Opini
Beda Iblis dan Manusia dalam Ilmu dan Amal
Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah manusia juga bisa terjerumus dalam kesalahan yang sama? Tulisan ringkas ini akan membahas sekelumit perbedaan men
Manusia yang Menyerupai Iblis
Iblis tidak menyerupai manusia. Justru manusia yang bisa menyerupai Iblis ketika memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya, atau ketika kita merasa lebih baik dari orang lain karena ilmunya.
Ada beberapa tanda seseorang memiliki sifat seperti Iblis dalam hal ilmu dan amal. Salah satunya adalah merasa lebih pintar dan lebih benar dari orang lain, sehingga sulit menerima nasihat.
Seseorang juga dapat menyerupai Iblis ketika merendahkan orang lain yang dianggap kurang ilmu atau kurang ibadah. Atau merasa diri paling abid, paling salik dan paling sufi, yang sudah wushul ilallah atau berpengalaman rohaninya dekat dengan Allah. Adapun yang lain, diklaim sibuk dengan dunia.
Ada yang lupa bahwa Allah menilai seseorang bukan dari banyaknya ilmu atau ibadah, tetapi dari akhlak, walaupun ilmu se-langit, hati tetap se-bumi. Itu baru insan kamil.
Selain itu, seseorang bisa lebih banyak menilai kesalahan orang lain dibanding memperbaiki diri sendiri. Orang yang selalu mencari kesalahan orang lain, tetapi lupa bercermin pada dirinya sendiri, jika demikian, hakikatnya sama dengan iblis dalam wujud manusia.
Lebih lanjut, lidah yang tajam dalam menasihati orang lain tetapi lalai terhadap dirinya sendiri juga merupakan tanda keserupaan dengan Iblis. Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an, mengapa seseorang menyuruh orang lain berbuat kebaikan tetapi melupakan dirinya sendiri. Banyak bicara soal agama tetapi tidak mengamalkannya juga menjadi bahaya tersendiri.
Ada yang memiliki banyak dalil dan argumen, tetapi tidak ada ketundukan dalam hati. Lebih jauh, seseorang yang merasa lebih suci dan lebih baik dibanding orang lain juga berisiko terjerumus dalam sikap seperti Iblis. Allah memperingatkan agar manusia tidak merasa diri suci atau sufi, karena hanya Allah yang mengetahui siapa yang paling bertakwa.
Orang-orang dengan sifat seperti ini tidak menyadari bahwa ia sedang berjalan di jalan yang sama dengan Iblis. Ilmu yang seharusnya membawa mendekat kepada Allah justru menjadikan sombong.
Ilmu Tidak Menjamin Keselamatan
Dari kisah Iblis, kita belajar bahwa ilmu saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang mulia di sisi Allah. Yang membedakan manusia dari Iblis bukanlah ilmu, tetapi ketakwaan, keikhlasan, dan rendah hati. Allah berfirman bahwa yang paling mulia di antara manusia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
Ketakwaan inilah yang menjadikan seseorang lebih baik di sisi Allah, bukan sekadar banyaknya ilmu atau ibadah atau merasa diri ahli makrifat. Bahkan, Rasulullah SAW mengajarkan doa yang mencerminkan pentingnya keseimbangan antara ilmu dan ketakwaan.
Dalam haditsnya, beliau berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan doa yang tidak dikabulkan.
Doa ini mengingatkan bahwa ilmu harus diiringi dengan kekhusyukan hati dan ketulusan dalam mengamalkannya.
Simpul kata
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.