Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
20 Tahun Tsunami Aceh - Jamaah Menangis saat Shalat Jumat Perdana di Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman, yang tetap berdiri kokoh meski dikelilingi kehancuran, menjadi saksi bisu bagi doa dan harapan warga Aceh.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Yeni Hardika
Penantianya di depan Masjid Raya itu sudah empat hari.
"Kami dua hari putar putar tidak ketemu. Terus nunggu di sini. Semoga nanti dia lewat, " harapnya dengan logat Aceh.
Anak satu-satunya M Noor yang ditunggu-tunggu itu tinggal di daerah belakang Masjid Raya.
Daerah itu termasuk salah satu daerah yang parah tersapu ombak tsunami dan gempa.
Banyak masyarakat yang tinggal di kawasan Itu yang meninggal dan tidak diketahui identitasnya.
"Dia tinggal di belakang masjid sana pak. Dari sinikan dekat. Saya nunggu dia lewat sini," tambahnya lagi.
M Noor tidak sendirian menunggu keluarganya yang hilang di depan Masjid Raya Baiturrahman.
Banyak warga yang melakukan hal yang sama dan dengan harapan yang sama, bisa ketemu keluarga atau sanak saudaranya yang belum diketahui nasibnya.
Mereka tak pernah bosan. Meski hari sebelumnya penantiannya sia-sia, tapi hari berikutnya diulanginya lagi.
Begitu setiap hari sejak gempa dan tsunami meluluhlantakan kota-kota Nanggroe Aceh Darusalam.
M Nazar (18) yang juga mengaku dari Sigli, Kabupaten Pidie. Ia setiap hari bolak balik Banda Aceh-Sigli dengan mengendarai sepeda motor.
Perjalanan sekitar empat jam la tempuh setiap hari. Sudah lima hari ia bolak-balik Banda Aceh-Sigli.
Nazar mencari emaknya dan adik-adiknya. Nazar tidak menyebutkan emak dan adik adiknya tinggal di mana.
Ketika ditanya ia kadang-kadang bengong.
"Gak tau,” jawabnya pendek ketika di mana mereka tinggal.
Nazar mengaku tidak sendirian. Ia selalu setiap hari datang bersama empat tetangganya yang juga sama-sama cari keluarganya dengan mengendarai dua sepeda motor.
"Saya pingin melihat mereka. Siapa tahu lewat sini,” tuturnya.
Nazar dan teman-temannya memang tidak nongkrong seharian di depan Masjid Raya.
Sesekali pergi ke bekas banjir dan reruntuhan.
Tapi waktu yang paling banyak adalah dihabiskan untuk menunggu di depan Masjid Raya.
Mereka sangat berharap dapat berjumpa sanak keluarganya yang hilang di depan Masjid Raya.
Mereka harap orang yang di cari lewat di jalan depan masjid.
Banyak hal-hal nyeleneh yang dilakukan orang yang menanti sanak saudara di depan masjid tersebut.
Seperti yang dilakui Sapi'i (50). Anaknya tinggal di Sabang sekarang belum diketahui nasibnya.
Ia tidak pergi ke Sabang untuk mencarinya, tapi justru ia datang depan masjid untuk menunggu anaknya.
"Ongkos kesanan Sampai Rp 75 ribu, saya tidak ada uang. Kalau ke sini hanya lima ribu. Saya datang sini saja, siapa tahu dia lewat di sini," ujarnya ketika kenapa tidak mencari anaknya ke Sabang.
Sapi’i sudah dua hari menunggu anaknya di depan Masjid Raya Baiturrahman. (*)
(Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Agus Ramadhan)
20 Tahun Tsunami Aceh
Tsunami Aceh
Shalat Jumat
tsunami
Masjid Raya Baiturrahman
menangis
kisah korban tsunami
peringatan tsunami
Sosok Perekam Tsunami Aceh, Cut Putri : Izinkan Aku Merekam Agar Dunia Tahu Kebesaran Mu ya Allah |
![]() |
---|
Selalu Viral saat Peringatan Tsunami Aceh, Ini Lirik dan Terjemahan Lagu Aneuk Yatim dan Ya Rabbana |
![]() |
---|
Konflik Aceh dan Bencana Tsunami 2004: Senjata Mainan Gegerkan Relawan hingga TNI Mengepung Rumahnya |
![]() |
---|
Kisah Pelajar SMP Selamatkan Hidup dengan Tong Sampah dan Sepotong Kayu saat Tsunami Aceh 2004 |
![]() |
---|
Bersama Aa Gym, Titiek Puspa Menangis Saat Berada di Aceh Pasca Tsunami 2004: Semua Hancur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.