Duka di Awal Tahun 2025, Tiga Ulama Aceh Berpulang

Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali kepada Serambinews.com mengatakan, kepergian ketiga ulama ini merupakan sebuah musiba

|
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Agus Ramadhan
KOLASE SERAMBINEWS.COM/IST
ULAMA KHARISMATIK ACEH - Aba H Asnawi Bin Tgk Ramli atau Aba Budi Lamno (kiri), Tgk H Usman Ali atau Abu Kuta Krueng (tengah), Abuya H Musa Jailani Bin Husien (kanan). Ketiga ulama kharismatik asal Aceh tersebut telah meninggal dunia di awal tahun 2025. (KOLASE SERAMBINEWS.COM/IST) 

Abuya H Musa tutup usia di RS Tanah Gayo Blangkejeren sekitar pukul 09.45 WIB dan dikebumikan di kebumikan komplek pondok pesantrennya.

Meski telah lebih dahulu berpulang, kabar meninggalnya Abuya H Musa yang diterima pada hari yang sama dengan kepergian Abu Kuta Krueng dan Aba Budi semakin menambah kesedihan masyarakat Aceh

Di awal tahun 2023, bahkan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, masyarakat Aceh kehilangan tiga ulama besar yang selama ini menjadi rujukan dalam berbagai aspek kehidupan keagamaan. 

Kehilangan ulama musibah bagi ummat

Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali kepada Serambinews.com mengatakan, kepergian ketiga ulama ini merupakan sebuah musibah bagi ummat muslim khususnya di Aceh

Baik Abu Kuta Krueng, Aba Budi Lamno maupun Abuya H Musa, ketiganya cukup dikenal dekat oleh Tgk Faisal Ali.

"Ketiga-tiganya ulama yang saya kenal. Mereka memang ulama dari generasi yang usianya di atas 70-an," kata Ketua MPU Aceh saat dihubungi Serambinews.com melalui sambungan telepon, Jumat (14/2/2025).

"Kepulangan mereka memang sebuah musibah bagi umat Islam, khususnya yang ada di aceh," sambung ulama yang juga dikenal dengan Abu Sibreh tersebut.

Menurut Abu Sibreh, kepergian tiga ulama kharismatik tersebut menjadi sebuah musibah karena mereka juga ikut membawa pulang serta ilmu-ilmunya.

Sementara itu, ummat muslim para generasi muda, masih belum seluruhnya menyerap ilmu dari para ulama ini.

"Bukan tidak diberikan, tapi kita yang terbatas mengambil ilmu dari ketiga ulama ini," jelas Abu Sibreh.

Baca juga: Ketua MPU Aceh Lem Faisal Cerita Momen Terakhir Bertemu Abu Kuta Krueng dan Aba Asnawi Lamno 

Tak ada kaitannya dengan fenomena alam

Meski meninggalnya ulama menjadi musibah bagi ummat, namun bukan berarti sebuah pertanda buruk yang memicu bencana atau fenomena alam.

Tgk Faisal Ali mengatakan, musibah atau pertanda buruk yang dimaksud dari kepulangan ulama ialah, umat muslim telah kehilangan sumber ilmu dan pembelajaran.

"Pertanda buruk iya, tapi bukan dalam konteks alam, seperti banjir, gempa, gerhana, hujan, bukan seperti itu. Ini pertanda buruk dimana kita sangat sulit untuk mendapatkan wejangan, bimbingan, arahan kalau ada masalah-masalah yang kita hadapi," ujar ulama yang juga disapa dengan Lem Faisal tersebut.

Penjelasan Lem Faisal ini menanggapi fenomena alam yang biasanya dikaitkan oleh masyarakat saat seorang ulama meninggal dunia.

Diketahui, pada hari meninggalnya Abu Kuta Krueng dan Aba Budi Lamno, beberapa wilayah Aceh yang pada awalnya cerah, seketika berubah jadi mendung dan dilanda hujan ringan hingga lebat.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved