Haba Dinkes Aceh
Target Percepatan Perbaikan Gizi Cegah Stunting, Dinkes Pidie Tingkatkan Kapasitas Kader & Alat Ukur
Program pelatihan bagi petugas dan kader ini bertujuan agar mereka dapat memberikan edukasi yang lebih efektif kepada masyarakat mengenai pentingnya
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Yeni Hardika
SERAMBINEWS.COM, SIGLI – Stunting hingga saat ini masih menjadi persoalan serius yang dihadapi pemerintah Indonesia.
Untuk menanggulangi persoalan ini, pemerintah telah menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional.
Diketahui, stunting merupakan suatu kondisi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kondisi ini sering ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih rendah dari rata-rata anak seusianya.
Penyebab stunting dikarenakan kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu yang cukup lama, yaitu sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).
Kurangnya asupan gizi ini membuat pertumbuhan anak menjadi terhambat yang kemudian berdampak pada tinggi badan anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Tak hanya pertumbuhan fisik, stunting juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit hingga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa dewasanya.
Jika kondisi gangguan akibat kekurangan gizi kronis ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Oleh karena itu, penanganan dan pencegahan stunting menjadi prioritas utama dalam program pemerintah Indonesia, baik di pusat maupun daerah.
Baca juga: Pernikahan Dini Penyumbang Terbesar, SEDERET Upaya Program Dinkes Aceh Tenggara Tekan Angka Stunting
Perhatian pemerintah terhadap stunting tercermin dalam kebijakan-kebijakan yang tercatat dalam empat Peraturan Presiden (Perpres).
Yaitu Perpres Nomor 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, Perpres Nomor 83/2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi, Perpres Nomor 18/2020 tentang RPJM 2020-2024, dan Perpres Nomor 72/2021 tentang Penurunan Stunting.
Di Pidie, Aceh, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Pidie juga terus berupaya untuk menurunkan angka stunting di daerah tersebut.
Plt Kepala Dinkes Pidie, dr Dwi Wijaya mengungkapkan, bahwa berdasarkan survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Pidie pada tahun 2022 tercatat sebesar 27,8 persen. Pada 2023 naik menjadi 29,5 % .
Dikatakan Dwi, peningkatan sebesar 1,7 % tersebut disebabkan oleh belum adanya standar alat ukur yang konsisten di setiap posyandu dan puskesmas.
Namun permasalah tersebut akan segera ditindaklanjuti.
Dwi mengatakan, Dinkes Pidie akan segera mengadakan alat ukur antropometri di seluruh posyandu di Kabupaten Pidie dan kemudian melakukan pengukuran ulang pada balita yang diduga mengalami stunting.
"Kami juga akan terus melakukan sosialisasi serta menggerakkan puskesmas agar melaksanakan intervensi spesifik terkait stunting secara menyeluruh," jelas dr Dwi.
Baca juga: Upaya Pemkab Bireuen Menekan Angka Stunting, Tingkatkan Kapasitas Kader Hingga Pendampingan Intensif
Sementara itu, dalam Laporan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Aceh Semester I Periode Januari-Juni 2024, menurut data SSGI, kondisi stunting di daerah Pidie pada 2021 sempat menyentuh angka 39,3 % .
Namun Pemkab Pidie berhasil menekan angka tersebut hingga pada 2022 mengalami penurunan yang cukup drastis ke 27,8 % , atau turun sebesar 11,5 % .
Sementara itu, merujuk pada data yang terintegrasi dalam aplikasi online Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), prevalensi stunting di Pidie pada 2021 tercatat sebesar 14,73 % .
Pada 2022 turun menjadi 7,1?n sedikit meningkat menjadi 9 % di tahun 2023.
Sedangkan untuk tahun ini, hingga Oktober prevalensi stunting di daerah berjuluk kabupaten Emping Melinjo ini menurun menjadi 8,3 % .
Dikatakan dr Dwi, Kecamatan Kembang Tanjong merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Pidie pada tahun ini.
Tingkatkan kapasitas petugas dan kader kesehatan
Selaras dengan target nasional dan provinsi, Pemkab Pidie menargetkan penurunan angka stunting di Kabupaten Pidie mencapai prevalensi 14 % pada tahun 2025.
Namun dalam pelaksanaan untuk mencapai target tersebut, ditemukan sejumlah kendala.
dr Dwi mengatakan, tantangan utama dalam penurunan stunting adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat, seperti konsumsi protein hewani, sayuran, buah, serta pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan pertama.
"Faktor ekonomi keluarga turut berpengaruh pada pemberian gizi yang memadai bagi anak-anak," ujar dr Dwi.
Selain itu, masalah pola asuh, terutama dalam hal pengasuhan kesehatan dan tumbuh kembang anak juga menjadi hambatan lain yang harus diatasi.
Baca juga: Fokus Bappeda dalam Percepatan Penurunan Stunting di Aceh Besar, Pentingnya Asi Eksklusif hingga PMT
Tantangan lain yang dihadapi adalah adanya mitos atau pantangan tertentu dalam budaya yang berpengaruh terhadap pola makan ibu hamil dan pemberian gizi kepada anak.
Hal ini mengharuskan petugas kesehatan untuk lebih intensif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Oleh karena itu, Dinkes Pidie berencana untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dan kader kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting.
Program pelatihan bagi petugas dan kader ini bertujuan agar mereka dapat memberikan edukasi yang lebih efektif kepada masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang, serta melaksanakan intervensi dengan cara yang tepat dan terkoordinasi.
"Penurunan angka stunting memerlukan kerjasama yang kuat antara pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat. Kami akan terus meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dan memastikan koordinasi yang lebih baik untuk mencapai hasil yang maksimal," ujar dr Dwi Wijaya.
Sebagai bagian dari langkah konkret, Dinkes Pidie juga melaksanakan pemantauan dan memastikan bahwa Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang disalurkan oleh puskesmas tepat sasaran, baik dalam hal cara pemberian maupun kandungan gizinya.
Selain itu, petugas kesehatan juga memfasilitasi rujukan bayi dan balita yang mengalami masalah gizi ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKTL).
" Juga melakukan pendampingan, sekaligus memastikan indikator spesifik di puskesmas wilayah Kabupaten Pidie, sehingga dapat berjalan dengan maksimal," pungkas Plt Kadis Kesehatan Pidie.
Baca juga: Tekan Stunting, Dinkes Simeulue Gencarkan Empat Program Unggulan, Termasuk Peningkatan Sanitasi
Peran masyarakat dalam mengatasi stunting
Stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat.
Orang tua perlu lebih sadar akan pentingnya pemberian gizi yang baik untuk anak, baik dari segi makanan yang bergizi maupun pengasuhan yang penuh kasih sayang.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat mendukung program-program pemerintah yang bertujuan mengurangi angka stunting.
Peningkatan kesadaran akan pola makan sehat, pemberian makanan tambahan yang tepat, dan dukungan terhadap program pemerintah di tingkat desa dan kecamatan menjadi kunci dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.
Masyarakat juga perlu meningkatkan pemahaman mengenai stunting, termasuk mengenali ciri-ciri balita atau anak yang mengalami gangguan gizi kronis ini.
Dikutip dari laman Kemenkes, selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ciri-ciri lain yang mengindikasikan anak mengalami stunting ialah sebagai berikut:
- Pertumbuhan melambat
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
- Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
- Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
- Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
- Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Namun perlu diingat, tidak semua balita pendek menunjukkan gejala stunting.
Akan tetapi, anak yang mengalami stunting pasti memiliki ukuran tubuh pendek atau dibawah standar tinggi badan rata-rata.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui apakah anak mengalami stunting atau tidak, harus dilakukan pengukuran badan, bukan hanya perkiraan.
Baca juga: Sukses Turunkan Angka Stunting, Pidie Jaya Masuk Daftar Daerah Penanganan Stunting Hingga 100 Persen
Stunting pada anak atau balita baru dapat diketahui setelah dilakukan beberapa prosedur, yaitu tanya jawab oleh petugas kesehatan seputaran asupan makan anak, riwayat pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, serta lingkungan tempat tinggal anak.
Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan fisik berupa mengukur panjang atau tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan anak.
Bila tinggi badannya berada di bawah garis merah (-2 SD) berdasarkan kurva pertumbuhan WHO, maka anak tersebut dapat di diagnosis stunting.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dari masyarakat yang dimulai sejak awal masa kehamilan.
Dirangkum dari laman Kemenkes, ibu yang mengandung disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kehamilannya ke dokter.
Perlu juga memenuhi asupan nutrisi yang baik selama kehamilan.
Dengan makanan sehat dan juga asupan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium harus tercukupi.
Sesaat setelah bayi lahir, segera terapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Langkah ini menjadi awal agar Ibu dapat menjalankan ASI Eksklusif yang menjadi salah satu langkah pencegahan stunting.
ASI eksklusif ini diberikan sampai anak berusia 6 (enam) bulan dan diteruskan dengan MPASI yang sehat dan bergizi.
Disamping itu, lakukan juga pemeriksaan ke dokter, Posyandu atau Puskesmas secara berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perhatikan juga jadwal imunisasi rutin yang diterapkan oleh Pemerintah agar anak terlindungi dari berbagai macam penyakit. (*)
INFO STUNTING DI ACEH LAINNYA
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
Stunting
Haba Dinkes Aceh
Dinkes Pidie
Pidie
Aceh
Dinas Kesehatan
Angka Stunting
Prevalensi Stunting
2024
Dinkes Aceh
Serambi Indonesia
Serambinews
berita serambi
Tekan Angka Stunting, Dinkes Banda Aceh Gencarkan Penimbangan Serentak yang Libatkan Lintas Sektor |
![]() |
---|
Ini Sederet Program dalam Upaya Penurunan Angka Stunting di Gayo Lues, Gencarkan PHBS |
![]() |
---|
Pernikahan Dini Penyumbang Terbesar, SEDERET Upaya Program Dinkes Aceh Tenggara Tekan Angka Stunting |
![]() |
---|
Upaya Pemkab Bireuen Menekan Angka Stunting, Tingkatkan Kapasitas Kader Hingga Pendampingan Intensif |
![]() |
---|
Stunting di Bener Meriah Turun Drastis Dalam 2 Tahun, BAAS Jadi Program Andalan yang Diakui Nasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.