Cahaya Aceh
Melihat Indahnya Masjid Gudang Buloh Nagan Raya, Objek Wisata Religi yang Dibangun Pada Masa Belanda
Setiap hari masjid yang sangat indah dan berlantai dua itu ramai dikunjungi warga sebagai wisata religi, apalagi hari besar Islam seperti Lebaran Idul
Penulis: Rizwan | Editor: Yeni Hardika
Ia mengakui, masjid gudang memiliki sejarah yang panjang dan selain sebagai tempat ibadah juga banyak warga datang melepas nazar.
Dibangun masa penjajahan Belanda
Sementara itu, dalam catatan sebuah buku yang berada di masjid gudang buloh ini menjelaskan bahwa masjid telah beberapa kali direhab hingga saat ini kontruksinya sudah sangat megah.
Dalam buku itu dijelaskan, keberadaan masjid gudang buloh berawal pembangunan jalan Kuala Tuha - Jeuram atau sekarang disebut jalan nasional Simpang Peut-Beutong.
Baca juga: Masjid HM Hanafiah, Destinasi Wisata Religi Baru Aceh Utara, Ramah Lansia dan Disabilitas
Saat itu, seorang ulama S Abdurani S alias Tgk Putik sekitar tahun 1888 dipercayakan Belanda membangunan jalan tersebut.
Semua peralatan kerja pembangunan jalan tersebut diletakan di gudang terbuat dari buloh (dalam bahasa Indonesia bambu).
Gudang pembangunan jalan itu tepatnya berada di masjid Syaikhuna saat ini.
Lalu saat itu ditancapkan sebuah tiang di lokasi tersebut.
Setelah jalan selesai tahun 1892 lalu gudang yang sebelumnya tempat peralatan kerja dijadikan masjid oleh pihak desa setempat.
Secara bertahap masjid tersebut terus dibangun dari semula dinding buloh sehingga semakin indah sebagai tempat ibadah.
Masjid tersebut berlantai II dengan halaman yang luas dan memiliki lima kubah dengan rincian empat kubah kecil dan satu kubah besar serta sebuah menara yang tinggi.
Sebuah prasasti peresmian turut berada dan ditanda tangani tahun 2007 oleh Bupati Nagan Raya, HT Zulkarnain.
Sejak abad 18, masjid tersebut baru diberi nama yaitu Masjid Jamik Syaikhuna Gudang Buloh Ujong Pasi pada tahun 1978 oleh Tgk Abdul Wahab Waly.
Pertama pada Habib Muda Seunagan sekitar tahun 1940, kemudian kedua tahun 1958 oleh Keuchik Lhot, ketiga dilakukan waktu itu imam masjid Tgk Abdurrahman Abas.
Lalu keempat pada tahun 1978 dipimpin Abdul Wahab Wali, dan kelima berlanjut pada tahun 1998.
Namun tahun 2004 silam, gempa dan tsunami melanda Aceh menyebabkan kubah dari semen runtuh dan kembali dibangun di masjid tersebut.
Pembangunan masjid gudang terus berkembang sehingga tahun 2015 dibangun sebuah menara besar setinggi 54,60 meter yang peletakan batu pertama dihadiri keluarga besar Habib Muda Seunagan yaitu Abu Kudrat.
Baca juga: Desa Wisata Iboih, Surganya Lumba-Lumba di Sabang yang Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.