Opini
Burung-burung Nasar Pelindung Kelompok Jihadis Suriah yang Dilematis
Mereka tidak lebih dari bagian kelompok jihadis brutal dan tidak berkeadaban yang datang dari belahan dunia lain untuk mengklaim Suriah.
Indikatornya dari buku: di tiga ibu kota inilah buku-buku diterbitkan dan menyebar ke seluruh dunia Arab.
Merujuk kepada latar belakang sejarah itu, sesungguhnya, jika ada kesempatan, orang Suriah dapat menyelesaikan problem politik negerinya dengan wisdom yang merupakan warisan peradaban mereka yang sudah berurat-berakar.
Mungkin mereka mampu menemukan dan menempuh jalan politik yang lebih bermartabat dibanding negara-negara Timur Tengah lainnya.
Tapi juga Suriah pasca Assad tersebut sulit mengalir dalam alur ini yaitu sebuah Suriah berkehidupan politik damai, berkedaulatan dan demokratis.
Bahkan untuk mencapai dua istilah awal saja sudah susah. Konon lagi isu demokrasi, sebuah konsep yang tidak berada dalam khasanah semua kelompok Islamis pemberontak di Suriah.
Empat jaringan
Perlu diketahui, Suriah pasca Assad memiliki banyak sekali "stakeholder" dan hampir semua notorious.
Lanskap politik Suriah ditentukan oleh empat jaringan yang saling jalin-menjalin kepentingan tapi pada saat bersamaan saling bermusuhan. Pertama, kelompok-kelompok islamis; kedua, kelompok nonislam; ketiga, grup-grup perlawanan Kurdi; dan keempat, last but not least, negara-negara asing--baik berupa aktor regional maupun aktor internasional.
HTS, yang masuk dalam klasifikasi jaringan pertama, adalah satu kelompok milisi yang dimunculkan ke depan dalam peristiwa terbaru di Suriah. HTS ini sebuah kelompok Islamis Jihadis yang diasuh oleh Turki. Mayoritas anggota kelompok ini disebut milisi Islam asli Suriah.

Kelompok Islam militan yang masuk dalam daftar kelompok teroris Washington ini dipimpin oleh Ahmad al-Sharaa atau lebih dikenal dengan nama gerilya Abu Muhammad al-Golani.
Golani di belakangnya merujuk kepada asal-usul orang tuanya dari Dataran Tinggi Golan, meski ia sendiri lahir di Arab Saudi sebuah negara penganut sekte Wahabi. HTS yang mengklaim dirinya beraliran Syafi'i memiliki tujuan perjuangan untuk mendirikan sebuah negara bersyariat Islam.
Meski menyebutkan akan memperkenal hukum Islam yang ketat tapi anggota kelompok jihadis ini sangat terikat dengan praktik-praktik Islam tradisional seperti percaya kepada jimat dan kuburan-kuburan.
Di samping HTS, masih ada bekas kelompok islamis yang tidak dimunculkan ke depan tetapi mereka akan muncul pada momen yang tepat untuk mengklaim posisi mereka dalam politik Suriah.
Propaganda Turki dan Barat
Di antaranya adalah kelompok islamis Salafisme Ahrar asy-Syam, yang salah satu faksi menyeberang dan membentuk HTS. Kemudian Jaysh al-Fatih yang pernah mengklaim sebagai sebuah koalisi islamis pemersatu Suriah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.