Jurnalisme Warga
Pembangunan Berkelanjutan dan Inklusif di Gampong Nusa
Upaya pembangunan berkelanjutan di Nusa dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan cara bijak dan tidak merusak lingkungan.
Dr. RITA MEUTIA, S.E., M.Si., Ak, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK) dan Koordinator MBKM USK Unggul Prodi Akuntansi, melaporkan dari Desa Nusa, Lhoknga, Aceh Besar
Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep pembangunan yang berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sementara itu, pembangunan inklusif menekankan pada pentingnya partisipasi semua kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, termasuk mereka yang rentan dan termarginalkan.
Nusa, sebuah desa di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, telah melaksankan konsep pembangunan berkelanjutan dan inklusif serta mengintegrasikan kedua konsep tersebut ke dalam praktik lokal, terutama dalam aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Upaya pembangunan berkelanjutan di Nusa dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan cara bijak dan tidak merusak lingkungan.
Potensi wisatanya yang berbasis lingkungan di gampong yang memiliki 104 kepala keluarga (KK) dengan 400 jiwa lebih penduduk tersebut, memiliki “homestay” yang dapat disewa wisatawan yang ingin menikmati wisata alam, kegiatan pertanian, budaya lokal, dan kuliner tradisional.
Wisata ekologi atau ekowisata menjadi program unggulan yang mendukung pembangunan berkelanjutan di desa yang diapit pegunungan dan pantai yang indah ini.
Dengan mempertahankan keindahan alam dan budaya lokal, wisatawan diajak untuk menikmati keindahan alam tanpa merusaknya. Program mulia tersebut juga melibatkan masyarakat dalam menjaga lingkungan sehingga muncul kesadaran kolektif untuk melestarikan keanekaragaman hayati di sekitar Nusa.
Inisiatif penting yang dilakukan warga desa ini, antara lain, pengelolaan sampah dan limbah secara mandiri. Melalui program daur ulang dan pengurangan limbah plastik, desa ini berhasil mengurangi pencemaran lingkungan.
Masyarakat diajak untuk memilah sampah dan mendaur ulangnya serta memanfaatkan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan. Hal ini memberikan dampak positif terhadap kebersihan lingkungan dan mengurangi jejak karbon di desa tersebut.
Pembangunan inklusif dilakukan dari berbagai lapisan masyarakat, yaitu dengan mengikutsertakan mereka dalam berbagai proses pembangunan.
Desa tersebut tidak hanya berfokus pada pembangunan ekonomi, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan sosial dan pemberdayaan kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Salah satu program unggulan yang menjadi perhatian adalah pelatihan keterampilan bagi perempuan di desa. Dalam program pemberdayaan perempuan tersebut, mereka diajari berbagai keterampilan, mulai dari kerajinan tangan hingga pengelolaan usaha kecil. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan perempuan, tetapi juga memberikan mereka kesempatan untuk mandiri secara ekonomi. Dengan demikian, perempuan di Nusa memiliki peran aktif dalam pembangunan desa, sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Selain itu, pendidikan inklusif juga menjadi perhatian utama dalam menciptakan kekompakan masyarakat.
Meskipun berada di pedesaan, akses terhadap pendidikan untuk semua anak, termasuk anak-anak dari keluarga kurang mampu dan penyandang disabilitas, sangat diperhatikan.
Pemerintah desa bekerja sama dengan berbagai lembaga nonpemerintah menyediakan beasiswa dan dukungan pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan.
Hal ini menunjukkan Gampong Nusa berkomitmen untuk memastikan tidak ada satu pun warganya yang tertinggal dalam mendapatkan pendidikan yang layak.
Pembangunan berkelanjutan dan inklusif memiliki korelasi dengan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Potensi ekonomi yang dimiliki oleh desa seperti sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata, dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan dengan harapan hasil pembangunan bisa dinikmati oleh semua warga desa, bukan hanya sebagian kecil kelompok elite tertentu.
Melalui koperasi desa dan kelompok usaha bersama (KUB), masyarakat Gampong Nusa didorong untuk mengelola dan mengembangkan usaha yang lebih mandiri. Koperasi tidak hanya menjadi sarana untuk mengakses modal usaha, tetapi juga menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman antarwarga.
Banyak usaha kecil dan menengah yang berhasil tumbuh berkat dukungan dari koperasi ini, mulai dari usaha kerajinan tangan hingga industri makanan olahan lokal.
Pariwisata berbasis komunitas juga menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi masyarakat Gampong Nusa. Pengembangan sektor pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan kearifan lokal dan kelestarian lingkungan.
Masyarakat secara umum terlibat langsung dalam pengelolaan objek-objek wisata, baik sebagai pemandu wisata, penyedia akomodasi, maupun penjual suvenir. Dengan demikian, dampak ekonomi dari sektor pariwisata dapat dirasakan secara merata oleh seluruh warga desa.
Pelestarian budaya lokal
Selain fokus pada aspek ekonomi dan lingkungan, Gampong Nusa juga menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal. Kekayaan nilai budayaan, seperti tarian tradisional, kerajinan tangan, dan adat istiadat, dipertahankan sebagai identitas desa.
Upaya yang dilakukan tidak hanya penting untuk menjaga jati diri masyarakat, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh tentang budaya Aceh.
Dengan adanya pelestarian budaya ini, Gampong Nusa tidak hanya mampu menarik wisatawan, tetapi juga menjaga agar generasi muda untuk tidak melupakan warisan leluhurnya.
Pembangunan berkelanjutan dan inklusif yang dilakukan tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, organisasi nonpemerintah, dan lembaga pendidikan. Kerja sama yang terbina dengan baik, memungkinkan desa untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya, baik dalam bentuk dana, pelatihan, maupun teknologi.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Besar memberikan dukungan berupa infrastruktur dan akses jalan yang memadai, sehingga masyarakat dapat lebih mudah menjual hasil pertanian dan produk kerajinan mereka ke pasar yang lebih luas.
Selain itu, lembaga-lembaga nonpemerintah juga memberikan bantuan teknis dan pelatihan keterampilan kepada masyarakat, sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas produk dan layanan yang ditawarkan.
Perguruan tinggi, khususnya Universitas Syiah Kuala (USK), juga berperan penting dalam pendampingan masyarakat di desa ini. Pekan Ilmiah Mahasiswa Akuntansi (PIA) ke-27 berlangsung 12-15 Oktober 2024 yang salah satu kegiatannya adalah Gerakan Membangun Desa (Gemades) yang dikemas dalam kegiatan pengabdian masyarakat, mahasiswa, dan dosen USK memberikan sosialisasi serta pengenalan program APIK untuk penyusunan pelaporan keuangan UMKM.
Dengan menggunakan aplikasi sederhana yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sehingga sangat membantu pelaku UMKM dalam menyususn laporan keuangan.
Pengelola Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka USK Unggul, khususnya Program Studi Akuntansi kedepan akan mengerahkan mahasiswa magang untuk mendampingi pelaku UMKM dalam pembuatan pelaporan keuangan, khususnya dalam mengaplikasikan SIAPIK di Nusa.
Sebelumnya, sivitas akademika USK juga telah membantu pengembangan teknologi pertanian, pengolahan limbah, dan promosi pariwisata. Kerja sama ini memberikan manfaat ganda, yaitu membantu desa untuk berkembang sekaligus memberikan pengalaman belajar yang nyata bagi mahasiswa.
Meskipun Gampong Nusa telah mencapai banyak keberhasilan, tantangan dalam pembangunan berkelanjutan dan inklusif tetap ada. Salah satunya, keterbatasan sumber daya alam yang dapat dieksploitasi sehingga perlu adanya perencanaan yang matang agar sumber daya tersebut tidak habis dalam waktu singkat.
Selain itu, masih ada tantangan dalam hal akses pasar yang lebih luas untuk produk-produk lokal des, serta keterbatasan teknologi dalam pengolahan hasil pertanian dan perikanan.
Pembangunan berkelanjutan dan inklusif di Gampong Nusa adalah contoh nyata bagaimana konsep-konsep global dapat diterapkan di tingkat lokal.
Semoga dengan menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya, sehingga pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif dapat tercapai jika semua pihak bekerja sama dan berkomitmen.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.