Konflik Rusia vs Ukraina

Joe Biden Dituding Picu Perang Dunia III usai Izinkan Ukraina Serang Rusia dengan Rudal AS

Keputusan Biden tersebut menandai perubahan kebijakan signifikan di penghujung masa jabatannya.

Editor: Faisal Zamzami
Reuters
Joe Biden dan Volodymyr Zelenskiy, Fasano, Italia, 13 Juni 2024. 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON — Presiden Joe Biden mendapat kritik tajam dari sejumlah tokoh Partai Republik setelah memberikan lampu hijau kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan Amerika Serikat, ATACMS, guna menyerang target di Rusia

Langkah ini dinilai sebagai eskalasi besar dalam perang Ukraina-Rusia, bahkan dituding berpotensi memicu Perang Dunia III.  

Keputusan Biden tersebut menandai perubahan kebijakan signifikan di penghujung masa jabatannya. 

Presiden yang hanya memiliki 64 hari tersisa di Gedung Putih itu sebelumnya membatasi penggunaan rudal AS hanya untuk pertahanan di dalam wilayah Ukraina.  

Dilansir dari The Independent, Anggota DPR dari Partai Republik, Marjorie Taylor Greene, mengecam langkah Biden dalam unggahannya di media sosial. Menurutnya, keputusan tersebut tidak mencerminkan keinginan rakyat Amerika.  

“Joe Biden secara berbahaya mencoba memulai Perang Dunia III dengan mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh AS untuk menyerang Rusia,” tulis Greene. 

“Rakyat Amerika telah memberikan mandat pada 5 November untuk menolak kebijakan seperti ini. Kami ingin memperbaiki masalah domestik, bukan mendanai atau berperang dalam konflik luar negeri."

Senada dengan Greene, Donald Trump Jr, putra sulung presiden terpilih Donald Trump, juga melontarkan kritik keras. 

Ia menuding keputusan Biden sebagai upaya untuk mencoreng nama baik ayahnya.  

“Kompleks industri militer tampaknya ingin memastikan Perang Dunia III dimulai sebelum ayah saya memiliki kesempatan untuk menciptakan perdamaian dan menyelamatkan nyawa,” kata Trump Jr.  

Keputusan Biden yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal AS untuk menyerang memicu reaksi keras dari Rusia

Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa langkah tersebut akan dianggap sebagai keterlibatan langsung NATO dalam konflik.

Baca juga: Rusia Berjanji Akan Memberikan Tanggapan Nyata Jika Rudal AS Digunakan di Wilayahnya

Sebelumnya, Rusia telah menegaskan bahwa penggunaan rudal buatan AS oleh Ukraina di luar wilayahnya akan menjadi eskalasi besar. 

Langkah ini pun semakin mempertegang hubungan antara Moskow dan sekutu Barat. 

Rusia menilai keputusan Biden sebagai ancaman serius terhadap stabilitas kawasan dan bukti meningkatnya keterlibatan Amerika dalam perang.  

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pemerintahan Biden telah mengucurkan lebih dari 64 miliar dolar AS (sekitar Rp1.012 triliun) dalam bentuk bantuan keamanan. 

Dukungan tersebut mencakup pengiriman senjata canggih, pelatihan militer, hingga bantuan logistik. 

Namun, kebijakan ini mendapat kritik dari sejumlah tokoh Partai Republik, termasuk Donald Trump.

Dalam kampanyenya, Trump berjanji akan mengurangi dukungan Amerika kepada Ukraina dan menyelesaikan perang “hanya dalam satu hari.” 

Meski belum jelas bagaimana ia akan melakukannya, Trump telah berkomunikasi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Putin sejak kemenangannya pada pemilu November lalu.

Baca juga: VIDEO - AS Dukung Ukraina Pakai Rudal ATACMS Serang Rusia, Tentara Korut Terancam

Kremlin Sebut Langkah Berbahaya

Kremlin memperingatkan bahwa keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mengizinkan Ukraina menyerang target di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh buatan AS akan memperparah eskalasi konflik yang telah berlangsung selama 1.000 hari. 

Kebijakan baru tersebut memungkinkan Ukraina menggunakan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS atau ATACMS, yang memiliki jangkauan hingga 300 kilometer. 

Sebelumnya, Washington menolak langkah ini karena khawatir akan memicu konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO. 

Namun, keputusan Biden diduga dipengaruhi oleh laporan keterlibatan pasukan Korea Utara yang mendukung Rusia di perbatasan.

“Pemerintah AS yang akan segera berakhir tampaknya terus menambah bahan bakar ke dalam api dan memprovokasi eskalasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Senin (18/11/2024) dikutip dari The Associated Press.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut keputusan AS dengan respons yang hati-hati. 

“Rudal akan berbicara untuk dirinya sendiri,” kata Zelenskyy, Minggu (17/11/2024).

Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menyebut kebijakan ini sebagai langkah penting yang dapat menjadi “pengubah permainan” di medan perang. 

“Semakin jauh jangkauan serangan Ukraina, semakin cepat perang akan berakhir,” ujarnya.

Di sisi lain, sejumlah negara NATO turut menyambut baik keputusan AS. Presiden Polandia Andrzej Duda menyebutnya sebagai “momen penting, bahkan mungkin terobosan” dalam konflik ini. 


Estonia juga memuji kebijakan ini dan menegaskan bahwa tidak ada batasan dalam dukungan militer untuk Ukraina.

Namun, beberapa pihak memilih sikap lebih berhati-hati. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menolak memberikan komentar langsung terkait kemungkinan langkah serupa dari negaranya. 

Sementara itu, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico mengecam kebijakan ini sebagai “eskalasi yang tidak wajar” yang hanya akan memperpanjang perang.

Baca juga: Perang Dunia III Bakal Pecah, Rudal Jelajah AS akan Digunakan Ukraina untuk Serang Rusia 

Peringatan Rusia

Rusia merespons dengan keras, menyatakan bahwa keputusan ini akan mengubah “esensi konflik” secara signifikan. 

Presiden Vladimir Putin sebelumnya telah memperingatkan bahwa jika NATO mengizinkan Ukraina menggunakan persenjataan jarak jauh, Rusia tidak akan ragu untuk memberikan dukungan serupa kepada pihak lain.

“Negara-negara Barat mengatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas bagaimana Ukraina menggunakan senjata mereka. Kami juga dapat berkata demikian jika kami memberikan senjata kepada pihak lain. Silakan pikirkan konsekuensinya,” ujar Putin beberapa waktu lalu.

Putin juga menegaskan bahwa Rusia tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir jika merasa kedaulatannya terancam.

Keputusan Biden diperkirakan akan memberikan dampak taktis di medan perang, meskipun dampaknya terhadap jalannya perang secara keseluruhan dinilai terbatas. 

Para analis menyebut ATACMS dapat digunakan Ukraina untuk menyerang target strategis Rusia, seperti wilayah Kursk atau pusat logistik.

“Ini akan memperlambat tempo serangan Rusia, tetapi tidak cukup untuk mengubah dinamika perang secara signifikan,” kata Patrick Bury, pakar keamanan dari University of Bath, Inggris.

Namun, keterbatasan stok ATACMS di AS menjadi tantangan utama mengingat Ukraina membutuhkan persediaan besar rudal ini untuk memberikan dampak strategis yang nyata, sementara AS tidak dapat memenuhinya karena kebutuhan domestik.

Baca juga: Polres Nagan Raya Serahkan Tersangka Arisan Bodong ke Jaksa, Terancam 4 Tahun Penjara

Baca juga: Profil dan Peran Hendry Lie, Bos Sriwijaya Air Tersangka Korupsi Timah, Masuk Daftar Orang Terkaya

Baca juga: 24 Imigran Rohingya Kabur dari Tempat Penampungan GOR TSC Aceh Selatan

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved