi ke depan bahwa inilah yang paling dibutuhkan oleh masyarakat Bireuen saat ini.

Sebagai contoh sederhana adalah terkait dengan eksistensi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang merupakan salah satu sumber PAD.  Seandainya pemimpin itu kreatif, maka seharusnya PDAM itu bisa dikembangkan untuk membuat produk kemasan air mineral sebagai bagian dari elaborasi PDAM, di mana kebijakan nantinya bahwa seluruh instansi pemerintah diwajibkan menggunakan kemasan air minum tersebut dalam setiap kegiatan pemerintahan.

Kebijakan ini akan menambah nilai PAD meskipun sifatnya sederhana. Contoh ini menjadi salah satu analogi sederhana mengapa pemimpin kreatif itu sangat penting dalam membangun Bireuen ke depan.

Oleh karena itu, agar Bireuen benar-benar mampu mengubah wajah menjadi wajah yang lebih bersinar, maka pada posisi ini kita tidak lagi berbicara siapa yang paling populer atau tidak, siapa yang gambarnya paling sering muncul di media atau tidak, melainkan siapa yang mampu menyelesaikan berbagai masalah Bireuen saat ini.

Siapa pun dia, apakah dia seorang politisi, birokrat, tokoh masyarakat, pemuda, perempuan, pengusaha, akademisi, dan bahkan mantan preman sekalipun, jika dia mampu meningkatkan APBK secara signifikan, maka itulah calon pemimpin yang paling dibutuhkan oleh Bireuen ke depannya.

Jika kita mau naik kelas, maka tinggalkanlah pola konservatif dan mulailah mengedepankan pikiran progresif. Selamat milad ke-25 Kabupaten Bireuen.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved