Jurnalisme Warga
Impian Menjadi Kenyataan, Perjalanan Kreatif di ISBI Aceh
Setiap tantangan, perjuangan, dan kemenangan di sini telah memberikan pelajaran hidup yang tak ternilai, membentuk siapa saya saat ini.
IMAM WAHYUDI, S.Sn., Ketua UKM Keagamaan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh 2022-2024 dan alumnus ISBI Aceh 2024, melaporkan dari Jantho, Aceh Besar
Kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh menjadi saksi perjalanan hidup saya yang penuh perubahan. Selama empat tahun terakhir, banyak cerita telah terukir di benak saya, dimulai dari ketidakpastian hingga mimpi-mimpi yang dulu hanya terpendam kini berhasil terwujud.
Setiap detik yang saya lalui di sini mengajarkan saya tentang arti perjuangan, ketekunan, dan keyakinan akan masa depan.
Saya berasal dari Beutong Ateuh Banggalang, sebuah kecamatan kecil yang terletak di Kabupaten Nagan Raya, tempat mayoritas penduduknya hidup sederhana sebagai petani.
Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, saya dibesarkan dengan menghargai kerja keras orang tua. Meskipun tinggal di daerah dengan keterbatasan fasilitas pendidikan, sejak SMP saya sudah menyimpan impian besar, seperti terbang dengan pesawat, tampil di depan orang banyak, dan membuat orang tua bangga atas pencapaian saya.
Namun, di desa kami, bermimpi besar sering kali dianggap tak realistis, terutama karena keterbatasan ekonomi dan fasilitas pendidikan.
Banyak teman saya berhenti sekolah setelah SMP karena tekanan ekonomi. Saya sendiri menghadapi dilema ketika lulus SMA. Keinginan untuk melanjutkan pendidikan sangat kuat, tetapi kondisi ekonomi keluarga membuat orang tua saya ragu untuk mendukung kelanjutan pendidikan saya.
Meski begitu, saya tidak pernah menyerah dan terus berdoa agar bisa melanjutkan pendidikan. Saya mengikuti seleksi SNMPTN dan diterima di ISBI Aceh, kampus yang memberi saya kesempatan mengasah bakat seni.
Meski diterima, saya masih khawatir tentang biaya hidup selama kuliah. Dua bulan sebelum perkuliahan dimulai, saya berhasil mendapatkan beasiswa KIP Kuliah, yang meringankan beban orang tua dan memberi saya keyakinan untuk melanjutkan pendidikan tanpa khawatir soal biaya.
Beasiswa ini adalah jawaban atas doa-doa saya dan menjadi dukungan terhadap impian yang dulu tampak mustahil.
Sebagai mahasiswa angkatan 2020, saya adalah bagian dari generasi yang memulai perkuliahan di tengah pandemi global Covid-19. Pandemi ini mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara belajar. Perkuliahan daring menjadi tantangan pertama yang harus saya hadapi. Tidak mudah, karena saya harus mengenal dosen, teman-teman, dan lingkungan kampus hanya melalui layar monitor.
Saya sering mengikuti perkuliahan dari tempat terpencil di tengah hutan Beutong Ateuh Banggalang, dengan terlebih dahuli mencari sinyal yang sulit didapat. Layar kecil di depan pohon menjadi saksi perjuangan saya menuntut ilmu.
Meskipun penuh tantangan, saya tidak pernah menyerah. Setiap kesulitan justru memotivasi saya untuk terus maju. Saya yakin bahwa perjuangan ini suatu hari nanti akan terbayar.
Lambat laun, kuliah daring yang awalnya terasa asing menjadi rutinitas yang saya jalani dengan penuh keteguhan hati.
Ketika perkuliahan tatap muka akhirnya dimulai, semangat saya semakin berkobar. Kampus ISBI Aceh menjadi tempat yang saya yakini akan membawa perubahan besar dalam hidup saya.
Kehangatan dan kebersamaan yang saya temukan di sini membuat saya merasa diterima. Suasana kekeluargaan yang kuat, di mana kita saling mendukung, adalah sesuatu yang selalu saya impikan.
Seiring berjalannya waktu, saya semakin aktif dalam organisasi kampus. Pada September 2022, saya memberanikan diri mengikuti lomba di Universitas Teuku Umar (UTU), sebuah pengalaman pertama saya di luar kampus. Cabang lomba yang saya ikuti adalah monolong, sesuatu hal yang baru bagi saya, tetapi saya tetap maju dengan semangat untuk mencoba hal baru.
Meskipun banyak hal yang belum saya pahami, saya tidak meragukan kemampuan diri sendiri. Pada 11 September, saya dinyatakan sebagai pemenang lomba cabang monolong Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) di Kampus UTU Meulaboh.
Kemenangan itu sangat berkesan karena mimpi yang selama ini terpendam mulai terwujud. Bahkan, saya berhasil mewakili Aceh di ajang Peksiminas yang diadakan di Universitas Brawijaya, Jawa Timur.
Tahun 2023 adalah tahun di mana semangat saya semakin menggelora. Banyak kesempatan datang dan saya selalu berusaha memanfaatkan setiap peluang.
Pada bulan September, saya lolos sebagai peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional di Jawa Timur. Pengalaman ini memperkaya diri saya dengan pelajaran baru serta pertemuan dengan orang-orang hebat dari seluruh Indonesia.
Pada Oktober, saya mendapat kehormatan mewakili ISBI Aceh dalam Festival Kebudayaan Indonesia (FKI) di Denpasar, Bali.
Kedua pengalaman tersebut meninggalkan kesan mendalam—rasa haru dan bahagia memenuhi hati saya—karena mimpi-mimpi yang dulu tampak jauh kini satu per satu terwujud.
Setiap pengalaman baru ini memberikan saya banyak pelajaran, terutama dalam pengembangan diri, keterampilan berbicara di depan umum, dan kemampuan bersosialisasi.
Semua pengalaman berharga ini juga saya tuangkan dalam kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Keagamaan, lembaga kampus yang pernah saya pimpin.
Bersama teman-teman, kami melaksanakan berbagai kegiatan yang penuh makna dan mempererat kebersamaan. Kebersamaan inilah yang menjadi salah satu hal paling berharga dalam perjalanan saya di kampus ini.
Tahun 2024 menjadi penutup perjalanan akademis saya. Saya dihadapkan pada tantangan terakhir, yaitu menyusun skripsi bersama teman-teman saya, Arisa dan Badrol. Menyusun skripsi adalah ujian terbesar, tetapi dengan semangat tinggi serta dukungan teman-teman, saya mampu melewati tantangan ini.
Pada 11 Juni, saya berhasil menyelesaikan skripsi, sebuah pencapaian yang membanggakan setelah empat tahun berjuang. Proses ini bukan hanya tugas akademik, tetapi juga ujian ketahanan mental dan dedikasi terhadap apa yang telah saya perjuangkan.
Pada Agustus 2024, saya mengikuti yudisium dan pada 7 Oktober 2024, saya resmi menyandang gelar sarjana S-1 dari ISBI Aceh.
Hari itu adalah salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup saya. Semua kerja keras, perjuangan, dan pengorbanan selama bertahun-tahun akhirnya terbayar.
Saya tidak akan bisa mencapai semua ini tanpa dukungan dari banyak pihak. ISBI Aceh telah menjadi wadah yang membentuk diri saya dan para dosen yang membimbing saya selama ini sangatlah berjasa. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan arahan dan inspirasi untuk terus maju meraih mimpi-mimpi saya.
Akhirnya, mimpi yang dulu hanya terbayang di benak kini telah menjadi kenyataan. Apa yang dulu tampak jauh dan sulit dijangkau kini terasa nyata di hadapan saya. Meskipun saya mungkin belum memberikan segalanya yang sempurna untuk ISBI Aceh, saya merasa bangga telah berkesempatan mengharumkan nama kampus ini melalui berbagai prestasi yang saya raih.
Setiap tantangan, perjuangan, dan kemenangan di sini telah memberikan pelajaran hidup yang tak ternilai, membentuk siapa saya saat ini.
Terima kasih yang mendalam saya sampaikan kepada ISBI Aceh, para dosen yang tanpa lelah membimbing kami, teman-teman yang selalu mendukung, orang tua yang selalu mendoakan saya, dan semua pihak yang telah menjadi bagian dari perjalanan penuh liku ini.
Tanpa mereka, semua pencapaian ini tak akan mungkin terwujud. < imamwahyudinagan12>
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.