Jurnalisme Warga
Bahasa Aceh Itu Kuno? Anggapan yang Harus Dihilangkan
Fenomena ini makin terasa ketika penggunaan bahasa Aceh semakin jarang ditemukan dalam komunikasi sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda.
Tanpa pemahaman tentang bahasa ini, generasi muda Aceh akan kehilangan bagian penting dari identitas mereka sebagai “Aneuk Nanggroe”.
Selain itu, bahasa Aceh adalah cermin keberagaman budaya yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Ketika anak-anak Nanggroe Aceh belajar dan menggunakan bahasa Aceh, mereka turut berkontribusi dalam melestarikan keberagaman budaya nasional.
Hal ini tidak hanya memperkuat rasa kebanggaan terhadap tanah kelahiran mereka, tetapi juga menempatkan Aceh sebagai salah satu daerah yang mampu menjaga kearifan lokal di tengah gempuran arus modernisasi.
Bahasa Aceh juga memiliki peran strategis dalam pendidikan. Memasukkan bahasa Aceh sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah dapat menjadi cara efektif untuk membangun kesadaran budaya di kalangan anak muda.
Dengan pendekatan yang kreatif seperti lagu, cerita, pantun, atau konten digital berbahasa Aceh, anak-anak Nanggroe dapat belajar dengan cara yang menyenangkan dan relevan dengan dunia mereka.
Tidak perlu juga terlalu khawatir tentang kemungkinan punahnya bahasa Aceh, karena kita sudah melihat adanya upaya nyata dalam melestarikan bahasa dan budaya ini. Salah satu langkah penting yang perlu diapresiasi adalah pembukaan Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Aceh di ISBI Aceh sejak tahun 2023.
Prodi ini menjadi bukti konkret bahwa generasi muda Aceh terus berupaya menjaga dan mengembangkan bahasa daerah yang sangat kaya ini, agar tetap hidup dan relevan di tengah arus modernisasi.
Melalui Prodi Bahasa dan Sastra Aceh, para mahasiswa diberikan kesempatan untuk mempelajari bahasa Aceh lebih mendalam, tidak hanya dari sisi linguistik, tetapi juga dari segi sastra dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Hal ini tentu sangat penting karena bahasa adalah cermin dari identitas budaya Aceh. Dengan pendidikan yang lebih baik tentang bahasa Aceh, lulusan dari program ini kelak akan mampu berkontribusi dalam berbagai sektor, baik sebagai peneliti yang menggali lebih dalam kekayaan bahasa Aceh, maupun sebagai pengajar yang akan menyebarkan pengetahuan mereka kepada generasi berikutnya.
Insyaallah, dengan meningkatnya jumlah lulusan dari Prodi Bahasa dan Sastra Aceh dari ISBI atauppun kampus lain, semisal Uniki di Bireuen, kita dapat berharap akan semakin banyak guru bahasa Aceh yang akan mengajar pada sekolah-sekolah di Aceh.
Di sekolah-sekolah, bahasa Aceh bisa menjadi muatan lokal yang sangat penting, sekaligus untuk memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai budaya Aceh yang terkandung dalam bahasa tersebut. Ini tentu menjadi langkah penting dalam pelestarian bahasa Aceh agar tidak hanya dikenal oleh generasi tua, tetapi juga oleh generasi yang akan datang.
Dengan adanya pendidikan yang mendalam mengenai bahasa dan sastra Aceh, kita dapat berharap bahwa bahasa Aceh akan tetap hidup, bahkan berkembang.
Prodi ini membuka peluang bagi anak muda Aceh untuk lebih bangga dengan bahasa dan budaya mereka, serta berkontribusi dalam menjaga warisan leluhur (endatu).
Dengan adanya tenaga pengajar yang terampil dan berpendidikan dalam bahasa Aceh, kita tidak perlu khawatir bahwa bahasa Aceh akan punah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.