Berita Banda Aceh
Diskusi Jelang Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh, Literasi Kebencanaan Berbasis Pengetahuan Lokal
“Kita memiliki kekayaan budaya lokal yang terkait dengan pendahulu kita yang terkait bencana, seperti budaya smong dari Simeulue” ujarnya.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Ketiga pemateri membahas dua buku tentang kebencanaan yang baru diterbitkan, yaitu “Buku Pegangan Penyuluh Agama tentang Kebencanaan” dan “Buku Ajar Tambahan tentang Kebencanaan”.
Paparan materi pertama disampaikan oleh Dr Ridwan dari Kementerian Agama, yang memaparkan tentang literatur-literatur kebencanaan.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Prof Eka Srimulyani sebagai penulis Buku Pegangan Penyuluh Agama tentang Kebencanaan.
Dalam materinya, Prof Eka menjelaskan latar belakang mengapa buku ajar kebencanaan dan buku pegangan untuk penyuluh agama terkait kebencanaan serta film animasi kesiapsiagaan bencana yang dilaunching sebelumnya hadir.
Hal ini tidak terlepas dari kajian riset tim ICAIOS sebelumnya yang mengidentifikasi konteks dan pengetahuan loka serta pemahaman masyarakat Aceh dalam memahami bencana serta memberikan respon terhadap bencana.
Salah satu rekomendasi dalam penelitian Prof Eka dkk sebelumnya adalah perlunya mengintegrasikan pengurangan resiko bencana dalam dakwah dan melibatkan para penyuluh agama yang keberadaannya sangat dekat dengan masyarakat, sehingga bisa berbagi pengetahuan kesiapsiagaan kepada masyarakat.
“Mengingat kultur sosial masyarakat Aceh yang relijius, perspektif keagamaan dan pelibatan tokoh agama menjadi krusial,” ujarnya.
Menurutnya ada beberapa pengetahuan tacit knowledge (pengetahuan tradisional) tentang pengurangan resiko bencana yang ada dalam masyarakat, yang belum sepeneuhnya menjadi explicit knowledge (pengetahuan modern).
Materi terakhir disampaikan oleh Dr Nurmala Nurdin terkait bukunya berjudul “Buku Ajar Tambahan tentang Kebencanaan”.
Nurmala menekankan pentingnya pembelajaran tentang kebencanaan khususnya bagi generasi muda dengan pendekatan pengetahuan lokal serta memberikan contoh-contoh kontekstual. Sesi siang dilanjutkan dengan Talkshow kebencanaan yang diisi oleh empat narasumber yaitu Rickayautul Muslimah dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fakhriati dari MOST UNESCO BRIN, dan Hermansyah dari Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Ar-Raniry.
Talkshow berjalan cukup menarik dengan paparan materi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terkait kebencanaan khususnya Aceh sebagai daerah yang sangat rentan dengan bencana.
Masyarakat sangat diharapkan memiliki pengetahuan dasar tentang penyebab terjadinya bencana, jenis-jenis bencana, cara mitigasi bencana serta data-data terkait bencana-bencana yang pernah melanda daerah-daerah di Aceh, sehingga memiliki kesiap-siagaan jika terjadinya bencana.
Dengan adanya banyak kearifan lokal Aceh terkait pengetahuan tentang kebencanan serta pengalaman masyarakat Aceh menghadapi bencana, salah satunya Tsunami 2004.
Rickayautul Muslimah narasumber dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI mengatakan bahwa Aceh bisa lebih menggerakkan wisata edukasi terkait kebencanaan, sehingga bisa ikut dipelari oleh masyarakat dari luar Aceh bahkan luar negeri.
Materi yang disampaikan oleh Hermansyah terkait manuskrip kuno Aceh tentang bencana juga menarik perhatian peserta.
| Mualem Ingin Aceh Tidak Lagi Ketergantungan Telur Ayam dari Medan |
|
|---|
| HMP KPI UIN Ar-Raniry Sukses Gelar Communication Camp VIII di Tahura Pocut Meurah Intan |
|
|---|
| Said Saiful Nahkodai DPD PSI Aceh 2025–2030 |
|
|---|
| Selamat, Banda Aceh Terima Penghargaan ADINKES Award 2025, Ini Kategorinya |
|
|---|
| TA Khalid Sebut Pasal-pasal Revisi UUPA akan Diperdalam di RDPU |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.