Jurnalisme Warga

In Memoriam Abu Kuta Krueng, Pembina Karakter yang Mumpuni

Aceh kembali berduka, salah satu ulama karismatik Aceh yang memiliki peran penting dalam membina karakter masyarakat melalui pendirian dan pengelolaan

|
Editor: mufti
IST
Rektor Uniki Bireuen, Prof Dr Apridar 

Prof. Dr. APRIDAR, S.E., M.Si., Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) dan Ketuan Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Islam Indonesia (ICMI) Orwil Aceh, melaporkan dari Banda Aceh

SYAIKH Abu Haji Usman Ali, atau yang lebih dikenal dengan Abu Kuta Krueng, telah mengembuskan napas terakhir pada Kamis, 13 Februari 2025 pukul 04.30 WIB di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

Setelah shalat subuh dilakukan pemandian, lalu jenazah diberangkatkan ke Kuta Krueng, Pidie Jaya.

Aceh kembali berduka, salah satu ulama karismatik Aceh yang memiliki peran penting dalam membina karakter masyarakat melalui pendirian dan pengelolaan Dayah Darul Munawwarah sejak 1964, menghadap Ilahi.

Ulama besar tersebut telah dapat membuat dayahnya  tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi tonggak moral dan sosial bagi masyarakat Aceh.

Sosok Abu Kuta Krueng menjadi teladan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keilmuan, kepemimpinan, hingga perjuangan melawan berbagai tantangan sosial.

Beliau Lahir pada 31 Desember 1940 di Desa Kuta Krueng, Kemukiman Jangka Buya Timur, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya sekitar 11 km di sebelah timur Meureudu, ibu kota Pidie Jaya.

Setelah menyelesaikan sekolah rakyat (SR) Tgk H Usman langsung menggeluti pengetahuan Islam di Dayah Ma’hadal Ulum Diniyyah Islamyyah (MUDI) Mesra Samalanga Bireuen. Semasa mengaji di Dayah MUDI Mesra sudah terlihat pada dirinya kepribadian seorang ulama, mulai dari sifat, karakter, hingga kemampuan menyerap berbagai ilmu pengetahuan dengan cepat.

Guru Abu Kuta Krueng, yaitu Abon H. Abdul Aziz (Abon Abdul Aziz Samalanga) dan Abuya Syaikh H. Muhammad Waly Al Khalidi yang berguru pada banyak alim ulama.

Sanad keilmuan Abu Kuta Krueng dari satu jalur  melalui guru beliau, Abon H. Abdul Aziz Samalanga dari sanad Abuya H. Muhammad Waly Al-Khalidi.

Saat menjabat Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, saya sering bertemu beliau dan beliau menasihati kami agar tidak terlalu menyibukkan diri dengan urusan duniawi sehingga melupakan urusan akhirat.

Beliau lebih banyak diam ketimbang berbicara terhadap hal-hal yang tidak perlu. Nasihat bijak tersebut perlu kita jadikan sebagai pedoman hidup.

Perilaku santun yang beliau praktikkan, menjadikan Abu Kuta Krueng semakin karismatik dan berwibawa serta pantas dijadikan panutan.

Beliau dikenal sebagai ulama yang memiliki kedalaman ilmu agama, khususnya dalam bidang fikih, tasawuf, dan tafsir. Beliau dilahirkan di lingkungan yang sangat menghargai ilmu agama dan tumbuh dalam tradisi keislaman yang kuat.

Pendidikan beliau ditempa di berbagai dayah di Aceh, bahkan di luar wilayah Aceh, sehingga wawasan keilmuannya menjadi sangat luas.

Pendekatan Abu dalam membina masyarakat tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual. Beliau memahami kebutuhan masyarakat Aceh, yang saat itu menghadapi tantangan modernisasi, konflik sosial, dan degradasi moral.

Oleh karena itu, Abu menggunakan metode pendidikan yang menggabungkan pendekatan tradisional dan modern.

Dayah Darul Munawwarah didirikan oleh Abu Kuta Krueng sebagai pusat pendidikan Islam yang berfokus pada pembentukan akhlak dan karakter.

Salah satu alasan memilih nama indah tersebut adalah Abu  berharap lulusan dari dayah nantinya akan mampu menjadi lentera bagi lulusan dan masyarakat secara umum. Dayah harus menjadi tempat di mana santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga diajarkan tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, kedisiplinan, dan kerja keras.

Filosofi pendidikan di Dayah Darul Munawwarah adalah mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga kuat secara spiritual dan sosial. Santri yang belajar di dayah ini diajarkan untuk menjadi pribadi yang mandiri, berintegritas, dan memiliki komitmen kuat terhadap agama dan masyarakat.

Abu Kuta Krueng memiliki pandangan bahwa pembinaan karakter masyarakat adalah tanggung jawab kolektif, tetapi ulama memiliki peran sentral. Beliau sering memberikan ceramah, khutbah, dan pengajian yang menekankan pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa nilai utama yang selalu ditekankan seperti  kejujuran dan amanah. Kejujuran merupakan fondasi utama dalam kehidupan bermasyarakat. Beliau juga merupakan teladan dalam menjaga amanah, baik dalam lingkup dayah maupun masyarakat luas.

Dalam berbagai pengajiannya, Abu mengajarkan pentingnya usaha maksimal yang diiringi dengan tawakal kepada Allah. Beliau meyakini bahwa keseimbangan antara usaha dan doa adalah kunci keberhasilan. Beliau juga sangat peduli terhadap kondisi masyarakat, terutama yang kurang mampu, serta menggerakkan berbagai program sosial, seperti santunan kepada yatim dan fakir miskin, yang tidak hanya dilakukan di sekitar dayah, tetapi juga menjangkau wilayah-wilayah lain di Aceh.

Sosok yang rendah hati tersebut, selain memiliki pengaruh yang besar, kesederhanaannya dalam hidup menjadi contoh nyata bagi para santri dan masyarakat.

Abu selalu terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari di dayah, seperti bercocok tanam atau memimpin shalat berjemaah. Hal ini mencerminkan bahwa seorang pemimpin haruslah menjadi pelayan bagi umatnya. Keteladanan ini membuat masyarakat sangat menghormati dan mencintainya.

Di tengah situasi konflik yang sering melanda Aceh, penulis melihat langsung bahwa Abu  berperan sebagai mediator dan pendamai. Beliau sering menjadi penengah dalam berbagai sengketa, baik di tingkat masyarakat maupun antara kelompok tertentu.

Pendekatan beliau yang bijaksana tersebut  membuat banyak pihak bersedia mendengarkan nasihatnya.

Selain itu, beliau juga aktif dalam kegiatan dakwah yang bertujuan untuk membangun persatuan umat Islam.

Dayah Darul Munawwarah telah melahirkan banyak lulusan yang berperan penting dalam berbagai bidang, baik sebagai ulama, pendidik, maupun pemimpin masyarakat. Alumninya tidak hanya memiliki intelektual tinggi, tetapi juga berakhlak mulia. Sehingga, mampu menciptakan perubahan sosial di masyarakat sekitar yang signifikan. Banyak orang yang mulai mengadopsi nilai-nilai yang diajarkan di dayah, seperti pentingnya pendidikan agama, gotong royong, dan saling menghormati.

Hingga saat ini, pesan-pesan Abu Kuta Kruneng tetap relevan bagi masyarakat Aceh. Beliau mengajarkan bahwa agama bukan hanya sekadar ritual, tetapi harus menjadi landasan dalam setiap aspek kehidupan.

Warisan beliau tidak hanya berupa bangunan fisik dayah, tetapi juga berupa nilai-nilai dan tradisi yang terus dilestarikan oleh para santri dan masyarakat.

Warisan lain yang sangat berharga adalah jaringan ulama yang telah dibangun oleh Abu. Para muridnya yang tersebar di berbagai daerah melanjutkan misi dakwah dan pendidikan yang dirintis oleh beliau.

Abu Kuta Kruneng adalah sosok ulama yang tidak hanya menjadi teladan dalam keilmuan, tetapi juga dalam akhlak dan kepemimpinan. Melalui Dayah Darul Munawwarah, beliau telah menciptakan generasi yang berakhlak mulia dan berkomitmen terhadap agama serta masyarakat.

Peran beliau dalam pembinaan karakter masyarakat Aceh adalah contoh nyata bahwa ulama memiliki kontribusi besar dalam membangun peradaban.

Sepak terjang beliau mengajarkan bahwa pembinaan karakter adalah proses yang memerlukan kesabaran, dedikasi, dan keteladanan. Hingga saat ini, masyarakat Aceh tetap mengenang dan menghormati jasa-jasa beliau sebagai salah satu pilar penting dalam perjalanan sejarah dan moralitas Aceh.

Selamat jalan guru kami. Ilmu dan teladan yang engkau berikan menjadi lentera bagi kami dalam mengarungi kehidupan dunia untuk menggapai kesuksesan akhirat.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved