Opini

Pentingnya Sebuah Harapan saat Berada dalam Situasi Sulit 

Kondisi ini sebenarnya sebuah pola dari masyarakat modern yang seakan-akan membuat kita harus selalu memenuhi tuntutan

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Ulya Layyina, mahasiswa asal Aceh yang saat ini sedang menempuh pendidikan Magister Psikologi di Universitas Diponegoro, Semarang. 

Oleh: Ulya Layyina*)

HARAPAN itu seperti bintang, tidak terlihat di bawah sinar matahari kemakmuran, tetapi bisa ditemukan di malam kesulitan. - Charles Haddon Spurgeon

Tanpa sadar, kita hidup di era yang semuanya serba cepat, sampai membuat kita takut ketinggalan. Mulai dari ketinggalan apa yang kita punya, ketinggalan apa yang kita achieve, ataupun ketinggalan apa yang kita tahu. 

Kondisi ini sebenarnya sebuah pola dari masyarakat modern yang seakan-akan membuat kita harus selalu memenuhi tuntutan yang tak ada habisnya.

Tak jarang, berbagai pertanyaan pun muncul dalam pikiran, “Sampai kapan hidup ini akan terus menyiksaku? Kapan aku bisa merasa tenang? Hatiku lelah menanggung beban derita yang tak kunjung usai." 

Hidup terasa seperti siklus yang tak berujung dari cobaan dan kesulitan, semakin lama, masalahnya semakin sulit diatasi. Kita sudah berusaha maksimal, mencoba berbagai macam cara, tapi hasilnya tetap saja masih tidak berpihak, sampai akhirnya kita kewalahan, merasa tidak bisa berbuat apa-apa, hingga kehilangan harapan.

Terdapat sebuah ungkapan, "It’s OK to be hopeless (tidak apa-apa merasa putus asa). But, without hope, you don’t have much (namun, ironisnya, tanpa harapan, hidup terasa hampa). Pernyataan ini menciptakan paradigma yang menarik: di satu sisi, kita dibolehkan untuk merasa hopeless, namun kita juga diingatkan bahwa harapan adalah fondasi untuk mencapai kehidupan yang bermakna. Lalu, apa sebenarnya harapan?

Konsep harapan masih sering disalahartikan. Harapan dalam istilah sociomoral diartikan sebagai, “a sign of health, a fighting spirit, and faith that something good will triumph”. 

Harapan bukanlah tentang mengabaikan kenyataan pahit lalu menginginkan adanya keajaiban, seperti memenangkan “undian”, sebaliknya, harapan adalah keyakinan bahwa kita mampu mencapai suatu tujuan. 

Dengan memiliki harapan, kita tidak hanya bermimpi, tetapi juga terdorong untuk terus melangkah, meski jalan yang ditempuh penuh rintangan. 

Topik terkait harapan telah menjadi fokus kajian yang semakin intensif dalam berbagai disiplin ilmu, terutama dalam merespons ketidakpastian masa depan yang kian meningkat akibat dinamika sosial kontemporer. Miceli dan Castelfranchi (2015) mendefinisikan harapan sebagai suatu konstruk psikologi yang terdiri dari tiga komponen: (a) keyakinan akan kemungkinan terjadinya sesuatu, (b) motivasi untuk mencapai hal tersebut, dan (c) kesadaran bahwa pencapaian tidak sepenuhnya berada dalam kendali. 

Mengapa harapan sangat penting untuk dipertahankan? 

“Setitik harapan bisa menjadi awal dari perubahan besar”. Harapan adalah faktor penting dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Harapan memberikan kekuatan mental yang akan mendorong kita untuk terus berusaha dan menemukan jalan keluar dari setiap kesulitan demi mencapai target  yang diinginkan.   

Sebuah studi longitudinal mengungkapkan bahwa rasa harapan yang tinggi dikaitkan dengan kondisi kesehatan yang lebih baik (misalnya, berkurangnya risiko kematian, lebih sedikit mengalami penyakit kronis dan gangguan tidur), kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi, peningkatan kepuasan hidup, serta kesejahteraan sosial yang meningkat. Individu yang punya harapan cenderung lebih sehat, bahagia, optimis, dan sukses dibandingkan orang yang putus harapan (Long, Kim, Chen dkk., 2020).  

How to develop hope when you feel hopeless? 

Walaupun sudah paham pentingnya harapan, kenyataannya kita tidak mungkin bisa selalu stay positive dan penuh harapan setiap saat. Pasti ada masanya kita mengalami situasi sulit dan penuh tekanan. Ini bisa berupa kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, konflik interpersonal, mengalami penyakit, atau peristiwa traumatis lainnya. 

Situasi ini akan membuat kita merasa tertekan, cemas, sedih, frustrasi, putus asa hingga tidak mampu untuk melihat harapan di masa depan. Lantas, bagaimana cara kita menumbuhkan harapan saat kondisi mental sedang terpuruk? 

Ketika merasa putus asa tentang sesuatu, alih-alih berharap agar semuanya berjalan dengan baik, kita bisa berfokus pada harapan bahwa kita akan baik-baik saja, terlepas dari apa yang akan terjadi. Lalu, luangkan beberapa menit untuk melakukan latihan berikut ini: 1) Tuliskan pengalaman di masa lalu saat kamu berhasil mengatasi masalah dengan penuh harapan; 2) Apa yang kamu syukuri?; 3) Siapa orang-orang yang membantu dan bagaimana kamu berterima kasih kepada mereka? 

Setelah itu, perhatikan bagaimana perasaanmu, apakah kamu merasa lebih bahagia? Apakah kamu menemukan harapan dari situasi sulit yang sedang terjadi? Jika kamu masih belum bisa merasa lebih baik dan menemukan seulas harapan, its okay, kamu bisa mencoba untuk berbicara pada diri sendiri (self talk).  

Yakinkan pada diri, bahwa apa pun hasilnya nanti,  pasti akan baik-baik saja. It will all pass! semua yang terasa berat hari ini pasti akan berlalu, termasuk pengalaman dan perasaan yang tidak nyaman. 

Hidup harus terus berlanjut. Tetaplah bertahan untuk hal-hal kecil yang membahagiakan. Masih banyak makanan enak yang harus kita coba, impian yang harus kita wujudkan, dan tempat indah yang harus dikunjungi.  

“Ada tiga hal yang membuat bahagia: seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan”. - Tom Bodett 

Hidup itu tentang kumpulan episode dan perjalanan yang penuh suka cita. Kadang tangis dan tawa turut mewarnai. Aku, kamu, dan kita semua pasti punya masalah dan strugglenya masing-masing. Semua sudah ada porsinya, tidak ada yang lebih mudah ataupun susah. 

Kita hanya cukup menjalani hidup dengan semestinya, berbuat baik pada orang tua, peduli pada sesama, dan taat kepada sang pencipta. 

Jadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Ingat, bintang pun harus melewati kegelapan sebelum bersinar. Teruslah berjuang dan percaya bahwa harapan akan selalu ada, kamu tidak sendirian dalam perjalanan ini.  

Semoga tulisan ini menjadi lilin kecil yang akan menerangi jalanmu! Mari saling mendukung dan menginspirasi.(*)

Referensi:

Long, K. N., Kim, E. S., Chen, Y., Wilson, M. F., Worthington Jr, E. L., & VanderWeele, T.

 J. (2020). The role of hope in subsequent health and well-being for older adults: An outcome-wide longitudinal approach. Global Epidemiology, 2, 1-8.   

https://doi.org/10.1016/j.gloepi.2020.100018 

Miceli, M., & Castelfranchi, C. (2015). Expectancy and emotion. Oxford University Press

*) Penulis adalah mahasiswa asal Aceh yang saat ini sedang menempuh pendidikan Magister Psikologi di Universitas Diponegoro, Semarang.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved